Setelah melalui riset hingga dituangkan dalam buku dalam kurun waktu dua tahun penulisan, buku berjudul Kisah Gerilya Mustafa Ideham untuk Dunia Pendidikan terbit pada April 2023.
Buku yang ditulis Nasrullah dan Pahri Rahman itu dibahas di ruang seminar FISIP Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari (MAB) Banjarmasin, Sabtu (17/6/2023).
Pahri Rahman menyatakan sosok Mustafa Ideham layak untuk diabadikan dalam sebuah buku. Hal ini karena Mustafa Ideham adalah pendiri Universitas Islam Kalimantan (Uniska), pemimpin perang Batakan, Puruk Cahu Kewedanaan, pendiri Kerukunan Keluarga Bakumpai (KKB), pendiri Kabupaten Barito Kuala (Batola ) dan administrator legiun veteran.
“Dalam menulis biografi, agar lebih variatif, saya memilih soft news. Apalagi sosok Mustafa Ideham memiliki banyak perjalanan hidup dan perjuangan. Tentu banyak sekali human interest yang bisa dilihat, akhirnya setelah dua tahun menulis buku ini terbit,” kata Pahri Rahman.
Sementara itu, Nasrullah menyebut sosok Mustafa Ideham memiliki peran dan fungsi sosial yang sangat tinggi di masyarakat. Salah satu alasan berdirinya Uniska MAB terkait dengan peristiwa besar nasional pasca perjuangan mempertahankan NKRI oleh Mustafa Ideham.
Ada delapan gerakan infiltrasi rahasia. Dua di antaranya dilakukan oleh Mustafa Ideham, dalam buku Sejarah TNI Angkatan Laut (Masa Perang Kemerdekaan 1945-1950), ekspedisi menggunakan kapal layar berangkat dari Tuban pada Februari 1946 dan mendarat di Baakan pada April. 1946.
Sedangkan dalam buku Sejarah Perjuangan Rakyat Kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan Selatan (periode 1945-1949) dilakukan pada bulan Oktober 1947 berangkat dari Tuban menggunakan dua perahu menuju Sungai Kapuas. Selanjutnya, satu perahu menuju ke Banjarmasin.
“Setelah perjuangan mempertahankan kemerdekaan, yang terjadi banyak mantan pejuang tidak diakui status juangnya. Jadi diperlukan legalitas administrasi publik tapi tidak ada catatan perjuangannya,” kata Antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM) itu.
Nasrullah mengungkapkan, ketika terjadi surplus pasukan pasca kemerdekaan Indonesia yang disebut pemerintahan demobilisasi, hal ini menjadi masalah baru. Di Kalimantan Selatan dibutuhkan 10 ribu tentara. Sementara ada 40 ribu prajurit, ada 30 ribu prajurit yang harus disisihkan. Yang terjadi 40 Perwira Divisi 4 TNI AL lulus pendidikan, sebagian besar minta kembali ke masyarakat.
Nasrullah mengatakan berdasarkan catatan pensiunan Letnan Jenderal Zaini Azhar Maulani, seorang tokoh militer Indonesia dan Kepala Badan Intelijen Negara pada Kabinet Reformasi Pembangunan.
“Katanya sepupu saya, pemimpin gerilya yang sangat dihormati, Kapten Mustafa Ideham, mengundurkan diri atas kemauannya sendiri,” kata mahasiswa doktoral (S3) di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.
Artinya ada sindiran kenapa mengundurkan diri. Yang terjadi Divisi 4 TNI AL dilikuidasi menjadi Divisi Lambung Mangkurat, akhirnya Letkol Hasan Basri tidak bisa menjadi panglima tertinggi, maka Indonesia Bersatu Angkatan Bersenjata (APRIS) dari Komando Militer Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) dinaikkan satu tingkat,” kata Nasrullah lagi.
Nasrullah mengatakan para pejuang ALRI Divisi 4 diturunkan satu tingkat. Belied ini terjadi pada Mustafa Ideham yang seharusnya dinaikkan pangkatnya dari Kapten menjadi Mayor. Tepatnya, bahkan diturunkan pangkatnya menjadi Letnan Satu. “Dari sini, Mustafa Ideham berpikir kalau dia tidak kuliah, dia tidak akan naik pangkat,” ujarnya.
Nasrullah mengatakan keterkaitannya dengan Uniska MAB adalah sosok Mustafa Ideham dalam jangka panjang. Ini yang tidak dikatakan oleh Mustafa Ideham, namun Nasrullah dan Pahri Rahman berusaha menebar benang merahnya.
“Artinya dia sadar karena kecewa. Sebagian besar demobilisasi itu berujung likuidasi Divisi 4 TNI AL dan demosi,” jelas Nasrullah.
“Yang tidak dikatakan Mustafa Ideham tapi dilakukan adalah mendirikan Uniska MAB. Tujuannya agar republik menghormati putra daerah, untuk mendapatkan penghargaan ini harus mempelajari ilmu yang perlu diakomodasi dengan mendirikan universitas,” tambah Hapakat aktivis Bakumpai.
Mewakili keluarga, Dr Wahyudin Nor mengatakan bahwa kehadiran buku ini luar biasa karena banyak hal dari Mustafa Ideham. Selain itu, terkait pendirian MAB Uniska, buku ini dapat menjelaskannya dengan lebih gamblang.
“Apresiasi yang tinggi kami sampaikan kepada Nasrullah dan Pahri Rahman atas terbitnya buku ini, sehingga dapat dinikmati oleh anak cucu dan mungkin dapat dibaca oleh anak-anak didik yang lebih muda, sebagai bentuk ingin mengetahui sejarah yang berkaitan dengan perjuangan mereka dan berdirinya Uniska MAB,” tambah Wahyudin Nor.
Atas peran luar biasa dan nama besar Mustafa Ideham, tentu patut untuk diabadikan. Setidaknya menjadi nama gedung di salah satu gedung, semua itu kembali kepada mahasiswa MAB Uniska.
Hadir dalam acara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik (HMPAP) FISIP Uniska MAB, Ketua Yayasan Uniska H Budiman, Dekan FISIP Uniska Hj Dewi Merdayanty, Wakil Dekan I FISIP Junaidy, Wakil Dekan II Lieta Dwi Novianti, Wakil Dekan III FISIP Uniska MAB M Agus Humaidi.