Daftar isi
Laduni.ID, Jakarta – Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari bersama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan. Karena tingginya ilmu yang dimilikinya dan kegigihannya dalam berdakwah, Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari diberi gelar oleh masyarakat Sumatera sebagai ‘Maulana al-‘Allamah al-Fahhamah al-Mursyid Ilaa Thariq al-Salamah as-Syekh Muhammad Nafis Ibn Idris Ibn Husein al-Banjari (Guru yang sangat saleh yang menunjukkan jalan keselamatan Syekh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein al-Banjari).
Semasa hidupnya, Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari menulis beberapa karya. Beberapa karya tersebut membahas masalah hubungan antara makhluk dan khaliq, atau dalam bidang tasawuf. Buku-bukunya antara lain Kanz as-Sa’adah fi Bayan Istilihat as-Sufiyyah (buku yang menguraikan istilah sufi) dan Ad-Durrun an-Nafis fi Bayan Wahdah al-Af’al wa al-Asma’ wa as-Sifat wa az-Zat (Permata Berharga Kesatuan, Nama, Sifat dan Zat).
Karena kegigihannya dalam belajar ilmu Tasawuf. Syekh Muhammad Nafis akhirnya berhasil meraih gelar tersebut “Syekh al-Murshid”yaitu seseorang yang paham, paham, mengamalkan dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Tasawufgelar yang menunjukkan bahwa dia mampu dan diizinkan serta diberi izin untuk mengajar Tasawuf dan perintahnya kepada orang lain.
Profil
Nama lengkapnya Muhammad Nafis bin Idris bin Husein, lahir sekitar tahun 1148 H/11735 M, di kota Martapura, sekarang ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Syekh Muhammad Nafis al-Banjari berasal dari keluarga bangsawan atau kesultanan Banjar yang silsilah dan keturunannya berlanjut hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M), raja Banjar pertama yang masuk Islam, yang sebelumnya bergelar Pangeran Samudera.
Guru-gurunya antara lain:
- Syech Abdullah bin Hijazi ash-Syarqawi al-Azhari.
- Syaikh Shiddiq bin Umar Khan.
- Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samani al-Madani.
- Syekh Abdur Rahman bin Abdul Aziz al-Maghribi.
- Syekh Muhammad bin Ahmad al-Jawhari.
- Syekh Yusuf Abu Dzarrah al-Mishri.
- Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim al-Mirghani.
- Syekh Abu Fauzi Ibrahim bin Muhammad ar-Ra’is az-Zamzami al-Makki.
Selengkapnya tentang profil beliau silahkan baca Biografi Syech Muhammad Nafis Al-Banjari
Lokasi Makam
Tidak ada catatan pasti kapan meninggalnya, namun karena sezaman dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari diperkirakan meninggal pada tahun 1812 M. Ia dimakamkan di Mahar Kuning, Desa Binturu, kini bagian Desa Kelua Kecamatan Tabalong Kalimantan Selatan.
mengangkut
Haul Syech Muhammad Nafis Al-Banjari diselenggarakan pada bulan Rajab tahun Hijriah. Haul diperingati di areal Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari, di Desa Binturu, Kecamatan Kelua
Motivasi Haji Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Mengingat Kematian dan Akhirat
2. Berdoa
3. Untuk mendapatkan berkah
4. Memenuhi hak ahli makam yang diziarahi, seperti berziarah ke makam orang tua
Fadilah
Makam Syech Muhammad Nafis Al-Banjari banyak dikunjungi jamaah dan pelajar. Mereka tidak hanya berasal dari daerah Tabalong. Banyak peziarah datang dari luar kota bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di kompleks pemakaman Desa Binturu.
Ada kepercayaan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berhaji, berdoa dan bertapa di makam Syech Muhammad Nafis Al-Banjari, akan dimudahkan segala kebutuhannya, dimudahkan rezekinya, dimudahkan kebutuhannya.
Hadiah kecil
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang setelah berziarah di Tabalong antara lain:
Kue Lapis India, Kue Bingka, Roti Pisang Banjar, Kue Pare, Kue Apem Barabai, Dodol Kandang, Ikan Amplang, Ikan Wednesdayk, Ikan Seluang Goreng, Kue Rangai, Ikan Sepat Kering
Profil
KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Ia lahir di Tuban sekitar tahun 1820-an. KH. Ahmad Sholeh menikah tahun 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, putri KH. Mukhtar (pengurus Pesantren Cepoko Kabupaten Nganjuk). Dari perkawinan tersebut lahir putra dan putri diantaranya :
- Nyai Shofiyah (menikah dengan KH. Khozin, penerus estafet KH Ahmad Sholeh di Pesantren Langitan)
- KH. Dahlan Hasbullah
- KH. Adnan
- Nyai Sholihah (menikah dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
- Nyai Khodiyah (menikah dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
- Satu lagi putri yang menikah dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).
Guru-gurunya antara lain:
- KH. Muhammad Nur (ayah dari KH. Ahmad Sholeh)
- KH Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pondok Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
- KH Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
- Syekh Nawawi Banten
- Sheikh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Sekolah Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
- Syaikh Muhammad Al-Muqri
- Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
- Syekh Ahmad Nahrowi
- Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
- Sheikh Zahid, Sheikh Umar Asy-Shami
- Syekh Yusuf Al-Mishri
- Sheikh Jamal (Mufti dari Sekolah Hanafi)
Untuk informasi lebih lanjut mengenai profilnya, silahkan baca Biografi KH. Ahmad Sholeh
Lokasi Makam
KH. Ahmad Sholeh mengasuh Pondok Pesantren Langitan selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M dan dimakamkan di kompleks pesantren di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pesantren Langitan.
mengangkut
Haulnya diperingati setiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriyah di pondok pesantren Langitan Tuban.
Motivasi Haji Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Mengingat Kematian dan Akhirat
2. Berdoa
3. Untuk mendapatkan berkah
4. Memenuhi hak ahli makam yang diziarahi, seperti berziarah ke makam orang tua
Fadilah
Makam KH Ahmad Sholeh banyak dikunjungi jamaah dan santri. Tidak hanya berasal dari daerah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di kompleks pemakaman di Desa Widang, Tuban.
Ada kepercayaan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertapa di makam KH. Ahmad Sholeh, maka pikirannya dan hatinya akan terbuka untuk menerima ilmu, Dia akan diberikan kemudahan dalam mencari rezeki, dia akan diberikan kemudahan dalam mencari jodoh, dan dia akan diberikan kemudahan dalam mendapatkan anak yang sholeh dan sholeh.
Hadiah kecil
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang setelah berziarah di Tuban antara lain :
Cumi Renyah, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi, Amplo, Gemblong, Ikan Asin Tuban, Kerupuk Ikan
Sumber foto: Wikipedia, Banjarmasinpost.co.id
Editor: Daniel Simatupang