Jemaah memadati Haul Habib Hamid bin Abbas Bahasyim ke-76 di Kubah Basirih, Banjarmasin Barat, kemarin (12/12).
M FADLAN ZAKIRI, Banjarmasin
KAMPUNG Basirih dipadati ribuan orang sejak pagi. Padahal haul baru dimulai siang menjelang siang.
Diawali dengan sholat berjamaah, dilanjutkan Surah Yasin, lantunan selawat, dan pembacaan manaqib oleh kakek buyut Habib Basirih, Habib Fathurrahman bin Habib Idrus.
Said Musa yang datang jauh-jauh dari Kabupaten Tabalong mengikuti haul dengan khidmat.
“Sudah dua tahun saya ikut Haul karena Covid,” ujarnya kepada penulis.
Dia datang untuk mencari berkah. “Apapun keinginan kita, jika kita yakin dengan amanahnya, insya Allah akan dikabulkan. Banyak jemaah merasakan itu,” ujarnya.
Sedangkan Nazmudin, santri Pondok Pesantren Ibnul Amin Kabupaten HST, baru pertama kali datang ke sini.
Maka, pemuda 18 tahun itu takjub melihat lautan angkut jamaah. “Luar biasa. Padahal kubahnya ada di ujung kota. Mereka rela duduk di mana saja asalkan bisa hadir,” kata pemuda asal Kalimantan Timur itu.
Dia berdoa agar dia bisa datang lagi tahun depan. “Kalau ada rezeki,” katanya.
Rata-rata orang yang datang ke sini percaya bahwa Habib Basirih bukanlah orang biasa. Dia adalah seorang wali. Dan jika diizinkan, peserta haul bisa merasakan karamanya.
contoh Amang. Warga sekitar kelahiran 1975. Ia rela mengambil cuti dari pekerjaannya agar tidak ketinggalan haul.
“Meskipun dia telah meninggal, saya melihat dengan mata kepala sendiri khotbahnya. Tidak bisa dipungkiri,” ujarnya.
Dia menceritakan, saat kelas 3 SD, dia dan teman-temannya melihat sebuah kapal bermunculan. Keluar dari permukaan Sungai Martapura, tepat di depan makam Habib.
“Saya lupa tahunnya… tapi air sungainya mendidih,” kenangnya.
Kapal barang itu membawa mangga. Anehnya, meski muncul dari sungai, tidak ada mangga yang rusak.
“Orang tua kami memeriksanya. Kapal tidak rusak. Namun di dalamnya ada empat awak kapal. Semuanya mati,” lanjutnya.
Singkat cerita, belakangan diketahui bahwa kapal-kapal dagang itu berasal dari Sulawesi. Berlayar ke Banjarmasin dan tenggelam beberapa hari sebelum muncul.
“Semua orang tua di Antasan Bondan tahu ceritanya. Sangat terkenal. Saya tidak mungkin berani mengada-ada,” katanya.
Dosen sejarah Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur menulis, sepulang dari Mekkah, Habib Basirih banyak mengaji tilawah di Banjarmasin.
Salah satu peninggalannya yang bisa disaksikan para peziarah adalah sebuah kolam di dekat makamnya. Di sana, Habib Basirih sering mandi sambil berzikir. Versi lain menyebutkan, kolam tersebut merupakan tempat wudhu.
Masyarakat setempat percaya bahwa sumber air dari kolam tersebut terhubung dengan kolam di makam Raja Banjar pertama, Sultan Suriansyah di Kampung Kuin.
Kemudian dia memutuskan untuk mengasingkan diri, artinya mengurung diri. Jauhi keramaian, buat diri Anda sibuk dengan latihan.
“Setelah selesai khalwat, tiba-tiba suatu hari habib menghilang. Kajian macet. Ternyata dia menjauhkan diri dari masyarakat,” jelas Mansyur.
Bagi beberapa orang, situasinya meresahkan. Banyak yang mencapnya gila. Tetapi ibu dan istrinya dengan setia merawatnya.
Ada banyak cerita “absurd” seputar tokoh ini, yang tidak mungkin dikutip satu per satu. Silahkan mau percaya atau tidak.
Tapi Mansyur tidak terkejut. “Beberapa kejadian yang terjadi saat itu, mungkin mitos. Tapi dia bilang itu benar-benar terjadi,” katanya.
Menurutnya, mitos bukan sekedar dongeng. Karena mitos dapat mengubah tindakan dan sikap pendengarnya.
Dan dalam kehidupan modern, mitos tidak pernah benar-benar hilang.
Terkait tingginya jumlah peserta haul kemarin, diperkirakan rombongan akan berdatangan dari Martapura, Kandangan, Amuntai, Rantau, bahkan dari luar provinsi.
Sarjana juga datang dari mana-mana. Datang melalui darat atau sungai. (gr/fud)