MARTAPURA – Banjir di Kabupaten Banjar hingga saat ini belum juga surut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat 17.257 rumah masih terendam.
Puluhan ribu rumah tersebar di tujuh kecamatan. Terbanyak berada di Kota Martapura dengan total 5.309 rumah terendam.
Kemudian Kecamatan Martapura Timur (3.771 rumah), Astambul (3.043 rumah), Sungai Tabuk (2.502 rumah), Martapura Barat (2.227 rumah), Karang Intan (236 rumah), dan Cintapuri (169 rumah).
Kepala Harian BPBD Banjar, Warsita mengatakan, data ini masih bisa berubah. “Kita masih update. Teman-teman konfirmasi lagi dengan kepala desa,” ujarnya kemarin (5/3).
Pantauan BPBD, banjir mulai surut di beberapa kecamatan. Diantaranya di Kota Martapura, Martapura Timur dan Astambul.
“Tapi di Martapura Barat, Sungai Tabuk dan Cintapuri airnya masih naik,” tambahnya.
Melihat meluasnya banjir, Bupati Banjar Saidi Mansyur telah menetapkan status darurat bencana sejak 27 Februari hingga 13 Maret.
“Bupati meminta masyarakat untuk berhati-hati dengan listrik. Waspadai debit air sungai sewaktu-waktu naik. Waspadai hewan berbahaya. Dan jaga anak-anak dan balita,” lanjutnya.
Terkait penanganan, BPBD masih menyalurkan bantuan sembako dan air bersih kepada korban banjir.
“Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk peduli terhadap korban banjir. Meringankan beban mereka yang rumahnya terendam,” harap Warsita.
Sementara itu, Prakiraan Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, Uli Mahanani mengatakan, cuaca di Kalsel beberapa hari ke depan diperkirakan berawan hingga hujan ringan. “Hujan lebat masih berpotensi terjadi di beberapa daerah,” katanya.
Dijelaskannya, pada Maret lalu wilayah Kalsel memasuki masa peralihan musim hujan ke musim kemarau. Sehingga kita tetap perlu mewaspadai tumbuhnya awan konvektif yang memicu hujan lebat.
“Dan dapat menimbulkan sambaran petir, puting beliung, dan angin kencang,” pungkasnya.
822 Hektar Terancam Gagal Panen
Akibat banjir yang melanda akhir Februari lalu, ratusan hektare sawah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) terancam gagal panen.
Salah satu petani HSS, Rahmat, mengatakan tanamannya baru berumur sebulan sebelum terendam banjir.
“Semoga masih bisa bertahan dan tidak sampai gagal panen,” harapnya.
Total ada 822 hektare lahan pertanian di tujuh kecamatan yang terendam banjir.
Kepala Dinas Pertanian HSS Muhammad Noor mengatakan, banjir melanda lahan petani di Kecamatan Padang Batung, Telaga Langsat, Angkinang, Kandangan, Sungai Raya, Simpur, dan Kalumpang.
“Sebanyak 1.308 kilogram bibit padi atau terdak terkena dampak banjir,” ujarnya.
Petani Angkinang adalah pihak yang paling menderita. “Di Angkinang saja luasnya 371 hektar. Kemudian di Kandangan seluas 224 hektare dan di Padang Batung seluas 202 hektare,” jelasnya.
Meski sempat terendam, dia menegaskan benih lokal yang ditanam petani belum bisa dipastikan poso (gagal panen akibat kelebihan air). “Sampai jumpa setelah ini. Dampaknya akan terlihat dalam beberapa minggu,” jelasnya.
Jika kekhawatiran ini terwujud, petani mengalami gagal panen, maka pemerintah kabupaten akan mengajukan bantuan benih unggul kepada pemerintah provinsi untuk menggantikan padi yang rusak.
“Jika terjadi gagal panen, maka akan diusulkan agar petani bisa mendapatkan bantuan bibit unggul,” tambah Noor.
Pasalnya, bibit unggul bisa lebih cepat dipanen. Ditambah lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
Diminta solusinya, Noor menjawab, petani di HSS diminta mengubah musim tanam. Dari kebiasaan menanam pada bulan Desember atau Januari.
“Jika tahun depan iklim masih sama dengan tahun ini, kami akan mengimbau petani untuk mengubah jadwal tanam menjadi Maret. Agar curah hujan tinggi tidak terjadi dan dapat terhindar dari banjir,” pungkasnya. (ris/shn/gr/fud)