Kota Banjarmasin gagal meraih piala Adipura dalam ajang apresiasi kebersihan dan pengelolaan lingkungan hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI.
DI DALAM penilaian tim Adipura Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang membagi empat penghargaan; piagam, piagam, piala Adipura hingga Adipura Kencana, sebagai penghargaan yang setinggi-tingginya.
Praktis, piala Adipura yang seharusnya menjadi edisi kelima bisa diraih Kota Banjarmasin, setelah menorehkan prestasi pada 2015, 2016, 2017, dan 2018. Namun, pada penghargaan Adipura 2022 ini Banjarmasin hanya bisa berpuas diri membawa sertifikat ke Balai Kota.
Dalam penilaian Adipurna 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengikutsertakan 258 kabupaten/kota se-Indonesia. Namun, hanya 150 kabupaten dan kota yang meraih penghargaan tersebut. Terbagi menjadi empat kategori. Yakni, 5 kota/kabupaten meraih Penghargaan Adipura Kencana, 80 kota/kabupaten meraih Piala Adipura, 61 kota/kabupaten meraih Sertifikat Adipura, dan 4 kota/kabupaten berhak menerima Plakat Adipura.
MEMBACA : Banjarmasin Cuma Raih Piagam Adipura 2022, Mensesneg Ikhsan Ngaku Prestasi Tak Turun
Pemberian penghargaan Adipura memang terhenti selama tiga tahun, akibat pandemi Covid-19 mulai tahun 2019, 2020 hingga 2021. Baru pada tahun 2022, tim yang diturunkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya akan menyelidiki kota dan kabupaten untuk berpartisipasi dalam ajang penghargaan bergengsi ini.
Faktanya, Kota Banjarmasin sebagai kota besar di Provinsi Kalimantan Selatan memang kalah bersaing meski berbeda dengan tingkat populasi kota-kota kecil atau sedang. Sebut saja kota Banjarbaru, Kandangan (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), Barabai (Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Marabahan (Kabupaten Batola) dan Tanjung (Kabupaten Tabalong) yang meraih strata tertinggi kedua berupa Piala Adipura 2022.
BACA JUGA : Pelaku penumpukan sampah dituding berasal dari pemukiman warga bantaran sungai
“Saya selaku kepala dinas dan seluruh jajaran meminta maaf kepada seluruh masyarakat Kota Banjarmasin karena tidak bisa membawa pulang Piala Adipura 2022,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin, Alive Yoesfah. Suka tracerekam.comSelasa (28/2/2023).
Diakuinya, penghargaan sertifikat Adipura berada satu tingkat di bawah Piala Adipura. Alive menghadapi banyak kendala di Kota Banjarmasin, sehingga tidak lagi meraih penghargaan Balaikota. Padahal, sebelumnya sudah empat tahun berturut-turut membawa pulang Piala Adipura, maka dibuatlah tugu mini untuk memperingati keberhasilan Kota Banjarmasin di Jalan Lambung Mangkurat-Jalan Pasar Baru, dekat Balai Kota Banjarmasin.
BACA JUGA: Volume Sampah Banjarmasin Capai 400-500 Ton Sehari, DLH Tawarkan Program PDU di RT dan RW
“Kendala yang dihadapi Kota Banjarmasin adalah soal pengelolaan sampah. Sebab, saat ini masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan,” ujar mantan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Balangan ini.
Alive juga berdalih bahwa selama beberapa tahun masa pandemi bermunculan tempat pembuangan akhir (TPS) liar, serta rendahnya kesadaran warga untuk menjaga kebersihan lingkungan. “Warga masih membuang sampah di TPS yang sebelumnya ditutup. Ini mempersulit pengelolaan dan layanan limbah,” kata Alive.
BACA JUGA: Tumpukan Sampah Banjarmasin di TPS Terus Bertambah? Ini Tips Solusi dari Aktivis Lingkungan
Ia juga menyebut kondisi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Basirih sudah penuh, meski termakan usia. “Seharusnya, usia TPA Basirih akan berakhir pada 2020. Namun ada kendala, sehingga akhirnya melebihi usianya,” ujar Alive.
Belajar dari kegagalan di tahun 2022, Alive memastikan akan membenahi dan memperkuat pengelolaan sampah Banjarmasin. Sebagai inovasi, masyarakat dapat memilah jenis sampah sebelum dibuang sesuai dengan jadwal atau waktu yang telah ditentukan.
BACA JUGA: 14 TPS Ditutup, DLH Banjarmasin Segera Pasang Jaring CCTV Pelanggar Pembuangan Sampah yang Bandel
“Memang pada tahun 2022 akan ada perbedaan cara penilaian yang diterapkan oleh KLHK. Hanya sekali, tim KLHK turun pada November 2022. Padahal sebelumnya tim ini bermain sebanyak tiga kali. , ”Alive menjelaskan.
Dengan penurunan capaian tersebut, Alive mengatakan pada 2023 akan ada kajian analisis pengelolaan sampah, termasuk melakukan terobosan atau inovasi bersama generasi muda dan pecinta lingkungan.
“Kolaborasi ini sangat penting. Fokus kami selama ini adalah masalah sampah plastik. Sekarang kami sedang memikirkan sampah non-plastik agar bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi,” pungkas Alive.(rekam jejak)