BANJARBARU – Badan Pengelola (BP) Geopark Meratus semakin melakukan berbagai persiapan menyambut Geopark Meratus menjadi UNESCO Global Geopark (UGG).
Setelah mengirimkan proposal kepada Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO di Paris, Perancis pada 28 Juli 2023, BP Geopark Meratus kini sedang mempersiapkan berkas untuk dikirimkan ke Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) pada minggu kedua Oktober 2023.
Selain itu, BP Geopark Meratus terus aktif memperkuat ekonomi kreatif (ekraf) masyarakat lokal di lokasi dan bersinergi dengan berbagai pihak.
“Kami optimistis Geopark Meratus akan ditetapkan menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark,” kata Wakil Ketua Umum BP Geopark Meratus, Nurul Fajar Desira pada kegiatan Coffee Talk dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Selatan, Selasa ( 26/9).
Saat ini Geopark Meratus yang telah berstatus Geopark Nasional sejak tahun 2018 masih dalam proses pengusulan untuk ditingkatkan dan disertifikasi menjadi UNESCO Global Geopark (UGG).
Jika dirasa layak, tim penilai UNESCO akan melakukan verifikasi lapangan sekitar April-Mei 2024. Yang terpenting, kata Fajar Desira, masyarakat mendukung penetapan Geopark Meratus sebagai UGG dan merasakan dampak ekonominya.
Fajar menjelaskan, pada dasarnya Geopark Meratus untuk mengembangkan pariwisata di Kalimantan Selatan, sehingga pihaknya telah menyiapkan paket wisata dengan empat rute untuk mengunjungi 54 lokasi. Yakni jalur barat, utara, selatan, dan timur.
“Empat jalur tersebut bisa dijelajahi dalam waktu lima hari. “Saat ini kami sedang menyusun paket dua hari satu malam, tiga hari dua malam, empat hari tiga malam, dan lima hari lima malam,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, Jalur Barat meliputi Geopark Desa Adat Meratus Sasirangan di Sungai Jingah, Banjarmasin, dan Pulau Curiak di Kabupaten Barito Kuala.
Kemudian Jalur Selatan meliputi penambangan intan di Pumpung, Cempaka, hingga Kampung Purun di Palam Banjarbaru.
Kemudian Jalur Timur meliputi Riam Kanan, Desa Belangian, hingga Kahung di Kabupaten Banjar.
Serta Jalur Utara meliputi tambang kuno Oranje Nassau di Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, hingga penjelajahan Loksado, Hulu Sungai Selatan (HSS).
Terkait hal tersebut, Ketua Harian BP Geopark Meratus Hanifah Dwi Nirwana mengungkapkan, aspek yang disiapkan adalah dari sisi akses, kelayakan dan kesiapan masyarakat. “Kami mendorong masyarakat untuk mengetahui dan meningkatkan kemampuan ekonominya, misalnya berjualan produk dan kuliner di kawasan Geopark Meratus,” jelasnya.
Hanifah mengatakan, konsep geopark merangkum seluruh destinasi wisata, karena setiap destinasi memiliki filosofi dan merupakan warisan budaya kebanggaan Kalimantan Selatan.
Menurutnya, jika Geopark Meratus mendapat pengakuan UNESCO, otomatis sektor pariwisata Kalsel akan meningkat. “Sekarang ada 10 Geopark UNESCO di Indonesia. “Kita ingin Geopark Meratus menjadi yang ke-11, sehingga otomatis pariwisata kita bisa dipromosikan ke dunia tanpa mengeluarkan biaya yang besar,” tutupnya.