KANDANGAN – Teror demam berdarah dengue (DBD) di musim hujan yang masih terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) masih terus bermunculan.
Dinas Kesehatan Kabupaten (Dinkes) HSS merinci, sejak Januari hingga Februari 2023, tercatat ada 28 kasus warga yang terserang gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Angka tersebut jika dibandingkan selama dua bulan di tahun 2022 mengalami peningkatan. Rinciannya, dari Januari hingga Februari 2022 hanya ada dua kasus DBD di Kabupaten HSS.
Kepala Sistem Informasi Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat (Kesmas dan SIK) Dinas Kesehatan (Dinkes) HSS, Daru Priyanto menjelaskan, di Kabupaten HSS sudah ada 28 kasus DBD dan tidak ada korban jiwa.
“Meski kasus DBD meningkat tahun ini, namun belum ada yang meninggal dunia,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (15/3).
Dari total 28 kasus DBD Januari-Februari akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti awal tahun ini, menyerang delapan kecamatan di Kabupaten HSS.
“Daerah dengan kasus DBD terbanyak ada di Kecamatan Kandangan,” ujarnya.
Kasus gigitan nyamuk Aedes Aegypti tahun ini didominasi anak-anak dan remaja.
“16 orang berusia 5 sampai 14 tahun,” kata Daru.
Antisipasi dilakukan untuk mencegah penyebaran kasus DBD dengan mengeluarkan Surat Edaran (SE) Bupati HSS Achmad Fikry nomor 443.4.42/108/P2P/Diskes tentang pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3 M plus satu rumah jumantik satu gerakan menindaklanjuti surat dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan nomor: 443.2/243-P2P/Dinkes tentang potensi peningkatan kasus infeksi DBD pada tahun 2023.
Dari SE, upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD dilakukan dengan berbagai langkah. Mulai dari lingkungan rumah dan kantor masing-masing, rutin melakukan kegiatan PSN 3M Plus seminggu sekali dengan cara menguras, menutup, dan mendaur ulang atau menggunakan kembali barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk pembawa DBD.
Kemudian ditambah pada 3 M plus yaitu dengan melakukan kegiatan menebar atau meneteskan larvasida di bak penampungan air, menggunakan obat nyamuk bakar, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan predator jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur pencahayaan dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menjemur pakaian di dalam rumah, hingga mulai menggunakan pancuran air (shower) untuk mandi.
Selanjutnya untuk mengaktifkan gerakan satu rumah satu jumantik (Juru Pemantauan Jentik), di lingkungan Kabupaten HSS dengan berkoordinasi dengan ketua RT setempat atau pengurus membentuk lingkungan jumantik dan koordinasi jumantik, membentuk pembina jumantik, mengajak keluarga dan tetangga untuk menjadi rumah jumantik dan memantau jentik nyamuk serta PSN 3 M plus di rumahnya masing-masing.
Serentak bergerak bersama warga setempat dalam mewujudkan kawasan bebas jentik, serta berkoordinasi dan bekerjasama dengan satgas kebersihan kecamatan dan desa dalam penanganan PSN 3 M plus.
Aldi, warga Kandangan, mengatakan untuk mencegah kasus DBD, dirinya sebagai kepala keluarga rutin melakukan PSN dengan pola 3M (menguras, menutup dan mengubur), untuk membasmi jentik nyamuk penyebab penyakit tersebut.
“Serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ujarnya. (sst)