Kue basah merupakan makanan yang biasa disajikan dalam menu takjil atau berbuka puasa saat bulan ramadhan, namun dari semua kue basah, Bingka Tamrin sepertinya yang paling banyak dicari saat bulan ramadhan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Informasi yang diperoleh Antara Kalsel, Selas, bagi masyarakat Banjar di Kalsel, kue bingka menjadi salah satu favorit saat Ramadan karena hanya di bulan suci umat Islam ini banyak yang dijajakan.
Pada hari-hari biasa, Bingka sebenarnya juga dijual, namun tidak semudah di bulan Ramadhan untuk mencari yang menjualnya.
Dalam tradisi Banjar, bingka termasuk 41 jenis kue atau dalam bahasa Banjar disebut wadai yang disajikan untuk acara-acara khusus seperti pernikahan atau upacara adat lainnya.
Dari sekian banyak pedagang yang memproduksi bingka untuk home industri di Banjarmasin selama Ramadhan, Salon Bingka H Thambrin bisa dikatakan best seller karena terjual 1.500 biji setiap harinya.
Jumlah ini paling banyak dibandingkan dengan kue sejenis yang diproduksi oleh usaha bingka lainnya di Banjarmasin bahkan Kalimantan Selatan pada umumnya.
Bingka Thambrin memang paling banyak dicari saat Ramadhan, terbukti penjualannya laris manis tidak hanya di Banjarmasin tapi menembus daerah lain di seluruh Kalimantan Selatan bahkan provinsi tetangga Kalimantan Tengah.
Selain dijual langsung di rumah produksinya di Jalan Sultan Adam, Komplek Pondok Merpati, Kecamatan Banjarmasin Utara, produk Salon Bingka H Thambrin juga dijual di Pasar Wadai Ramadhan yang resmi disediakan oleh pemerintah daerah di kota ini.
Kemudian juga banyak mitra “reseller” yang menjualnya, dengan diberikan harga khusus sehingga bisa dijual kembali dengan harga yang tidak terlalu jauh dibandingkan dengan rumah produksi atau pasar Wadai Ramadhan.
“Untuk harga eceran kami jual Rp 50.000, sedangkan untuk reseller di luar Banjarmasin biasa saja mereka menjual harga sedikit lebih tinggi karena ada biaya tambahan, istilahnya biaya gas,” ujar Muhammad Rafi (39), manager dari Bingka H Thambrin Salon, ditemui di rumah produksi, Jumat.
Teksturnya yang lembut dengan rasa yang legit dan manis membuat kue bingka banyak disukai seiring dengan tradisi “lidah” masyarakat Banjar yang menyukai rasa manis.
Alhasil, Bingka dianggap cocok sebagai hidangan berbuka puasa dengan manisan.
Tidak hanya rasanya yang enak, tetapi juga memiliki tampilan yang cantik dengan bentuk yang khas seperti bunga segi enam.
Membuat kue bingke merupakan hal yang rumit, kesalahan sedikit saja pada adonan dan proses memasak akan mengakibatkan tidak maksimal sehingga cita rasa yang diinginkan tidak didapatkan.
Rafi membagikan cara membuat bingka yang dimulai dari santan yang direbus dan diambil lemaknya saja.
Setelah itu campurkan gula pasir, garam, vanili, tepung terigu dan telur bebek serta kentang, aduk hingga semuanya tercampur rata.
Kemudian masukkan ke dalam loyang untuk proses pemasakan di dalam oven selama kurang lebih 45 menit.
Untuk rasa, ada tiga varian rasa yang dipertahankan sejak awal produksi hingga sekarang, yakni kentang original, kentang plus keju, dan kentang plus tapai.
Keunggulan rasa lezat Bingka Thambrin yang paling banyak dikenal para penikmatnya adalah teksturnya yang begitu lembut dan saat disantap tidak berasa tepung atau sering disebut dengan “patah di lidah”.
Terkait hal tersebut, Rafi membeberkan rahasianya yakni lebih banyak menggunakan telur daripada tepung dan kentang yang tidak dihaluskan alias dibiarkan lebih kasar agar saat digigit tetap bisa merasakan tekstur kentangnya.
“Alhamdulillah ini memang alasan orang seperti Bingka Thambrin, katanya pecah di ilat atau di lidah kalau dimakan,” ujarnya.
Pelestarian kekayaan kuliner
Rafi menjadi generasi kedua dalam memproduksi Bingka Thambrin setelah mendapat amanah dari mendiang pemilik H Thambrin.
Ia menuturkan, awalnya H Thambrin yang berprofesi sebagai make-up artist membuat kue bingka pada 2003 untuk iseng.
Beberapa teman dan kerabat yang memakannya justru menyukainya karena rasanya yang enak.
Kemudian H Thambrin mengikuti berbagai lomba dan menjuarai beberapa festival kuliner baik yang diselenggarakan oleh Pemkot Banjarmasin maupun Pemprov Kalsel.
Dari situlah brand Bingka H Thambrin Salon atau sering disebut oleh masyarakat Bingka Thambrin menjadi dikenal luas dan laris manis setiap kali diproduksi di bulan Ramadhan.
Komitmen untuk hanya berproduksi selama bulan Ramadan masih dipegang teguh, sehingga Bingka Thambrin selalu dinantikan masyarakat saat memasuki bulan puasa penuh.
“Kalau dijual sepanjang tahun, orang akan bosan dan membiarkan Bingka Thambrin menjadi ciri khas hanya saat bulan suci saja,” kata Rafi.
Penjualan Bingka Thambrin sempat terpuruk saat dilanda pandemi COVID-19 selama dua tahun dengan produksi kurang dari 1.000 biji per hari.
Namun Ramadhan tahun ini, rasa optimisme kembali seperti semula, terlihat jelas dengan peningkatan produksi hingga 1.500 biji per hari.
Untuk mendukung optimalisasi produksi, ada 35 karyawan yang dipekerjakan.
Rafi berharap Bingka Thambrin dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian budaya Banjar, khususnya kuliner yang ada di Kalsel.
Mengendalikan inflasi
Seiring pandemi COVID-19 yang mulai terkendali, suasana Ramadhan yang padat seperti sediakala kembali hadir di Banjarmasin tahun ini.
Geliat aktivitas ekonomi masyarakat juga sudah terlihat sejak awal puasa, terutama di sektor perdagangan, khususnya kuliner takjil.
Pasar Wadai Ramadhan di Jalan Jenderal Sudirman Banjarmasin dibuka kembali oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan setelah terbengkalai selama dua tahun.
Selain menjual aneka kuliner, mulai dari lauk pauk hingga kue-kue khas Banjar, juga digelar bazaar yang menawarkan sembako dengan harga lebih murah.
Pemprov Kalsel menggandeng sejumlah pihak termasuk Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menggelar pasar murah seperti menjual minyak goreng, gula pasir, tepung terigu, beras, susu, dan sirup dengan harga murah.
“Jadi pedagang kuliner di pasar Wadai Ramadhan bisa membeli kue dan bahan masakan di sini maupun masyarakat umum,” kata Wakil Ketua Kadin Kalsel Aftahudin.
Sejumlah komoditas penting yang sedang digencarkan pemerintah daerah untuk pasar murah saat ini ditujukan agar mudah ditemukan dan harganya stabil alias tidak naik saat Ramadhan.
Pengendalian inflasi terus dilakukan karena posisi Kalsel berada di kisaran 6,11 persen menjelang Ramadhan 1444 Hijriah.
Oleh karena itu, pemerintah daerah fokus menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan stabilitas harga pangan selama bulan puasa yang biasanya mengalami peningkatan permintaan seiring dengan tingginya permintaan masyarakat.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor menginstruksikan pengoperasian pasar murah terus digencarkan semua kebutuhan pokok sebagai upaya meringankan beban masyarakat selama Ramadan hingga Idul Fitri.
HAK CIPTA © Berita ANTARA Kalimantan Selatan 2023