Idul Fitri di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tidak hanya dirayakan oleh warga dengan mengunjungi rumah kerabat dan teman, tetapi juga dengan mengunjungi makam raja-raja Banjar. Tradisi ziarah dilakukan untuk menghormati raja-raja, sekaligus untuk membawa berbagai hajat agar hidup selalu penuh keberkahan.
H Ahmadi (53), warga Banjarmasin, memasuki Kompleks Makam Sultan Suriansyah di Desa Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (25/4/2023). Ia berjalan menuju makam raja pertama Kerajaan Banjar bersama istri, anak dan cucunya.
Mereka mengambil kitab Yasin dan tahlil di rak dekat makam Sultan Suriansyah, lalu duduk menghadap makam sambil melantunkan doa. Setelah itu, mereka duduk melingkar bersama sesepuh penjaga makam untuk berdoa bersama.
Usai sembahyang, sesepuh penjaga makam melakukan ritual adat tepung tawar untuk warga Ahmadiyah dan keluarganya. Tetua penjaga makam menepuk kepala mereka, bahu kanan dan kiri, dan telapak tangan kanan dan kiri mereka. Setelah itu, mereka diminta meminum air dari sumur keramat di kompleks makam.
“Ini pertama kalinya kami sekeluarga berziarah ke makam Sultan Suriansyah. Kebetulan kami mendapat petunjuk untuk datang ke makam sultan karena ada acara khusus,” kata Ahmadi sebelum meninggalkan kompleks makam.
Selama ini, menurut Ahmadi, keluarganya memiliki tradisi ziarah ke makam para ulama besar Banjar saat Idul Fitri. Hampir setiap lebaran, mereka berziarah ke makam Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan makam Guru Sekumpul atau Muhammad Zaini Abdul Ghani di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Namun, pada Lebaran tahun ini, mereka tidak hanya berziarah ke makam para ulama besar Banjar, tapi juga mengunjungi makam raja Banjar. Sultan Suriansyah adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Banjar yang masuk Islam. Dia memerintah sebagai raja dari tahun 1526 sampai 1550 dan mengintensifkan penyebaran Islam di Tanah Banjar.
“Bagi kami, ziarah ke makam para ulama dan raja saat Idul Fitri sudah menjadi semacam kewajiban. Niatnya agar selalu sehat badannya, panjang umur, murah rezekinya, dan penuh berkah,” ujar Ahmadi.
Firdaus (60), warga Kabupaten Banjar, juga memiliki tradisi ziarah ke makam para ulama dan raja Banjar saat Lebaran. “Ini kali kedua saya dan istri saya berziarah ke makam Sultan Suriansyah. Tidak ada niat khusus, saya hanya ingin berziarah saat Lebaran,” ujarnya.
Bagi Firdaus, ziarah ke makam para ulama dan raja tidak harus dilakukan ketika ada niat atau kebutuhan. Ziarah dapat dilakukan kapan saja bila ada waktu dan kesempatan. “Ziarah juga penting sebagai bentuk penghormatan kita kepada raja-raja dan ulama besar masa lalu,” ujarnya.
Di Kompleks Makam Sultan Suriansyah terdapat 15 makam. Keempat makam tersebut menonjol karena ukurannya yang besar dan ditutupi kain kuning. Di sebelah kiri pintu masuk pendopo terdapat makam Sultan Suriansyah di sebelah makam Ratu Sultan Suriansyah atau Ratu Intan Sari yang merupakan ibu kandung Sultan Suriansyah.
Di sebelah kanan pintu masuk pendopo terdapat makam Sultan Rahmatullah, yang merupakan putra Sultan Suriansyah, raja kedua Kerajaan Banjar. Makam Sultan Rahmatullah bersebelahan dengan makam Sultan Hidayatullah, yang merupakan cucu Sultan Suriansyah, sekaligus raja ketiga Kerajaan Banjar.
