Pihak berwenang Kolombia masih mencari keberadaan empat anak suku asli yang menjadi penumpang di dalam pesawat kecil yang jatuh di hutan Amazon pada awal bulan ini. Saat kecelakaan terjadi pada tanggal 1 Mei, tiga penumpang dewasa lainnya tewas. Pencarian terus dilakukan untuk menemukan anak-anak tersebut dan kejadian ini telah membuat warga Kolombia tegang.
Kecelakaan tersebut melibatkan pesawat baling-baling Cessna bermesin tunggal yang membawa enam penumpang dan seorang pilot. Pesawat tersebut menyatakan keadaan darurat karena mengalami kerusakan mesin dan kemudian menghilang dari radar. Pencarian dilakukan untuk menemukan para penyintas yang ada.
Pada hari Selasa tanggal 2 Mei, tentara Kolombia menemukan rongsokan pesawat beserta jenazah pilot, seorang pemandu, dan ibu dari keempat anak suku asli yang saat ini masih belum ditemukan. Anak-anak tersebut telah diidentifikasi sebagai Lesly Jacobombaire Mucutuy berusia 13 tahun, Soleiny Jacobombaire Mucutuy berusia 9 tahun, Tien Noriel Ronoque Mucutuy berusia 4 tahun, dan Cristin Neriman Ranoque Mucutuy berusia 11 bulan.
Pada hari Rabu tanggal 17 Mei, Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan melalui Twitter bahwa empat anak itu telah ditemukan dan masih hidup. Namun, beberapa jam kemudian, petro menghapus tulisannya dan mengatakan bahwa anak-anak tersebut belum ditemukan. Petro juga menambahkan bahwa pihak berwenang akan terus mencari tanpa henti.
Puluhan personel militer dan warga suku asli dari komunitas terdekat telah mencari di area lokasi jatuhnya pesawat. Masyarakat Kolombia memperdebatkan berbagai temuan dalam pencarian tersebut dan apakah temuan-temuan tersebut terkait dengan keberadaan keempat anak tersebut.
Sejumlah barang seperti dot bayi dan gunting ditemukan di area tersebut, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan keempat anak suku asli tersebut. Perusahaan pemilik pesawat itu juga mengatakan bahwa pilot mereka mendengar bahwa anak-anak tersebut sedang dalam perjalanan menuju desa dengan menumpang kapal sungai. Namun, mereka tidak pernah tiba di desa tersebut.
Laporan lainnya juga mengatakan bahwa keempat anak tersebut menumpang kapal di Sungai Apaporis menuju desa Cachiporro, namun mereka tidak ditemukan di antara para penumpang saat kapal itu tiba di desa tersebut.
Hingga saat ini, keberadaan keempat anak suku asli tersebut masih menjadi misteri dan pencarian terus dilakukan oleh pihak berwenang bersama-sama dengan warga suku asli dan komunitas-komunitas lainnya.