Haji Wada merupakan peristiwa penting dan bersejarah dalam peradaban umat Islam. Peristiwa ini menjadi titik terakhir dari pewahyuan ayat-ayat Al-Qur’an, seiring dengan wafatnya rasul terakhir utusan Allah, Rasulullah SAW.
Kata wada berasal dari bahasa Arab yang artinya perpisahan. Disebut demikian karena ibadah haji ini merupakan ibadah pertama sekaligus terakhir Nabi Muhammad SAW sebelum beliau wafat.
Apa sesungguhnya Haji Wada tersebut?
Perjalanan Haji Wada
Dalam buku Dua Pedang Pembela Nabi SAW oleh Rizem Aizid, disebutkan bahwa Haji Wada diikuti oleh sekitar 90.000 jamaah haji dari berbagai wilayah. Mereka sengaja datang ke Madinah karena Rasulullah SAW mengumumkan niatnya untuk melakukan haji yang mabrur.
Dalam perjalanan menuju ke Mekkah, tidak sedikit kaum muslim yang bergabung. Total jamaah haji yang mengikuti Haji Wada mencapai 114.000 orang. Disebutkan bahwa sebelum berangkat, Rasulullah mempercayakan pemerintahan kota Madinah kepada Abu Dujanah As-Sa’idi. Ada pula yang mengatakan kepada Siba’ bin Urfujah Al-Ghifari.
Perjalanan Haji Wada ini dimulai tepat pada hari Sabtu, tanggal 25 Dzulqa’dah 10 Hijriyah atau 22 Februari 632 Masehi. Ketika sampai di Padang Arafah dalam proses pelaksanaan Haji Wada, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah di hadapan kaum muslimin di atas untanya. Khutbah inilah yang kemudian dikenal sebagai khutbah terakhir Sang Rasul.
Moenawar Khalil, dalam bukunya Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 2 menyebutkan tatkala Rasulullah dan kaum muslimin sampai di suatu tempat yang bernama Dzulhulaifah, kaum muslimin mengganti pakaian mereka dengan pakaian berupa sehelai izar dan sehelai rida.
Pakaian yang sangat sederhana ini disamakan potongan beserta coraknya. Inilah yang di kemudian hari dikenal sebagai pakaian ihram.
Dari sana, Rasulullah pun memerintahkan kaum muslimin untuk membaca talbiyah.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ
Arab latin: Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak.
Artinya: “Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”
Wafatnya Nabi Kecintaan Umat Muslim
Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 Hijriyah, di usia beliau yang ke-63 tahun lebih empat hari. Waktu ini bertepatan dengan 3 bulan setelah melaksanakan Haji Wada.
Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian berpidato kepada kaum muslimin dan memperingatkan mereka untuk tetap teguh pada keyakinan mereka yakni menyembah Allah SWT.
Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, “Barangsiapa menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Namun, barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Dia Maha Hidup dan tidak akan pernah mati.”
Kemudian Abu Bakar ash-Shiddiq juga membacakan firman Allah SWT yakni Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 144 tentang sosok Nabi Muhammad yang seorang manusia biasa sekalipun mendapatkan mukjizat dan merupakan utusan Allah dalam menyempurnakan akidah umat muslim.
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ
Artinya: (Nabi) Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.) Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. Para rasul sebelumnya telah wafat. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW juga akan wafat seperti halnya para rasul terdahulu.
Pada waktu perang Uhud berkecamuk, tersiar berita bahwa Nabi Muhammad SAW wafat terbunuh. Berita ini mengacaukan umat Islam sehingga ada yang ingin meminta pelindungan Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy).
Sementara itu, orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad SAW. itu betul seorang Nabi, tentu tidak akan wafat terbunuh. Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini untuk menenteramkan kaum muslim dan membantah perkataan orang munafik.
Kembali pada peristiwa Haji Wada, selepas Abu Bakar memberikan khutbah dan menyemangati kaum muslimin, dalam keterangan Ibnul Musayyab, Ummar bin Khattab kemudian berkata, “Demi Allah, setelah mendengar Abu Bakar membacakan ayat tersebut, aku menjadi linglung, hingga aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku terduduk di tanah saat mendengarnya. Kini, aku sadar bahwa Nabi Muhammad SAW telah meninggal dunia.”
Haji Pertama dan Terakhir Rasulullah
Mengutip buku Hari-hari Allah SWT oleh Syaikh Hanafi Al-Mahlawi dijelaskan bahwa Haji Wada disebut juga sebagai Haji Ta’lim, Talqin, dan Bayan. Sebelumnya Nabi Muhammad belum pernah melakukan Haji Akbar sekalipun beliau menunaikan umrah atau haji kecil sebanyak empat kali.
Senada dengan sumber tersebut, dalam Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik oleh Mahdi Rizqullah Ahmad, Anis Maftukhin, dan Yessi HM. Basyaruddin, disebutkan bahwa Rasulullah tidak pernah melaksanakan haji dari Madinah kecuali pada tahun ke-10 Hijriyah.
Haji tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Haji Balagh (haji penyampaian dakwah Allah), Haji Islam (haji penyerahan diri), dan Haji Wada (haji perpisahan).
Di sinilah Rasulullah berkhutbah mengenai ajaran-ajaran Allah kepada umatnya. Ketika beliau tengah menerangkan kewajiban berhaji kepada seluruh muslimin yang turut hadir di Padang Arafah, Allah kemudian menurunkan surat Al Maidah ayat 3 yang artinya, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.”
Demikian penjelasan mengenai Haji Wada, haji terakhir yang ditunaikan oleh Rasulullah bersama umatnya. Semoga kisah Baginda Rasul dapat menjadi teladan dan inspirasi bagi seluruh umat muslim di penjuru dunia.