Aktivitas perusahaan tambang batu bara mulai mendekati atau “mengelilingi” makam karomah Datu Nuraya (sekitar 150 kilometer sebelah utara Banjarmasin) di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan (Kalsel).
aktivitas penambangan batu bara berada sekitar 300 meter dari Mausoleum Datu Nuraya atau Abdul Mu’in/Abdur Ra’uf/Abdul Djabbar.
Oleh karena itu, jika beberapa tahun lalu para peziarah tidak melalui jalur tambang, kini harus berhati-hati karena melintasi jalan angkutan “emas hitam” atau batu bara dari perusahaan tambang.
Makam Datu Nuraya merupakan salah satu situs sejarah terkenal di Kalimantan Selatan yang kini berpenduduk lebih dari empat juta jiwa yang tersebar di 13 kabupaten/kota dan mayoritas beragama Islam, karena panjang makam kurang lebih 60 meter dan lebar sekitar enam meter.
Beberapa jemaah, termasuk H Sofwan, pensiunan guru asal Banjarbaru, berharap makam Datu Nuraya tetap terjaga dengan baik, setidaknya seperti saat ini.
“Apalagi Makam Datu Nuraya merupakan ‘cagar budaya’ yang dilindungi UU Purbakala,” kata peziarah asal Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalimantan Selatan itu.
Anas, pensiunan guru asal Banjarmasin dari hulu sungai atau “Banua Anam” Kalimantan Selatan mengatakan, jalan menuju makam Datu Nuraya kini sudah nyaman.
“Untungnya ada rambu-rambu jalan untuk keselamatan jemaah agar berhati-hati,” kata Guru Anas dari Desa Aluan Mati, Kecamatan Batu Benawa, HST.
Banua Anam Kalimantan Selatan meliputi Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), HST “Bumi Murakata”, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kabupaten Balangan dan Tabalong.
Di kawasan Datu Nuraya terdapat tandon (penampung air dari sumur bor) untuk memudahkan jamaah binaan perusahaan tambang batu bara.
Makam Datu Nuraya berjarak dekat atau sekitar 15 menit perjalanan dengan mobil dari makam Datu Sanggul atau Abdussamad Al Palembangi, seorang ulama dari “Bumi Sriwijaya” Sumatera Selatan (Sumsel) yang juga terkenal sejak lama di Kalimantan Selatan khususnya.
Di Tapin “Bumi Ruhui Rahayu” terdapat beberapa makam yang oleh masyarakat Banjar Kalimantan Selatan dianggap karamah, antara lain Makam Datu Sanggul dan Nuaraya, Makam Datu Muhammad Mahmud Al Qabul di Margasari yang akhir-akhir ini menjadi tren ziarah.
Sementara itu, Bumi Ruhui Rahayu Tapin merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten di Kalimantan Selatan “Bumi Perjuangan Pahlawan Nasional Pangeran Antasari” atau “Bumi Lambung Mangkurat” yang juga memiliki potensi tambang emas hitam yang cukup potensial.