Penulis : Muhammad Hamzah *)
Setelah Allah SWT menurunkan Surat Al-Ahzab ayat 56 yang berisi tentang perintah mendoakan Kekasih-Nya, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam, Ubay bin Ka’ab mendatangi dan langsung bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berapa banyak shalawat yang harus dibaca. Rasulullah menjawab tanpa menyebutkan angka tertentu dan menyerahkan sepenuhnya kepada Ubayy bin Ka’b sesuai dengan kemampuannya. Ia hanya memberikan jaminan bahwa semakin banyak nikmat maka semakin banyak pula kebaikan yang Allah SWT berikan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata: “Seseorang bertanya kepada Nabi SAW. Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya selalu berdoa kepada Anda? Nabi sall menjawab: Jika demikian, Allah (swt) akan memenuhi apa yang Anda inginkan, baik di dunia ini maupun di akhirat.
Abu al-Laist al-Samarqandi berkata: ‘Jika ingin mengetahui nilai berkah dalam kaitannya dengan ibadah lainnya, perhatikan firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 56. Ketika Allah SWT mewajibkan ibadah pada hamba-Nya, Dia tidak melakukan ibadah itu sendiri. Namun ketika Allah memerintahkan untuk mendoakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebelum para malaikat dan manusia memberikan shalawat, Allah memberikan shalawat terlebih dahulu, memberikan anugerah tadzim kepada Nabi SAW.
Banyak risalah yang menjelaskan tentang keutamaan menganugerahkan shalawat kepada Nabi Muhammad, baik dalam bentuk hadits maupun dalam kata-kata para ulama. Menurut Sayyid Muhammad bin Abbas al-Maliki, “Pena dan buku tidak akan mampu menghimpun keutamaan-keutamaan berdoa kepada Nabi Muhammad SAW”. Perkataan Sayyid Muhammad ini tidak berlebihan karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan khusus yang menutup semua utusan Allah SWT dan umat pilihan yang dimuliakan-Nya.
Bershalawat, selain perintah langsung dari Allah SWT – yang Dia dan para malaikat penuhi – juga memiliki banyak keutamaan yang akan didapat oleh para hamba yang membacanya, karena merupakan bagian dari iman dan cinta kepada Allah SWT.
Kebajikan pertama menjanjikan banyak hadiah. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim pada otoritas Abu Hurairah, yang mengatakan:
مَنْ صَلَّي عَلَيَّ صَلَةً صَلَّى الله عَلَيْهِ عَشْرًا
Artinya : “Nabi Muhammad SAW bersabda; Barangsiapa yang berdoa kepada saya sekali, Allah akan memberkati dia sepuluh kali.
Kedua, Allah SWT mengampuni dosa-dosanya sesuai dengan kecintaan dan keikhlasannya dalam membaca shalawat Rasulullah SAW. Imam Al-Thabrani dan Abi Ashim meriwayatkan sebuah hadits dari Abi Kahil, dia berkata:
قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا اَبَا كَاهِل، مَنْ صَلَّى عَلَيَّ كُلَّ يَوْمٍ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ وَكُلَّ لَيْلةَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ حُبًّا وَشَوْقًا اِلَيَّ، كَانَ حَقا على الله اَنْ يَغْفِرَ له ذُنُوْبَه تلك الليلة وَذَلِكَ اْليَوْمَ.
Artinya: Nabi Muhammad. dia berkata kepadaku: Wahai Abu Kahila, barangsiapa yang berdoa kepadaku tiga kali setiap hari dan setiap malam tiga kali karena cinta dan kerinduan kepadaku, maka dia memiliki hak Allah. mengampuni dosa-dosanya malam itu dan siang itu.”
Ketiga, doa dan keinginan terkabul. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ketika salah satu dari kalian membaca doa, mulailah dengan memuliakan Allah SWT dan memuliakan-Nya. Setelah itu membaca shalawat Nabi. Dan setelah itu, barulah berdoa doa yang diinginkan.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Thabrani, “Setiap doa akan dicegah (tidak terkabul) sampai dibacakan shalawat atas Muhammad SAW dan keluarganya”.
Keempat, berkumpul di surga bersama Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Orang yang paling berhak bersamaku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku”.
Kelima, ambil syafaat Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya barang siapa berpaling kepadaku sekali, maka Allah SWT akan mendoakannya sepuluh kali.” Maka, mohonlah kepada Allah wasila untukku karena Wasila adalah tempat di surga yang tidak akan diberikan kecuali kepada salah seorang hamba Allah. Dan, saya berharap saya adalah pelayan itu. Siapapun yang meminta Vasilah saya, maka dia akan menerima syafaat.”
Berikut beberapa hadis yang menjelaskan keutamaan shalat kepada Nabi Muhammad SAW. Masih banyak sejarah lain yang tidak mungkin disebutkan di sini. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua untuk selalu membaca shalawat dan salam kepada Nabi besar kita Muhammad SAW.
Tentunya membaca shalawat dan salam ini memiliki adab dan aturan tersendiri. Sayyid Muhammad bin Abbas al-Maliki menyebutkan beberapa adab dan kaidah tersebut dalam kitabnya Ma Dza Fi Sya’ban. Salah satunya adalah ketika memberikan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, hendaknya dibarengi dengan membaca salam. Shalawat dan salam ini harus diucapkan secara bersamaan, salah satunya tidak bisa dihilangkan. Misalnya sekedar berdoa atau sekedar membaca salam. Keduanya harus dibaca secara bersamaan, sesuai dengan perintah Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 56.
Sehubungan dengan itu, Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Ihya’ memuat kisah mimpinya bertemunya ulama dengan Rasulullah SAW. Dia meriwayatkan: “Saya menulis hadits dan membaca berkat di dalamnya, tetapi saya tidak membaca salam. Kemudian saya bermimpi bahwa saya bertemu Nabi, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, dan dia menegurnya, mengatakan, “Mengapa Anda tidak mengakhiri bacaan berkat dengan membaca salam?” Sejak itu saya tidak menulis hadits kecuali membaca shalawat dan salam untuknya.”
Beberapa adab lainnya meninggikan suara ketika membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Membaca shalawat dan salam tidak cukup dengan hafalan, tetapi juga secara lisan dengan suara yang cukup lantang agar ia dan orang di sekitarnya dapat mendengar bacaan tersebut. Hal ini untuk memotivasi orang lain agar juga turut serta dalam membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Sebab, sepengetahuan penulis, satu-satunya amalan yang masih diterima oleh Allah SWT, meskipun riya’, hanyalah shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.
Imam al-Nawawi berkata: “Adalah kebiasaan bagi setiap pembaca hadits atau orang lain untuk meninggikan suaranya ketika membaca shalawat dan salam, terutama ketika nama Nabi Muhammad disebutkan. Namun, ketika meninggikan suara jangan berlebihan, natural saja.” Sementara itu, beberapa ulama lain yang menganjurkan meninggikan suara saat membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW adalah Imam al-A’dzam Abu Bakar al-Khatib al- Baghdadi dan ulama lainnya.Inilah nama orang yang mendengar nama Rasulullah SAW, tugasnya adalah membaca shalawat dan salam kepada Baginda Rasulullah SAW.
Wa Allah a’lam bishawab.
*) Staff TU MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid