Jakarta – Dalam Islam, khutbah berarti pidato atau ceramah. Khotbah biasanya disampaikan oleh Khatib pada saat sholat Jum’at atau pada saat Hari Raya.
Khotbah dapat dijelaskan sebagai kegiatan dakwah (penyebaran) atau penyiaran agama dan menyeru manusia untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan dan dakwah agama.
Rasulullah menyuruh umatnya untuk mengikuti tata cara shalat seperti dalam hadits berikut:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى
Artinya: “Berdoalah sebagaimana kamu melihat aku berdoa.” (HR Bukhari).
Sedangkan menurut hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah RA, “Rasulullah SAW berdakwah dengan posisi berdiri. Setelah itu beliau duduk dan berdiri lagi kemudian menyampaikan khotbah yang kedua.” (HR Muslim).
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim yang saleh, sudah selayaknya mengikuti ajaran Rasulullah. Termasuk menyampaikan rukun khotbah.
Rukun Khutbah Jumat dan Hari Raya
Pilar khutbah biasanya diterapkan pada khutbah jumat dan khutbah hari raya. Perbedaan rukun khutbah jumat dengan rukun khutbah Idul Fitri hanya pada kalimat pembukanya saja.
Buku Fiqh Empat Madjab, Jilid 1 karya Syekh Abdurrahman Al-Juzairi melaporkan, dalam rukun khutbah Idul Fitri disunnahkan dimulai dengan takbir. Sedangkan rukun khutbah jumat diawali dengan tahmid atau hamdalah seperti Alhamdulillah.
Khatib harus memperhatikan beberapa rukun yang ditentukan oleh syara’ agar shalat Jumat dan shalat Idul Fitri menjadi sah, sedangkan rukun dakwah didasarkan pada mazhab Syafi’i, yaitu.
1. Memuliakan Allah (membaca Hamdala) pada khutbah pertama dan kedua
Dasarnya adalah hadits Nabi, saw:
كُلُّ كَلاَمٍ لَ يُبْدَأُ فِيهِ بِلحَمْدِ لِلَّهِ فَهُٰ فَهُوَجهُوَ
Artinya: Semua kata yang tidak diawali dengan hamdalah maka kata-kata itu dipotong. (HR.Abu Dawud).
2. Membaca Sholawat Nabi Muhammad SAW pada khutbah pertama dan kedua
Duas harus diucapkan di kedua khotbah. Khatib (orang yang memberikan khutbah) harus menggunakan lafal sholawat. Kata ‘ash-shalatu’ juga merupakan kata yang memiliki akar kata yang sama dengannya.
Shalawat Rasulullah SAW juga bisa dengan lafadza sederhana, seperti :
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Artinya : Ya Allah, berkahilah Nabi Muhammad
3. Mewarisi kesalehan kepada Allah dalam khotbah pertama dan kedua
Kehendak disebutkan di sini dalam kedua khotbah. Bukan hanya meminta Anda untuk berhati-hati dalam menjalani hidup di dunia, tanpa menyerukan ketaatan.
Oleh karena itu khatib dapat membaca lafalnya; athii’ullaha yang berarti ‘taati Allah semua’ atau ittaqullah berarti ‘takutlah Allah semua’.
4. Mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an di salah satu dari dua khutbah
Bacaan minimal satu paragraf. Lebih penting untuk membacanya di khotbah pertama. Khatib harus membaca sebuah ayat atau bagian dari sebuah ayat yang panjang dengan sempurna. Khatib juga harus memahami makna ayat tersebut.
Ayat-ayat Alquran yang dibaca harus memiliki makna yang jelas, seperti janji-janji Allah yang baik, hukum syariah, kisah para nabi, ayat-ayat perumpamaan, serta berita yang terkandung dalam firman Allah.
5. Berdoa untuk orang percaya dalam khotbah kedua
Dalam khutbah, khususnya pada khutbah kedua, terdapat doa wajib bagi mukmin dan mukmin. Seorang dai hendaknya berdoa untuk urusan akhirat, seperti berdoa memohon ampunan jika ia belajar membaca dengan hati.
Sementara itu, berdasarkan buku Dialog Antar Mazhab: Fiqh Ibadah dan Muamalah karya Asmaji Muchtar, mazhab Hanafi mengatakan bahwa khutbah memiliki satu rukun, yaitu zikir mutlak, baik sedikit maupun banyak.
Zikir dengan satu bacaan tahmid, tasbih atau tahlil sudah cukup, tetapi hukumnya adalah makruh tanzih. Menurut mazhab ini, yang diwajibkan hanya khutbah pertama, sedangkan pengulangannya adalah sunnah.
Sedangkan menurut mazhab Maliki, khutbah memiliki satu tiang yang berisi peringatan atau kabar gembira. Tidak perlu menggabungkan keduanya menurut pendapat yang lebih sahih.
Bagi aliran Hambali, khotbah memiliki empat rukun yaitu membaca hamdala di awal khotbah pertama dan kedua, membaca doa Nabi, membaca ayat-ayat Alquran dan menyampaikan takwa kepada Allah.
Demikian penjelasan tentang rukun khutbah yang harus dipenuhi oleh khatib. Semoga bermanfaat.
Tonton videonya”Harapan Jemaat Katedral Jakarta di Hari Jumat Agung“
(dv/dv)