Baca berita lainnya…
Suatu ketika, seorang teman dari Abah Guru Sekumpul bernama Suriansyah ingin kembali ke Barabai. Kemudian Abah Guru Sekumpul pun memutuskan untuk bergabung karena ingin bertemu dengan seorang pendeta barabai terkenal bernama Tuan Guru Abdurrahman Shiddiq di kampung kopi Barabai. Kemudian Abah Guru Sekumpul naik bus dari Martapura ke Barabai dengan Suriansyah.
Akhirnya Abah Guru Sekumpul dan Suriansyah tiba di kediaman Tuan Guru Abdurrahman Kopi Barabai. Kemudian Abah Guru Sekumpul memperkenalkan diri bahwa beliau berasal dari Martapura dan ingin bersilaturahmi agar mendapatkan ilmu dan berkah. Singkatnya, Abah Guru Sekumpul dan tamu lainnya disuguhi makanan.
Saat sedang makan, ternyata Abah Guru Sekumpul dan para tamu tidak berani berbicara. Maklum, karena Tuan Guru Abdurrahman Kopi saat itu begitu berwibawa sehingga tidak berani berbicara. Kemudian Tuan Guru Abdurrahman Kafa mulai berkata “Kalau semua orang diam seperti ini, sama saja dengan orang mati. Tanda hidup adalah berbicara”. Kemudian suasana mulai mencair dan dia mulai mengatakan berbagai hal
Di antara mereka, Tuan Guru Abdurrahman Kopi berbicara tentang mengapa dia diberi nama Abdurrahman Shiddiq. Dulu ada pamannya yang merupakan ulama besar Banjar yang menjadi Mufti di Indragiri bernama Syekh Abdurrahman Shiddiq Al Banjari atau dikenal dengan Datu Sapat. Datu Sapat mengunjungi semua dzuriyat Datu Kalampayan untuk menulis kitab Syajarah Arsyadiyah (Kitab Manaqib Datu Kalampayan).
Suatu hari, Datu Sapat bertemu dengan seorang anak kecil bernama Asnawi. Kemudian ayah Asnawi meminta Datu Sapat untuk berdoa dan Datu Sapat berdoa untuk Asnawi. Saat itu, putra Asnawi telah berganti nama menjadi Abdurrahman Shiddiq. Oleh karena itu, Tuan Guru Abdurrahman Shiddiq Kopi (Barabai) dijuluki “Asnawi”.
Kami kembali lagi ke Abah Guru Sekumpul. Abah Guru Sekumpul juga diminta menginap di rumah Tuan Guru Abdurahman Kopi. Abah Guru Sekumpul mengajarkan berbagai macam ilmu. Dan terakhir terlihat bahwa Tuan Guru Abdurahman Kopi adalah seorang ahli tauhid.
Di dalam ruangan Tuan Guru Abdurahman Kopi terdapat banyak prasasti yang berbicara tentang Allah. Abah Guru Sekumpul sedikit heran mengapa kitab suci Allah begitu banyak. Tiba-tiba, Tuan Guru Abdurahman Kopi menjelaskan bahwa dengan tulisan sebanyak ini pun, saya sering melupakan Allah. Hal ini menggambarkan bahwa Tuan Guru Abdurahman Kopi sangat berhati-hati untuk tidak melupakan Allah
Abah Guru Sekumpul mengunjungi Tuan Guru Abdurahman Kopi sebanyak 5 kali selama hidupnya. Abah Guru Sekumpul bertemu dengan Tuan Guru Abdurahman Kopi terakhir kali saat beliau meninggal pada tahun 1983.
Sumber: