Angkatan Udara Taiwan telah melakukan tindakan pada hari Minggu (11/6) setelah mengamati 10 pesawat tempur China melintasi garis median Selat Taiwan. Kejadian ini terjadi ketika Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa empat kapal perang China juga melakukan patroli tempur. Ini adalah kali kedua dalam kurun waktu kurang dari seminggu terjadinya insiden serupa. Taiwan melaporkan aktivitas militer China setelah 37 pesawat militer China pada hari Kamis terbang ke zona pertahanan udara pulau itu, beberapa di antaranya kemudian terbang ke Pasifik barat.
China menganggap Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan selama tiga tahun terakhir secara teratur mengerahkan Angkatan Udara untuk terbang di langit dekat pulau tersebut, meskipun tidak memasuki wilayah udara teritorial Taiwan. Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataan singkat mengatakan bahwa pada pukul 14.00 waktu setempat pada hari Minggu (11/6), sebanyak 24 pesawat Angkatan Udara China, termasuk pesawat tempur dan pembom, telah terdeteksi. Namun, tidak disebutkan di mana pesawat-pesawat tersebut terbang. Kementerian tersebut melaporkan bahwa 10 di antaranya telah melintasi garis median Selat Taiwan, yang sebelumnya berfungsi sebagai penghalang tidak resmi. China tidak mengakui garis tersebut dan secara rutin melintasinya sejak tahun lalu. Empat kapal Angkatan Laut China ikut dalam “patroli kesiapan tempur bersama” tanpa memberikan perincian. Taiwan mengirimkan pesawat tempurnya sendiri dan mengerahkan kapal serta sistem rudal darat untuk berjaga-jaga.
China tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya. Taiwan bersiap untuk melaksanakan pemilu pada Januari dan dalam pidato video pada hari Minggu (11/6) kepada para pendukung di Pulau Matsu yang dikuasai Taiwan dekat dengan pantai China, Wakil Presiden Taiwan William Lai mengatakan dia akan melakukan yang terbaik untuk “menstabilkan status quo damai di Selat Taiwan” jika dia memenangkan kursi kepresidenan. Lai mencalonkan diri sebagai kandidat Partai Progresif Demokratik yang berkuasa. Tsai tidak dapat mencalonkan diri lagi karena terganjal batasan masa jabatan. Tsai telah berulang kali menawarkan digelarnya dialog dengan China, tetapi ditolak karena Beijing memandang dia dan partainya sebagai separatis.