Ajaran Wahidiyah merupakan salah satu ajaran Islam yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia. Ajaran ini didirikan oleh KH. Muhammad Wahid Hasyim pada tahun 1934. Dalam perkembangannya, ajaran Wahidiyah mendapat respons yang beragam dari kalangan ulama, termasuk dari ulama Nahdlatul Ulama (NU).
Ulama NU umumnya memiliki pandangan positif terhadap ajaran Wahidiyah. Mereka menilai bahwa ajaran ini sejalan dengan ajaran Islam yang dianut oleh NU, yaitu Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah. Ajaran Wahidiyah juga dianggap dapat memperkaya khazanah pemikiran Islam di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa pandangan ulama NU terhadap ajaran Wahidiyah:
Ajaran Wahidiyah Menurut Ulama Nu
Berikut adalah empat poin penting tentang pandangan ulama NU terhadap ajaran Wahidiyah:
- Sejalan dengan Islam Ahlussunnah wal Jamaah
- Menguatkan tauhid
- Mendorong akhlak mulia
- Menghargai akal dan ilmu
Ulama NU menilai bahwa ajaran Wahidiyah dapat menjadi pelengkap dan penguat ajaran Islam yang telah dianut oleh NU.
Sejalan dengan Islam Ahlussunnah wal Jamaah
Salah satu pandangan positif ulama NU terhadap ajaran Wahidiyah adalah karena ajaran ini dianggap sejalan dengan Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Aswaja merupakan paham keagamaan yang dianut oleh NU dan mayoritas umat Islam di Indonesia. Paham ini menekankan pada keseimbangan antara akal dan wahyu, serta menjunjung tinggi tradisi dan budaya lokal.
Ajaran Wahidiyah juga menekankan pada pentingnya akal dan ilmu dalam memahami ajaran Islam. Hal ini sejalan dengan prinsip Aswaja yang menjunjung tinggi rasionalitas dan intelektualitas. Selain itu, ajaran Wahidiyah juga menghormati tradisi dan budaya lokal, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini juga sesuai dengan prinsip Aswaja yang menghargai keberagaman dan kearifan lokal.
Dengan demikian, ulama NU menilai bahwa ajaran Wahidiyah tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Aswaja. Bahkan, ajaran ini dapat memperkaya khazanah pemikiran Aswaja di Indonesia.
Selain itu, ajaran Wahidiyah juga mengajarkan pentingnya persatuan dan kesatuan umat Islam. Hal ini sejalan dengan semangat Aswaja yang menekankan pada ukhuwah Islamiyah dan toleransi antarumat beragama.
Menguatkan tauhid
Pandangan positif ulama NU terhadap ajaran Wahidiyah juga didasarkan pada penilaian bahwa ajaran ini dapat memperkuat tauhid atau keesaan Tuhan.
- Menegaskan keesaan Tuhan
Ajaran Wahidiyah secara tegas mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan yang patut disembah, yaitu Allah SWT. Ajaran ini menolak segala bentuk kemusyrikan atau penyekutuan Allah dengan selain-Nya.
- Menghindari bid’ah
Ajaran Wahidiyah juga mengajarkan pentingnya menghindari bid’ah atau perbuatan baru dalam agama yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ulama NU menilai bahwa ajaran Wahidiyah dapat membantu umat Islam untuk menjaga kemurnian tauhid dan terhindar dari kesesatan.
- Mendorong dzikir dan ibadah
Ajaran Wahidiyah menekankan pentingnya dzikir dan ibadah dalam kehidupan seorang Muslim. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa dzikir dan ibadah merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperkuat tauhid.
- Menghindari takhayul dan khurafat
Ajaran Wahidiyah juga mengajarkan umatnya untuk menghindari takhayul dan khurafat. Ajaran ini menekankan pentingnya berpegang pada ajaran Islam yang rasional dan sesuai dengan akal sehat.
Dengan demikian, ulama NU menilai bahwa ajaran Wahidiyah dapat membantu umat Islam untuk memperkuat tauhid dan meningkatkan kualitas ibadah mereka.
Mendorong akhlak mulia
Ulama NU juga menilai bahwa ajaran Wahidiyah dapat mendorong pemeluknya untuk memiliki akhlak mulia. Hal ini didasarkan pada beberapa poin berikut:
- Mengajarkan sifat-sifat terpuji
Ajaran Wahidiyah mengajarkan umatnya untuk memiliki sifat-sifat terpuji, seperti jujur, amanah, sabar, dan rendah hati. Ajaran ini menekankan pentingnya akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
- Mengecam sifat-sifat tercela
Di sisi lain, ajaran Wahidiyah juga mengecam sifat-sifat tercela, seperti berbohong, khianat, dan sombong. Ajaran ini mengajarkan umatnya untuk menghindari sifat-sifat tersebut dan berusaha memperbaikinya.
- Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
Ajaran Wahidiyah juga mengajarkan pentingnya menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Ajaran ini mendorong umatnya untuk menjadi agen perubahan positif di masyarakat.
- Menghargai sesama manusia
Ajaran Wahidiyah mengajarkan umatnya untuk menghargai sesama manusia, apapun latar belakang dan perbedaannya. Ajaran ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan umat Islam, serta toleransi antarumat beragama.
Dengan demikian, ulama NU menilai bahwa ajaran Wahidiyah dapat membantu umat Islam untuk meningkatkan kualitas akhlak mereka dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Menghargai akal dan ilmu
Salah satu pandangan positif ulama NU terhadap ajaran Wahidiyah adalah karena ajaran ini menghargai akal dan ilmu. Hal ini sejalan dengan prinsip Aswaja yang menjunjung tinggi rasionalitas dan intelektualitas.
Ajaran Wahidiyah mengajarkan bahwa akal merupakan anugerah dari Allah SWT yang harus digunakan untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Akal juga harus digunakan untuk mencari ilmu dan pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
Selain itu, ajaran Wahidiyah juga menekankan pentingnya belajar dan menuntut ilmu. Ajaran ini mengajarkan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Ilmu yang dipelajari tidak hanya terbatas pada ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang bermanfaat bagi kehidupan.
Ulama NU menilai bahwa ajaran Wahidiyah dapat membantu umat Islam untuk mengembangkan potensi intelektual mereka dan menjadi pribadi yang berilmu dan berwawasan luas. Hal ini sejalan dengan semangat Aswaja yang mendorong umatnya untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Dengan demikian, ulama NU menilai bahwa ajaran Wahidiyah dapat menjadi pelengkap dan penguat ajaran Islam yang telah dianut oleh NU, yaitu Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah dan menghargai akal dan ilmu.