RANTAU – Setiap tanggal 17 Mei ingatan kita selalu dikuatkan pada sejarah kolektif perjuangan rakyat Kalimantan Selatan yang mencanangkan bahwa Kalimantan Selatan adalah bagian dari Indonesia.
Dan itu merupakan wujud kesetiaan rakyat terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945 yang pertama kali dikukuhkan oleh Soekarno dan Hatta.
Kabupaten Tapin memiliki sejarah perjuangan Kalimantan Selatan yang diabadikan melalui relief perjuangan yang terletak di jantung ibu kota Kabupaten Tapin, Jalan Brigjend Hasan Basri, Desa Rantau Kiwa, Kecamatan Tapin Utara.
Menurut Penggiat Pemuda Kabupaten Tapin Rizkan, mengingat sejarah sangat penting bagi masyarakat karena menghimpun pengalaman perjalanan sebagai bangsa beradab yang diabadikan sebagai ilmu dan pelajaran bagi generasi sekarang dan mendatang.
“Sebagai masyarakat Tapin, kita harus bangga memiliki Relief Perjuangan di Kalimantan Selatan. Bahkan Monumen dan Taman 17 Mei merupakan bentuk penghormatan dan penggalian serta memunculkan semangat baru dalam mengimplementasikan nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan,” ujarnya. dijelaskan.
Rizkan mengatakan, kita harus berhati-hati dan benar-benar menjadikan pelajaran tentang keringanan perjuangan ini. Dan berharap kedepannya pemerintah membangun museum perjuangan, untuk memperkaya dan memperkuat ciri-ciri masyarakat yang memiliki kebanggaan terhadap sejarah.
“Selain Bantuan Perjuangan, saya berharap kedepannya pemerintah membangun museum perjuangan, baik perjuangan para pahlawan Kalsel, maupun para pahlawan Kabupaten Tapin sendiri. Kabupaten Tapin yang bangga dengan sejarahnya,” ujarnya penuh harap.
Lanjut Rizkan, terkait relief perjuangan atau Taman 17 Mei, yang ia ketahui dibangun atas kesepakatan panitia pembangunan monumen perjuangan, yang berada di Kabupaten Tapin, Rantau. Dipimpin langsung oleh Bupati Tapin pada masanya, yaitu H. Ahmad Makkie. Saat itu dititipkan kepada H. Saberan Duul untuk merancangnya, dan dikerjakan oleh tim pelaksana Isti Bowo dan HM Saleh.
“Pembangunan Monumen Perjuangan yang telah disepakati diresmikan langsung oleh Menteri Sekretaris Negara yang menjabat saat itu Sudharmono, SH yang pada tanggal 27 Juli 1985 dan berdiri hingga sekarang,” ujarnya.
Rizkan menambahkan, relief perjuangan ini harus dijadikan sebagai sumber pembelajaran ilmu-ilmu sosial, khususnya dalam pembelajaran sejarah.
“Sangat menarik untuk belajar langsung tentang relief perjuangan yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat terutama guru dengan siswa untuk melihat langsung dan mendapatkan pengalaman belajar di luar kelas ke tempat-tempat bersejarah di daerahnya masing-masing,” ungkapnya.
Lebih lanjut menurut Rizkan, mengenai proklamasi yang dilakukan pada 17 Mei 1949, sebagai reaksi atas Perjanjian Linggarjati yang menyatakan bahwa hanya Jawa dan Sumatera saja yang menjadi wilayah Republik Indonesia. Selain itu, Belanda hanya mengakui penguasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera.
“Atas kesetiaan rakyat Kalsel kepada Indonesia. Kesepakatan tersebut merupakan tamparan terbesar bagi perjuangan kemerdekaan dan para pejuang menunjukkan eksistensinya, dengan berbagai cara dan semangat yang membara,” ujarnya.
Persiapan Proklamasi 17 Mei 1949 dengan terbentuknya Panitia Persiapan Proklamasi diketuai oleh H. Aberani Sulaiman, Wakil Ketua Gt. Aman, dan Sekretaris Hasnan Basuki. Dalam praktiknya, tempat pertemuan sering berpindah-pindah, untuk menghindari patroli Belanda.
Kemudian dilanjutkannya, pada tanggal 15 Mei 1949, naskah tersebut dirumuskan dan dibawa oleh H Ramli dan Kardi, untuk disampaikan kepada Hasan Basry dan dibacakan di depan para pejuang yang telah berkumpul dan pengibaran bendera merah putih.
“Isi teks itu berbunyi Proklamasi, Merdeka! Dengan ini kami rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan mengumumkan berdirinya pemerintahan Gubernur Angkatan Darat dari ‘ALRI’ yang melindungi seluruh wilayah Kalimantan Selatan menjadi bagian dari Republik Indonesia, memenuhi isi Proklamasi 17 Agustus 1945 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Hal-hal yang berkaitan dengan peralihan kekuasaan akan dipertahankan dan bila perlu diperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Tetap Merdeka! Kandang, 17 Mei IV REP. Atas nama rakyat Indonesia di Angkatan Darat Kalimantan Selatan Gubernur Hasan Basry,” jelasnya
Pada akhirnya, keikhlasan hati, sikap dan pemikiran para pejuang selalu melahirkan gerakan-gerakan yang luar biasa dan konon kekuatan ini berlipat ganda untuk pembangunan daerah Kabupaten Tapin tercinta.