Hampir semua peziarah salat di depan makam Sultan Suriansyah dan makam Ratu Sultan Suriansyah, kemudian salat di depan makam Sultan Rahmatullah dan Sultan Hidayatullah. Setelah sembahyang di depan makam, beberapa peziarah mengikuti ritual tepung terigu atau meminum air sumur suci dan membasuh muka dengan air sumur tersebut.
“Sumur di kompleks makam ini peninggalan Sultan Suriansyah yang digunakan untuk wudhu. Umur sumur di sini sudah lebih dari 500 tahun,” kata H Midiansyah (60), pengawas dan juru kunci makam Sultan Suriansyah.
Pelajari sejarah
Bagi Risky (25) dan Fahmi (28), warga Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, ziarah ke makam Sultan Suriansyah merupakan kesempatan untuk belajar sejarah Kerajaan Banjar dan penyebaran Islam di Tanah Banjar. Di Kuin Utara tidak hanya terdapat Kompleks Makam Sultan Suriansyah, tetapi juga Masjid Bersejarah Sultan Suriansyah. Jarak antara keduanya sekitar 400 meter.
“Kalau saya, tidak ada niat khusus dalam ziarah kali ini. Saya datang karena ingin melihat langsung peninggalan sejarah. Selama ini saya hanya mengetahui sejarah Banjar dari buku-buku sejarah atau cerita dari orang tua saya,” kata Risky.
Fahmi juga mengatakan tidak ada niat khusus dalam berziarah ke makam Sultan Suriansyah. “Ini adalah ketiga kalinya saya datang ke sini. Meskipun Anda tidak memiliki niat khusus, Anda tetap berharap yang terbaik. Semoga ke depannya bisa lebih sukses dan berkah,” ujarnya.
Di Kompleks Makam Sultan Suriansyah juga terdapat museum kecil. Di dalam museum pengunjung dapat melihat foto wajah Sultan Suriansyah dan beberapa peninggalan Kerajaan Banjar.
Aya (63), tukang parkir di Kompleks Makam Sultan Suriansyah, mengatakan, banyak orang datang mengunjungi makam sultan sejak hari kedua Lebaran. Ada yang datang berkelompok besar dengan bus atau kelotok (perahu bermotor).
“Peziarah terus berdatangan dari pagi hingga malam. Mereka berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Ada yang datang dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, bahkan dari luar Kalimantan,” ujarnya.
Peziarah yang datang ke makam Sultan Suriansyah hanya perlu membayar Rp5.000 untuk biaya parkir mobil dan Rp2.000 untuk biaya parkir sepeda motor. Untuk memasuki makam raja-raja Banjar, peziarah hanya perlu membayar sumbangan sukarela dan memasukkannya ke dalam kotak sumbangan yang telah disediakan. “Tidak ada harga yang ditetapkan untuk memasuki kuil. Relawan saja,” kata Aya.
Menurut Midiansyah, Kompleks Makam Sultan Suriansyah merupakan salah satu destinasi wisata religi di Banjarmasin dan buka dari pagi hingga malam. Pengunjung bisa datang kapan saja. “Saat lebaran, pengunjung lebih banyak dari hari biasanya. Dalam sehari bisa lebih dari 1.000 pengunjung,” ujarnya.
Irhamna (34), sopir angkot Pelaihari-Banjarmasin, juga merasakan berkah ziarah ke makam Sultan Suriansyah saat Lebaran. “Hampir setiap lebaran mobil saya selalu dicarter untuk mengantar rombongan dari Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut) ke sini,” ujarnya.
Fahriah (50), penjual bunga di Kompleks Makam Sultan Suriansyah, juga mendapat penghasilan lebih dari menjual bunga. “Kalau banyak yang datang ziarah, minimal bisa dapat Rp 300.000 sehari,” ujarnya.
Midiansyah tak memungkiri jika masyarakat berziarah ke makam Sultan Suriansyah dengan berbagai niat dan mengharapkan keberkahan. Pada saat yang sama, sebagian masyarakat langsung merasakan berkah Idul Fitri dari meningkatnya kunjungan ke makam raja-raja Banjar.