Jakarta, NU Online
Seluruh umat Islam di penjuru dunia tengah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, tak terkecuali mereka yang berasal dari Rusia.
Sebagai agama terbesar kedua yang diakui di Rusia, Muslim Rusia dapat menjalankan praktik keagamaan dengan leluasa dan akses yang mudah. Pada bulan Ramadhan, kegiatan peribadatan berjalan dengan lancar. Bulan Ramadhan bahwa sering dianggap sebagai bulan penuh hari besar.
Hal ini disampaikan oleh Penasehat Spiritual Pusat Adaptasi Krepost Dagestan Rusia, Arif Sultan Magomedov saat mengisi pengajian bulan Ramadhan “Tradisi dan Budaya Muslim Bulan Ramadhan di Rusia” pada Ahad, (26/3/2023). Kegiatan tersebut digagas Pengurus Cabang Istimewa Nadlatul Ulama (PCINU) Federasi Rusia dan Eropa Utara (FREU) bekerja sama dengan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah.
“Di Dagestan, bulan Ramadhan itu seperti hari besar selama satu bulan. Ini karena Dagestan selama bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan itu berbeda,” paparnya
Arif Sultan Magomedov menjelaskan bahwa Muslim di Dagestan, negara yang termasuk dalam federasi Rusia, sangat mengindahkan kedatangan bulan Ramadhan. Mereka berlomba-lomba dalam kebaikan.
Hal ini terlihat dari kebiasaan mereka “berebut” untuk menjadi sponsor atau donatur dalam penyediaan menu buka puasa dan sahur gratis.
“Acara Ramadhan di Dagestan harus ada orang yang mensponsori untuk acara, dan orang pada rebutan. Mereka saling berlomba-lomba untuk mensponsori buka puasa,” ucapnya.
Selain adanya tradisi menyediakan menu bebuka puasa di tempat-tempat tertentu seperti masjid, masyarakat Muslim Rusia juga gemar membagikan takjil gratis bagi kepada pengendara yang masih berada di jalan ketika adzan Maghrib telah berkumandang.
“Di bulan Ramadhan biasanya ketika waktu sudah dekat adzan Maghrib, di jalan ada yang berbagi. Mereka keluar ke jalan dan memberikan kepada yang di jalan. Di mana-mana ada seperi itu,” ujarnya.
Tradisi buku Ramadhan
Kebiasaan menarik lainnya selama bulan Ramadhan di Rusia adalah buku Ramadhan. Sama seperti di Indonesia, ternyata Rusia juga punya kebiasaan yang satu ini.
Kultur mengisi buku Ramadhan ini biasa dilakukan utamanya oleh kelompok usia anak. Tak hanya sekadar memenuhi catatan semata, mereka juga bahkan diberikan kesempatan hadiah untuk berumroh.
“Ada tradisi Buku Ramadhan untuk catatan tarawih. Di Russia ngambil buku, diisi, dan di akhir Ramadhan nanti, siapa yang beruntung nanti ada hadianya umroh,” papar dia.
Tradisi zakat fitrah
Arif menjelaskan bahwa para muzaki di Rusia lebih mengutamakan untuk membayar zakat dengan bahan makanan pokok daripada uang. Bagi mereka yang hanya tersedia uang untuk membayar zakat pun biasanya akan menukar uang tersebut dengan makanan pokok di konter-konter zakat.
“Lebih diutamakan makanan pokok, namun untuk tempat lain bisa uang. Tapi di depan masjid nanti akan ada gerai untuk penukaran dengan bahan pokok,” jabar dia.
Puasa 17 Jam
Ketua PCINU FREU Amy Maulana mengungkapkan bahwa Muslim di Rusia menjalankan ibadah puasa dengan durasi kurang lebih 17 jam. Dengan panjang waktu tersebut, mereka harus sahur pada kisaran pukul 3 dini hari.
“Tantangannya tahun ini sedikit lebih nyaman. Tahun ini kisaran puasa 16-17 jam, jadi akan sahur di pukul 2 atau 3 pagi terus buka puasanya di kurang lebih pukul 9 malam,” tutur dia.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syakir NF