Di atas meja panjang diubah seperti altar, parang yang berkarat diambil. Bilahnya diguyur dengan air kembang yang telah dibacakan doa.
Golok merupakan salah satu koleksi benda bersejarah yang ada di Museum Perjuangan Waja Sampai Kaputing (Wasaka) di Banjarmasin. Sebelum ditempatkan di museum, parang tersebut berada di tangan Bakri bin Haji Husin. Bakri, seorang panglima prajurit Kalimantan Selatan. Tepatnya di kawasan Baruh Bahinu Dalam, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan.
Parang konon pernah digunakan Bakri pada masa revolusi fisik 1945-1949. Dieksekusi setidaknya 40 orang. Dari pengkhianat bangsa, hingga penjajah Belanda.
Mendengar penjelasan dari pihak penyelenggara tentang sejarah golok, tak sedikit pengunjung yang hadir merasa takjub. Tak sedikit pula yang mengabadikan momen yang digelar pada Sabtu (24/6) malam itu.
Setelah disiram air bunga, parang tersebut dikeringkan. Kemudian dihisap dengan kemenyan. Setelah selesai, parang dikembalikan ke meja.
Apakah itu berakhir di sana? Tentu tidak. Beberapa benda bersejarah, terutama senjata tajam lain yang menjadi koleksi museum, juga diperlakukan sama. Tak ketinggalan, sejumlah senjata lainnya. Mayoritas anggota komunitas pecinta senjata tradisional Wasi Pusaka Banua (Wasaka).
Di atas meja yang dilapisi kain kuning dan karangan bunga, tidak hanya ada parang. Ada jenis senjata lain. Mulai dari tombak, badik, hingga keris. Satu per satu pusaka juga disiram air kembang, dikeringkan, lalu diasapi.
Sebelum ritual dimulai, terlebih dahulu kegiatan bernama Maturi Dahar diisi dengan rangkaian zikir, salam, serta doa. Stan yang semula disiapkan untuk rangkaian acara diskusi tradisi budaya hingga buku, diubah untuk acara ritual Maturi Dahar.
Meja panjang yang dilapisi kain kuning ditata sedemikian rupa. Di atasnya ditaruh berbagai macam kue. Total ada 41 jenis.
Sebagian besar kue khas Banjar. Misalnya ada kue ketupat, apam, lamang dan sebagainya.
Berdampingan dengan penganan tersebut, ditempatkan sejumlah koleksi museum dan koleksi anggota komunitas Wasaka. Ritual Maturi Dahar dikenalkan pada Festival Parang yang diselenggarakan oleh Komunitas Wasaka Koordinator Wilayah Kalsel.
Didukung oleh instansi terkait, kegiatan tersebut digelar di kawasan Museum Wasaka. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 22-25 Juni.
Kepala Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman Disdikbud Kalsel, Arry Risfansyah mengatakan, Maturi Dahar baru pertama kali digelar di kawasan Museum Wasaka.