Kotabaru (ANTARA) – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan Selatan menggelar rapat koordinasi dengan TPID Kabupaten Kotabaru di kantor offroam Sekretariat Daerah Kotabaru dengan agenda pengendalian inflasi.
“Rapat koordinasi ini dapat ditindaklanjuti dan ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana aksi yang terukur oleh jajaran, sehingga upaya pengendalian inflasi di Kotabaru berjalan lebih maksimal,” kata Wakil Bupati Kotabaru Andi Rudi Latif di Kotabaru, Rabu.
Menurutnya, berdasarkan data BPS, Kotabaru merupakan daerah dengan tingkat inflasi tertinggi pada 2022, mencapai 8,65%.
Beberapa penyebab utama tingginya inflasi di Kotabaru adalah kenaikan harga BBM, faktor cuaca, kenaikan tarif angkutan udara, dan penurunan produksi beras lokal akibat serangan hama tungro.
“Untuk itu, kami berharap rakor ini dapat ditindaklanjuti dan dilanjutkan dengan penyusunan rencana aksi yang terukur sehingga upaya pengendalian inflasi di Kotabaru berjalan lebih optimal,” harapnya.
Senada dengan itu, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Roy Rizali Anwar mengatakan inflasi yang tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menahan pertumbuhan ekonomi.
“Oleh karena itu, kami mendorong TPID Kotabaru melakukan upaya ekstra untuk mengendalikan inflasi sejak dini,” kata Roy.
Menurutnya, upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan produksi pangan, mengoptimalkan kerja sama antar daerah (KAD), dan mewujudkan anggaran pengendalian inflasi yang lebih terukur.
Selain itu, distribusi elpiji 3 kilogram ditutup. Skema ini telah dipraktikkan Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Laut, dan Kota Banjarbaru untuk mengatasi tingginya harga BBM rumah tangga.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalsel Wahyu Pratomo menyarankan agar TPID Kotabaru mengambil empat langkah strategis untuk mengendalikan inflasi.
“Pertama, melakukan operasi pasar dan tawar menawar pasar secara lebih terencana dan fokus lokasi contoh inflasi,” jelas Wahyu.
Dia juga menyarankan untuk mengoptimalkan penggunaan coldstorage sehingga komoditas pangan strategis memiliki daya tahan lebih lama.
Juga perluasan KAD dengan Sulawesi yang didukung oleh penyaluran subsidi biaya transportasi, serta upaya edukasi petani tentang cara tanam, hilirisasi dan rantai perdagangan yang lebih optimal.
Rapat koordinasi tersebut merupakan agenda kerja rutin TPID Provinsi Kalimantan Selatan sebagai bentuk evaluasi kinerja pengendalian inflasi, sekaligus sebagai forum untuk merumuskan strategi pengendalian inflasi.
Ke depan, sinergi kebijakan antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia melalui TPID dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, stabilitas harga, dan komunikasi yang efektif akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi kembali berada pada kisaran sasaran 3,0 ± 1% di tahun ini. paruh kedua tahun 2023.