Dishub Kalsel memastikan rencana pembangunan rel kereta api dari Banjarmasin ke Tanjung belum dibatalkan. Kepala Dinas Perhubungan Kalsel Fitri Hernadi mengatakan, berdasarkan rencana nasional dari Kementerian Perhubungan, pembangunan rel kereta api sepanjang 196 kilometer itu akan mulai dibangun pada 2030 hingga 2035. benar-benar diprioritaskan oleh pemerintah pusat,” ujarnya, Selasa (2/5).
Karena masih memakan waktu lama, tegasnya, KA yang dibangun tidak harus konvensional. Dalam artian menggunakan rel di atas tanah. “Kita coba lompati dua sampai tiga generasi teknologi kereta api. Seperti MRT (mass rapid transit) atau LRT (light rail transit),” ujarnya.
Lalu bagaimana dengan tawaran pembangunan kereta gantung dari investor asal Dubai? Fitri menjawab, tahun ini Dishub akan mengadakan studi kelayakan atas teknologi yang ditawarkan. “Termasuk pilihan teknologi lainnya,” katanya.
Studi kelayakan juga untuk menghitung besarnya investasi yang harus dikeluarkan. Seperti biaya pembebasan lahan dan pembangunan infrastruktur. “Termasuk adopsi teknologi dan sarana transportasi,” ujarnya. Ia mengatakan, dengan kajian ini Kalsel bisa menjawab apa yang ditawarkan kepada investor. “Tentunya lihat juga apakah ini akan menguntungkan masyarakat atau tidak,” ujarnya. Untuk kereta gantung ini, kata Fitri, Pemprov Kalsel memiliki beberapa pilihan investor.
Selain UsCovery Dubai, ada juga tawaran dari BIMP-EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina – East Asian Growth Area) berupa pinjaman dari Korea Selatan. “Tapi kami juga berusaha membiayai kereta ini dari APBN atau menarik investor lain dengan bantuan dari pusat,” kata Fitri.
Sementara itu, Kepala Bappeda Kalsel Ariadi Noor mengatakan, kereta gantung yang ditawarkan investor berbentuk gandola yang digantung dan berjalan di atas kabel.
“Kalau jadi, ini satu-satunya kereta gantung di Indonesia. Setelah Spanyol,” katanya, pertengahan April lalu. Diperkirakan pembangunan kereta gantung itu membutuhkan dana Rp 15 triliun. “Nilainya hampir sama dengan KA konvensional di darat yang biaya pembebasan lahannya banyak,” ujarnya. Rute yang direncanakan adalah dari Banjarmasin menuju Bandara Syamsudin Noor, kemudian dari Banjarbaru menuju Martapura. Panjangnya sekitar 40 kilometer, kata Ariadi.
Ia menegaskan, kereta gantung ini merupakan tawaran investor, bukan permintaan dari pemerintah provinsi.