Oleh: Yodi Guntur Patriot SPd, Guru SDN 2 Pembataan, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong
BANJARMASINPOST.CO.ID – Baru-baru ini, di media sosial viral video sejumlah anak-anak dan orang dewasa yang mahir mendemonstrasikan permainan tersebut dengan media dua buah bola plastik kecil menyerupai pendulum. Masing-masing diikat dengan tali, kemudian keduanya diayunkan ke atas dan ke bawah lalu diadu hingga berbunyi tek tek tek.
Ya, lato-lato begitu orang menyebutnya. Viralnya tak tanggung-tanggung, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan mencoba mainan ini saat kunjungan kerjanya ke Subang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Nama Lato-lato sendiri diambil dari bahasa Bugis Makassar yang berarti suara benturan dua bola kecil yang bergerak saat dimainkan. Sedangkan di daerah lain seperti di Jawa dikenal dengan etek-etek dan di Kalimantan disebut latuk-latuk.
Pada dasarnya mainan ini cukup populer di Indonesia pada tahun 1990-an. Namun, mainan ini bukan berasal dari Indonesia. Asal muasal permainan ini sebenarnya adalah sebuah mainan yang lahir dari anak di Amerika Serikat bernama Clackers Balls Toys. Mainan ini juga dikenal di sejumlah negara. Di negara lain, mainan ini dikenal dengan berbagai nama. Sebut saja click-clacks, knockers, ker-bangers, hingga clankers.
Mengutip laman Pusat Nostalgia, asal muasal Lato-lato ini menunjukkan bentuk pendulum atau pendulum yang berbeda dengan sekarang. Dulu mainan ini terdiri dari dua pendulum yang terbuat dari akrilik atau kaca. Kedua bola ini diikatkan pada seutas tali dengan cincin atau pegangan kecil di tengahnya. Cincin berfungsi untuk membuat kedua pendulum mengaduh dan mengeluarkan suara. Namun, bahan tersebut dianggap terlalu berbahaya. Kalau bentrok bisa pecah. Saat bola pendulum pecah, pecahannya bisa melukai wajah anak-anak yang bermain dengannya. Karena berbahaya, bahan utama pendulum pada mainan ini diganti. Pendulum yang semula terbuat dari akrilik menjadi terbuat dari plastik seperti yang terlihat saat ini.
Meski begitu, bermain lato-lato saat ini bukannya tanpa risiko. Dalam proses berlatih bermain bisa cedera jika tidak hati-hati. Tak jarang ada yang mengalami memar di pergelangan tangan, dahi atau di kepala. Sehingga sering memicu perselisihan antar pemain setelahnya. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan orang tua saat anak memainkannya. Di sisi lain, tren mainan ini bagi sebagian orang menyisakan cerita dan kesan kurang baik akibat tingkat kebisingan yang ditimbulkan. Apalagi jika dilakukan secara berlebihan dan terus menerus. Dibutuhkan sikap bijak untuk bisa menempatkan waktu dan situasi saat memainkannya agar tidak merugikan dan mengganggu orang lain.
Namun ada sisi positif yang muncul dari maraknya game ini. Apalagi anak-anak semakin mengenal permainan tradisional yang sudah jarang ditemui dan dimainkan saat ini. Dengan tren dan viralnya Lato-lato setidaknya bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari dunia gadget. Kemungkinan waktu anak-anak di depan gawai juga berkurang.
Banyak manfaat lainnya, terutama untuk anak-anak. Salah satunya adalah meningkatkan fungsi koordinasi antara kemampuan kognitif dan motorik yang terjadi saat anak mencoba memainkannya. Bermain dengan teman sebaya akan meningkatkan perkembangan sosio-emosional anak. Hal ini akan sangat mempengaruhi kecerdasan emosional. Permainan ini juga merupakan media interaksi yang aktif bagi mereka sehingga dalam permainan ini terdapat nilai kompetitif yang berkaitan dengan kemampuan atau keterampilan mereka sehingga timbul persaingan dan sebagainya.
Ditinjau dari pengetahuan awalnya, game ini tidak dikembangkan sebagai mainan melainkan alat yang digunakan untuk pembelajaran fisika. Nah mainan ini diperkirakan akan memberikan pemahaman tentang dua hukum gerak Newton; tentang benda bergerak cenderung untuk tetap bergerak dan setiap tindakan akan menyebabkan reaksi yang sama dan berlawanan.
Lantas apa daya tarik game ini sehingga kembali populer dan viral saat ini? Salah satunya karena imbasnya menimbulkan suara unik yang membuat orang penasaran untuk mencobanya. Selain itu bermain Lato-lato relatif mudah dilakukan dan terjangkau secara ekonomi, bahkan semua kalangan bisa memainkan jenis permainan ini. Uniknya, modifikasi terbaru dari mainan absurd ini mulai bermunculan yaitu penggunaan benda selain bola. Tentu saja itu hanya hiburan tersendiri bagi yang memainkan dan melihatnya.
Melihat betapa masifnya fenomena Lato-lato saat ini, tentunya kita berharap akan berimplikasi positif bagi aspek sosial ekonomi dan budaya negeri ini. Generasi sekarang perlu dikenalkan kembali dengan berbagai jenis permainan tradisional sebagai upaya melestarikan aset budaya yang tak ternilai harganya.
Masih banyak jenis permainan tradisional daerah yang menarik untuk dipromosikan dan dipopulerkan kembali. Di Kalimantan Selatan khususnya terdapat permainan seperti Balogo, Isutan Jarat, Batewah, Enggrang, Bagasing, Badakuan dan lain sebagainya. Karena permainan rakyat ini bukan sekedar permainan, melainkan ada nilai dan unsur budaya yang melekat di dalamnya.
Untuk itu diperlukan upaya dari semua pihak agar keberadaan permainan tradisional tetap terjaga setiap saat. Berawal dari lingkungan keluarga, orang tua bisa berbagi pengalaman masa kecilnya ketika bermain permainan tradisional. Di lingkungan sekolah, guru dapat mendorong siswa untuk mengaktifkan permainan tradisional baik dalam kegiatan pembelajaran intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Pemerintah melalui dinas pendidikan dan kebudayaan di daerah masing-masing dapat membuat program pengembangan budaya daerah termasuk permainan tradisional. Dengan mengadakan event seperti festival atau lomba yang diadakan secara rutin untuk menggaungkan dan kembali memasyarakatkan permainan tradisional secara lebih luas. Sehingga permainan tradisional seperti lato-lato tetap bertahan di tengah perubahan zaman.