Selasa pagi (6/12/2022), Kaesang Pangarep calon suami Erina Gudono menggelar gladi resik di Royal Ambarrukmo Hall. Keduanya akan melangsungkan akad nikah sesuai adat Jawa pada 10 Desember 2022.
Saat ini, Erina Gudono sedang mengikuti tradisi pingitan. Rencananya Erina bersama ibu dan kakaknya Ellen naik kereta emas dari lobby hotel menuju Kuncungan Pendopo Agung. Di sana, Kaesang akan menunggu, kemudian melaksanakan Tradisi Panggih.
Ternyata, ada 11 tahapan dalam upacara adat panggih. Setiap tahapan memiliki makna. Upacara panggih melambangkan pertemuan awal antara pengantin wanita dan pengantin pria.
1. Pengajuan Keberatan
Baca juga:Jusuf Kalla Ingatkan Bahaya Melebarnya Jurang Miskin dan Kaya di Indonesia, Singgung Kerusuhan 1998
Pengantin pria didampingi seorang tetua laki-laki menyerahkan Sanggan kepada orang tua pengantin wanita sebagai tebusan untuk putri mereka.
Sanggan terdiri dari satu tangkep atau dua sisir pisang raja yang sudah masak di atas pohon, sirih ayu, bunga telon berisi bunga mawar, melati dan kenanga, serta benang lawe.
2. Balangan Gantal (buang pinang)
Selanjutnya upacara Balangan Gangal bertujuan untuk saling melempar cinta. Balangan artinya melempar, sedangkan gantal artinya daun sirih yang diisi bunga pinang, daun sirih, gambir dan tembakau yang diikat dengan benang lawe.
Pengantin pria menggantung di dahi, dada dan lutut pengantin wanita. Kemudian mempelai wanita membalas dengan melemparkan gandengan di dada dan lutut mempelai pria.
Baca juga:Profil dan Rekam Jejak Wahyu Iman Santoso, Hakim Penyemprot Bripka Ricky
3. menginjak telur, biji dadi, wijikan atau Ranupada
Pemaes akan mengambil sebutir telur ayam yang kemudian ditempelkan di dahi mempelai pria terlebih dahulu. Kemudian telur ayam juga ditempelkan di kening mempelai sebanyak tiga kali.
Setelah itu, telur ayam dipecahkan di kaki mempelai pria dan mempelai wanita membasuh kaki mempelai pria dengan air bersih. Pencucian ini mencerminkan bentuk bakti istri kepada suaminya agar rumah tangga bahagia dan harmonis.
Peralatan yang digunakan untuk ranupada terdiri dari gayung, mangkok, nampan, kembang sritaman dan telur.
4. bergandengan tangan Kanten Asto (Kanthen Asta)
Dalam prosesi ini, kedua mempelai berdiri berdampingan dan bergandengan tangan sambil mengaitkan jari kelingking mereka, perempuan di sebelah kiri dan laki-laki di sebelah kanan. Kedua mempelai kemudian berjalan menyusuri pelaminan bersama-sama.
5. Selimut Slindur
Di panggung, ibu mempelai wanita menutupi kedua lengan kedua mempelai dengan kain sindur. Setelah itu kedua mempelai berjalan perlahan ke kursi pengantin, diikuti oleh kedua orang tua.
6. Pangkon, Timbangan atau Tanem Jero
Setelah sampai di pelaminan, kedua mempelai tetap berdiri berdampingan dengan membelakangi pelaminan atau menghadap para tamu undangan. Ayah mempelai wanita mendudukkan kedua mempelai di kursi kedua mempelai sambil memegang dan menepuk bahu kedua mempelai di hadapan ibu mempelai wanita.
7. Kucur Kucur atau Terlihat Kaya
Pengantin pria menuangkan isi keba ke pangkuan wanita dan menerimanya dengan kain sindur. Hal ini dilakukan agar isi keba tidak habis sama sekali dan tidak ada barang yang tercecer.
Kacar kucur dalam pernikahan adat Jawa melambangkan bahwa suami wajib dan bertanggung jawab menafkahi istrinya.
Tas keba atau anyaman yang berisi beras kuning, kacang tanah, kacang kedelai, uang logam dan bunga telon seperti bunga mawar, melati dan kenang-kenangan untuk mempelai.
8. Dulangan atau Dhahar Kalimah
Kedua pengantin baru saling memberi makan nasi. Upacara dulang melambangkan keharmonisan yang harmonis antara suami dan istri.
Pengantin pria membuat tiga kepalan nasi kuning dan meletakkannya di atas piring yang dipegang oleh pengantin wanita. Pengantin wanita makan satu kepalan pada satu waktu dengan pengantin pria menonton. Kemudian mempelai pria memberikan segelas air kepada mempelai wanita.
9. Bubah Kawahba atau Point Rujak Dengan
Kedua mempelai dan orang tua mempelai mencicipi rujak degan, minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda yang dicampur dengan gula merah, sehingga rasanya manis dan segar. Prosesi ini memiliki makna kerukunan dan kebersamaan.
10. Mapag besan atau mertua datang berkunjung
Prosesi selanjutnya adalah mapag besan yang berarti mengambil besan. Prosesi ini dilakukan karena orang tua mempelai pria tidak diperbolehkan hadir selama prosesi panggih hingga upacara ngunjuk rujak degan.
11. Sungkeman atau Pangabekten
Sungkeman dilakukan sebagai wujud bahwa kedua mempelai akan patuh dan berbakti kepada orang tua. Dalam prosesi ini, kedua mempelai bersujud kepada orang tua masing-masing untuk memohon restu dan mohon maaf atas segala khilaf dan khilaf.
Kontributor Ismoyo Sedjati