Jakarta, JATMAN Online – Ketua World Forum Habib Luthfi bin Yahya mengenang peran guru, kiai, imam meski berada di pedalaman kampung atau kampung.
“Ubudiyah didampingi mahaba jelas berbeda, ia menjalankan ketaatan dengan cinta, perintah orang yang dicintainya, orang mahaba tidak mau putus dengan orang yang dicintainya,” kata Maulana Habib Lutfi bin Yahya pada Haul ke-2 Akbaru Shalawat Miftahul Maqosid Syekh Abdul Malik (Mbah Malik) di Desa Babadan Tenajar, Kertasemaya, Indramayu, seperti dilansir kanal Youtube QolbyNet, Jumat (05/05).
Abah, sapaan akrab Habib Luthfi, mengatakan, para siswa mengenal huruf dan membaca Al-Quran dari guru untuk pertama kalinya.
“Mereka menjadi guru pertama yang mengenalkan bacaan Al Quran dan kitab-kitab dasar lainnya, mereka yang beretika tidak akan melupakan jasa orang-orang ini,” ujarnya.
Abah juga menjelaskan bahwa bobot keimanan tergantung pada kecintaannya kepada Nabi Muhammad.
“Hilangkan cinta mereka kepada Nabinya, maka iman mereka juga akan luntur, mereka akan melemah karena cinta tanah airnya. Tugas kita tegas menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukti bahwa kita adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, bukti peringatan Haul para ulama yang masih dilestarikan, karena mereka adalah pewaris ajaran Nabi , assalamu’alaikum,” jelasnya.
Maulana Habib juga menambahkan kubu kuat Indonesia adalah TNI, Porli dan ulama terkemuka untuk ketahanan nasional.
Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya dalam berbagai kesempatan mengaku memiliki ratusan guru spiritual, namun yang ‘kecil’ di matanya adalah Mbah Malik.
Ada pula nama asli guru yang menjadi mursyid Maulana Habib Luthfi yaitu Muhammad Ash’ad bin Muhammad Ilyas atau sering dipanggil Mbah Malik (Syekh Abdul Malik Kedung Paruk) lahir pada hari Jumat tanggal 3 Rajab 1294 M atau bertepatan dengan tahun 1881 M. , di Purwekert, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Ada tiga hal yang diwariskan kepada penerus Mbah Malik, yaitu tidak meninggalkan shalat, tidak meninggalkan Al-Qur’an dan tidak meninggalkan keberkahan (Shalawat Miftahul Maqosid).
Selain itu, dalam berbagai kesempatan, Mbah Malik kerap berpesan kepada para murid dan cucunya agar melakukan dua hal, yaitu pertama selalu membaca shalawat Rasulullah SAW dan kedua selalu mencintai dan menghormati Djuriya (keturunan) Rasulullah SAW.
Mbah Malik adalah Guru Besar Tariqah Naqsabandiyah Khalidiyah dan Syadziliyah Indonesia. Silsilah Kemursyidan diturunkan kepada murid kesayangannya, Habib Muhammad Lutfa bin Aly bin Hasyim bin Yahya dan cucunya Abdul Qadir bin Ilyas Noor.
Habib Lutfi bin Yahya juga mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Malik tidak pernah menulis karya apapun. Karya-karya Syekh Abdul Malik merupakan karya-karya yang bisa dipentaskan, yakni para santrinya, baik dari kalangan ulama maupun pengamal sholat sampai sekarang.
Warisan Syekh Abdul Malik yang hingga kini masih dibaca oleh para pengikut tarekat adalah kumpulan shalawat yang dikumpulkannya sendiri, yaitu al-Miftah al-Maqashid li-ahli at-Tauhid fi ash-Shalah ‘ala babillah al- Hamid al-majid Sayyidina Muhammad al-Fatih li-jami’i ash-Syada’id. Dia menerima doa ini di Madinah dari Sayyid Ahmad bin Muhammad Ridhwani al-Madani.
Shalawat al-Miftah al-Maqashid memiliki banyak manfaat, diantaranya ketika dibaca, pahalanya sama dengan membaca kitab Dala’ilu al-Khairat seratus kali, dapat digunakan untuk menangkal bencana dan menjauhkan dari siksaan Neraka.
Dikutip pada pembukaan Sholawat Miftahul Maqosid, Habib Luthfi mengatakan bahwa Sholawat Miftahul Maqosid ditulis oleh Kiai Abdul Adhim di rumah Mbah Kiai Sutiman, Minggu 17 Robius Tsani 1397 H Ba’da Ashar.
Kiai Abdul Adhim meriwayatkan bahwa ketika Syekh Abdul Malik sedang membaca doa. Kami hanya mendengarkan apa yang dibacakan guru kami.
Di tengah bacaan saya melihat Shohibus Syariat, Nabi Muhammad seperti sedang dalam majelis kerajaan. Dia duduk di kursi kemegahan di sebelah kanannya, ada Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Usman, Sayidina Ali beserta 5 dari 10 sahabat dari surga.
Dan seolah-olah saya adalah al-Faqir dan guru saya, Mbah Malik sowan, menghadapnya sambil bersujud di kaki Nabi Muhammad.