Potret Lubang Buaya tercium bau menyengat sebelum jenazah para jenderal disingkirkan. Instagram/revolution_bangsa1965©2021 Merdeka.com
Suatu ketika setelah menuntut ilmu, Kiai Ali kembali ke Tuban dan aktif berorganisasi dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII). Beliau juga aktif sebagai pegawai di bawah Kementerian Agama. Tepatnya, dari menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di tingkat kecamatan hingga diangkat menjadi Kepala Kementerian Agama (Kemenag) di tingkat kabupaten.
Pada tahun 1955, Kiai Ali terpilih menjadi anggota Dewan Konstituante yang mewakili Partai NU Cabang Bali. Pada tahun 1962, ia memutuskan pindah ke Banyuwangi dan dipercaya menjadi Ketua NU Cabang Banyuwangi. Selama di Banyuwangi, Kiai Ali melahirkan karya fenomenal Shalawat Badar.
Ada sebuah kisah yang sangat menarik sebelum Kiai Ali menulis Shalawat Badar. Kiai Ali bermimpi didatangi oleh orang berjubah putih yang dianggap ahli perang Badar.
Terakhir, Kiai Ali menulis lirik sholawat Badar. Pada tahun-tahun tersebut, sekitar tahun 1960-an, perselisihan antar kelompok yang diatur oleh PKI semakin meningkat.
Kiai Ali adalah sosok yang gemar menulis. Di antara catatan-catatan yang terdapat pada tulisan pegon adalah:
“Naliko kulo gawe lagune Shalawat Badar, yoiku sak ba’dane teko songko Makkah al-Mukarramah, kang tak anyari saat lailatul qiro’ah kelawan mengundang mendiang Haji Ahmad Qusyairi sak murid. Yoiku ono Jumat malam tahun 1960, tonggoku podo ngimpi weruh ono bongso sayyid utowo habib podho melebu ono omahku. Wa karimati, Khotimah, ugo ngimpi ketho’ kanjeng Nabi Muhammad SAW ikut dalam pelukan al-faqir. Kiro-kiro dino jumat ba’da subuh, tonggo-tonggo podho ndodok lawang pawon, podho takon: ‘Maukah tamu sinten mawon kolo ndalu?’. Lajeng kulo kusut Habib Hadi al-Haddar, dan dijawab: ‘Haa ulaai arwaahu Ahlil badri rodhi-yalloohu ‘anhum’. Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin”.
Setelah tercipta, doa ini kemudian meledak dan menjadi sangat populer. Doa ini dengan cepat tersebar ke berbagai daerah hingga menyamai lagu dakwah PKI ‘Genjer-genjer’.
“Kalau melihat isi doanya, tidak bisa lepas dari kondisi saat itu. Banyak masyarakat yang kesulitan mencari makan karena perang antar anak bangsa,” jelas Kiai Syakir.
Selain itu, sebelum meninggal, Kiai Ali juga menulis kitab akhlak dan kumpulan puisi indah. Jariyah lain yang ditinggalkan Kiai Ali adalah madrasah di sebelah rumahnya. Sampai saat ini madrasah telah berkembang hingga tingkat aliyah.
Tentang Kisah Sholawat Badar Menjadi Senjata NU Melawan Lagu Genjer-Genjer PKI
Kisah Sholawat Badar menjadi senjata NU melawan lagu Genjer-Genjer PKI dianggap sebagai salah satu kisah menarik dalam sejarah Indonesia. Sholawat Badar yang ditulis oleh Kiai Ali menjadi simbol perlawanan dan kepemudaan NU terhadap gerakan PKI pada era 1960-an. Dalam cerita ini, Kiai Ali didatangi oleh orang berjubah putih yang dianggap sebagai ahli perang Badar, yang kemudian menginspirasinya untuk menulis Sholawat Badar.
Setelah tercipta, Sholawat Badar dengan cepat menjadi populer dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Doa ini diartikan sebagai doa untuk memohon pertolongan dan keberkahan di tengah perselisihan antar kelompok yang diatur oleh PKI. Kisah ini juga mencerminkan kondisi masyarakat saat itu yang kesulitan mencari makan karena perang antar anak bangsa.
Selain menulis Sholawat Badar, Kiai Ali juga meninggalkan warisan lain berupa kitab akhlak dan kumpulan puisi indah. Ia juga mendirikan sebuah madrasah yang hingga kini telah berkembang menjadi madrasah tingkat aliyah.
FAQ:
1. Apa itu Sholawat Badar?
Sholawat Badar adalah doa yang ditulis oleh Kiai Ali sebagai bentuk perlawanan dan kepemudaan NU terhadap gerakan PKI pada era 1960-an. Doa ini menjadi populer dan menyebar luas di Indonesia.
2. Mengapa Sholawat Badar melawan lagu Genjer-Genjer PKI?
Sholawat Badar dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap gerakan PKI yang diatur oleh pemerintah saat itu. Lagu Genjer-Genjer menjadi lambang PKI, sedangkan Sholawat Badar menjadi senjata NU dalam mempertahankan identitas agama dan kepemudaannya.
3. Apa pesan yang ingin disampaikan melalui Kisah Sholawat Badar?
Kisah Sholawat Badar ingin menyampaikan betapa kuatnya daya juang dan keyakinan NU dalam menghadapi tantangan pada masa itu. Doa ini juga menggambarkan kepedulian terhadap masyarakat yang mengalami kesulitan akibat perang antar anak bangsa.
4. Apa warisan lain yang ditinggalkan oleh Kiai Ali?
Selain Sholawat Badar, Kiai Ali juga meninggalkan warisan berupa kitab akhlak dan kumpulan puisi indah. Ia juga mendirikan madrasah yang hingga kini telah berkembang menjadi madrasah tingkat aliyah.