Kondisi lowongan pegawai otoritas ibu kota baru saja dikeluhkan. Terlalu berat, sehingga sulit bagi sarjana lokal untuk bersaing.
***
BANJARMASIN – Persyaratan lowongan Pegawai Negeri Sipil (PPNPN) Non Pegawai Negeri Sipil (PPN) untuk Otoritas Ibu Kota (IKN) Indonesia dinilai sangat berat. Khusus untuk lulusan universitas di Kalimantan Selatan.
Tidak ada perbedaan persyaratan untuk anak daerah. Sama sulitnya, sama sulitnya. Dikhawatirkan jika dirata-ratakan, praktis hanya lulusan universitas ternama di Jawa yang bisa lulus.
Akhirnya lulusan universitas Banua hanya menjadi penonton di pemindahan ibu kota.
Mantan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) Kalsel, Geriliansyah Basrindu juga menyayangkan rata-rata persyaratan tersebut.
Menurutnya, selain persaingan, pemerintah pusat harus mempertimbangkan lulusan “tuan rumah”. Ia tak memungkiri bahwa lowongan yang dibuka merupakan formasi yang perlu diisi oleh orang-orang yang berkompeten. Khusus untuk IKN. Jadi kondisinya benar-benar tidak bisa dibuat mudah.
“Kalau melihat kondisinya, lulusan perguruan tinggi di Kalsel, khususnya swasta akan sulit bersaing,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin, (28/2). Boro-boro ikut seleksi lanjutan, meski dengan syarat administrasi awal ditiadakan.
Bagaimana tidak, syarat yang ditetapkan pemerintah adalah lulusan perguruan tinggi terakreditasi A atau unggulan dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Untuk persyaratan khusus, pelamar mampu berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan yang dibuktikan dengan sertifikasi dari lembaga terakreditasi nasional dengan skor sertifikat TOEFL minimal 500 atau IELTS 6.0.
Skor tinggi berarti Anda memiliki kemampuan bahasa asing di atas rata-rata.
Menurut Igur, sapaan akrab Geriliansyah, skor TOEFL 500 terbilang berat untuk perguruan tinggi swasta. “Lagi-lagi lowongan ini bukan untuk pegawai biasa. Tapi setidaknya harus ada kelonggaran untuk masyarakat Kalimantan,” imbuhnya.
Soal akreditasi A, dalam setahun terakhir universitas-universitas di sini berlomba-lomba mengejar. “Ada 400 kali lipat jumlah PTS di Kalsel yang program studinya terakreditasi A,” jelasnya. Dia menyarankan agar pemerintah tidak serta merta menggugurkan pelamar dengan persyaratan awal. Sehingga dapat diketahui kemampuan pelamar yang terkendala persyaratan akreditasi dan nilai skor TOEFL.
“Kalau tidak diberi kelonggaran, bisa-bisa ujung-ujungnya lulus dari Jawa terus,” ujarnya. Namun, jika ingin mencari hikmahnya, syarat berat tersebut bisa memacu PTS di Kalsel bersaing untuk meningkatkan kualitasnya.
“Tidak hanya lowongan ini saja, ke depan akan lebih banyak lagi. Sisi baiknya, dampaknya bagus untuk perguruan tinggi di sini agar bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut,” pungkasnya.
Bagi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), kondisi yang memberatkan itu tidak menjadi masalah. Pasalnya, akreditasi yang dikeluarkan BAN-PT sudah A.
“Sangat kompetitif. Kami ULM juga terus berusaha menjadi lebih baik,” kata Rektor Prof Ahmad Alim Bachri.
Untuk bersaing dengan PTN di Jawa, Alim menegaskan, internal kampus terus ditingkatkan. Saat ini, ULM memiliki lebih dari 400 dokter. Ditambah 73 profesor.
“Salah satu contohnya adalah peningkatan jumlah guru besar,” pungkasnya.
Seperti diketahui, pemerintah membuka lowongan PPN bagi otoritas IKN di Kaltim. Dibuka 20 Februari, pendaftaran ditutup pada 24 Februari.
Ada sembilan formasi yang dibuka. Meliputi Sekretariat, Satuan Kerja Hukum dan Kepatuhan, Deputi Bidang Perencanaan dan Pertanahan, Deputi Pengendalian Pembangunan, dan Deputi Bidang Sosial, Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat.
Selain itu, dibuka pula pembentukan Deputi Bidang Green and Digital Transformation, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi, serta Deputi Bidang Sarana dan Prasarana. (mof/gr/fud)