WONSOBO(SUARABARU.ID)-Puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) Fatayat NU Wonosobo ke-73 di Alun-Alun setempat, Minggu (28/5/2023), cukup meriah dan meriah dengan kehadiran Syarifah Lala binti Habib Umar Bafaqih (Banyumas) dan Hj. Wafi’ Azizah (Magelang), penyanyi lagu sholawat.
Prosesi Harlah Fatayat NU ke-73 diawali dengan pembacaan Al-Quran ke-107 oleh anggota Ikatan Hafidzoh Fatayat NU (IHF), dilanjutkan dengan Senam Tangkas (Gerakan Fatayat Sehat, Aktif dan Produktif) bersama dan pembagian hadiah untuk MC, Khitobah dan Kompetisi Agile dalam senam.
Dies Natalis Fatayat NU ke-73 ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Syarifah Lala binti Habib Umar Bafaqih dan Hj Wafi’ Azizah. Di akhir sholawat, Syarifah Lala memimpin doa yang cukup khusyuk dan membuat para pengunjung menitikkan air mata.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua PCNU KH Abdurrahman Efendija, Ketua Syuriah PCNU KH Arifin Shidiq, Ketua PC Muslimat Hj Umi Fatmah Alh, Bupati Afif Nurhidayat, Wakil Ketua M Albar, Ketua TP PKK Dyah Afif Nurhidayat, Wakil TP PKK Khusniyati M Albar, Sekda One Andang Wardoyo, Kepala Kemenag Panut dan jajaran Forkompimda lainnya.
Ketua PC Fatayat NU Wonosobo Haryati mengatakan, organisasi yang dipimpinnya kini telah berusia 73 tahun. Lahir sebelum 24 April 2023. Kini Fatayat NU telah berusaha melakukan banyak hal, baik secara nasional maupun internasional. Fatayat NU juga akan meluncurkan produk baru “Mukena Fatayat NU”.
“Di kancah internasional, Fatayat NU telah berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa perempuan di seluruh dunia. Mengurus masalah perempuan dan anak, kasus keterbelakangan, kemiskinan, kesehatan, reproduksi perempuan, memperkuat kemandirian ekonomi dan menegakkan hukum yang berpihak pada anak dan perempuan”, tegasnya.
Afif Nurhidayat mengapresiasi kerja yang dilakukan PC Fatayat NU Wonosobo. Karena program yang dilaksanakan selaras, serasi dan mendukung kebijakan pemerintah daerah khususnya dalam konteks pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Termasuk menangani stunting dan pengentasan kemiskinan.
“Dulu kasus keterbelakangan Wonosobo menduduki peringkat ke-35 se-Jawa Tengah atau paling rendah. Sekarang alhamdulillah berada di peringkat 12. Sebelumnya kasus stunting mencapai 28,7 persen, kini turun menjadi 22,1 persen. Kita berharap pada tahun 2025 Wonosobo sudah zero stunting dan zero poor, yaitu tidak ada stunting dan tidak ada lagi kasus kemiskinan,” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa negara akan kuat jika perempuan berdaya. Begitu pula jika kualitas sumber daya manusia (SDM) perempuan, termasuk staf Fatayat NU Wonosobo unggul, maka daerah akan berkembang dan maju pesat. Berbagai masalah yang mereka hadapi dapat diselesaikan antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.
“Momentum Dies Natalis Fatayat NU ke-73 ini dapat dijadikan sebagai media untuk mengevaluasi program-program yang telah, sedang dan akan dilakukan ke depan. Di tahun politik ini, kita berharap kondisi daerah tetap aman dan damai. Fatayat NU juga harus bisa mengayomi seluruh umat. Meski banyak warna, ada yang hijau, kuning, biru dan merah, semuanya harus tetap utuh. Tidak bisa dipisahkan,” harapnya.
KH Abdurrahman Effendi meminta jajaran Fatayat NU menjadi pionir agar perempuan tidak hanya mementingkan urusan dapur, sumur, dan kasur. Namun, perempuan harus berani keluar untuk berbuat lebih banyak di masyarakat. Seperti ikut serta dalam mengatasi stunting, kemiskinan dan putus sekolah yang masih tinggi di Wonosobo.
“Pegawai Fatayat NU harus mampu berpikir dan merancang program di luar kotak atau berpikir dan bertindak di luar kotak. Benamkan diri Anda dalam komunitas untuk mengadvokasi perempuan dan anak yang mengalami kekerasan. Melakukan pemberdayaan ekonomi untuk menjadi perempuan yang tangguh dan mandiri,” ujarnya.
Muharno Zarka