Sambutan Presiden Joko Widodo pada Istigasah dan Doa Bersama Melayu-Banjar Rabithah17 Maret 2023
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahir rahmanir Rahim,
Alhamdulillahirobbil alamin,
washolatu wassalamu ala asrofil anbiya i wal-mursalin, sayyidina habibina wa syafi’ina wa maulana Muhammaddin, wa alaalihi wa sahbihi ajmain amma ba’du.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir bersama saya Bapak Menteri Pertahanan Bapak Prabowo Subianto, juga Bapak Menteri Sekretaris Kabinet Bapak Pramono Anung;
Yang saya hormati, saya muliakan para ustadz, para habaib, para kiai, para ulama yang hadir;
Yang saya hormati Ketua Panitia Bapak KH Syarbani Haira beserta seluruh pengurus dan panitia;
Saudara-saudara, seluruh masyarakat Kabupaten Tabalong khususnya dan masyarakat Kalimantan Selatan yang saya hormati.
Alhamdulillah pada pertemuan pagi hari ini kita semua bisa hadir dan bersilaturahmi dan saya senang pagi ini bisa bertemu dengan keluarga besar Melayu-Banjar dalam Doa Bersama dan Istigasah dengan Rabithah Melayu Banjar. Dan saya sampaikan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh masyarakat Melayu Banjar, tanah ini dikenal sebagai tanah religi yang menjunjung tinggi nilai-nilai religi dan nilai adat ketimuran. Dan, hari ini saya melihat betapa antusiasnya masyarakat di Kabupaten Tabalong.
Saya berangkat setelah subuh, karena saya diberitahu, “Pak, orangnya banyak sekali, ramai.” Itu benar. Ada juga gerimis tadi, itu anugerah. Saya juga mengapresiasi semangat Rabithah Melayu Banjar yang turut menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur adat dan budaya Melayu-Banjar serta mengembangkan nilai-nilai Islam yang Rahmatan Lil Alamin.
Kita harus bangga sebagai bangsa dan kita harus sadar bahwa bangsa ini bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Kita sekarang berpenduduk 280 juta, 280 juta, yang tinggal di 17 ribu pulau yang kita miliki, dan kita beragam suku, adat, tradisi, agama.
Coba aja bahasanya, bahasa daerah kita ada lebih dari 1.300 bahasa daerah yang berbeda. Saya pernah terbang dari Aceh ke Papua. Saya mencoba melihat seberapa jauh jarak Indonesia dari Aceh ke Papua. Berapa banyak yang dibutuhkan dengan terbang dengan pesawat? Sembilan jam 15 menit. Artinya, jika Anda terbang dari London ke Istanbul, maka akan melewati tujuh negara. Artinya betapa besar negara ini, kita harus menyadari bahwa kita semua bangga dengan negara kita, Indonesia. Dan, keragaman itu diikat oleh semangat persatuan, diikat oleh konsensus nasional, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Siapa yang hafal Pancasila? Nih nih. Memperkenalkan namanya.
Perwakilan komunitas Melayu-Banjar (Ahmad Fajri):
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Presiden RI (Joko Widodo):
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Perwakilan komunitas Melayu-Banjar (Ahmad Fajri):
Perkenalkan nama saya Ahmad Fajri.
Presiden RI (Joko Widodo):
Panggilan?
Perwakilan komunitas Melayu-Banjar (Ahmad Fajri):
Fajar.
Presiden RI (Joko Widodo):
Langsung saja, Pancasila.
Perwakilan komunitas Melayu-Banjar (Ahmad Fajri):
Pancasila, Tuhan Yang Maha Esa. Dua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, persatuan Indonesia. Keempat, demokrasi yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Presiden RI (Joko Widodo):
Luar biasa, Tabalong luar biasa. Sudah tolong kembali, tapi ambil sepeda. Bawa saja sepedanya ke sini agar Anda bisa melihatnya. Itu saja, kembalilah. Tidak hilang bagaimana bisa taruh di sana, kembali ke tempatnya ya.
Hadirin sekalian, para tamu yang diundang berbahagia, untuk itu marilah kita tingkatkan semangat persaudaraan yang baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, ukhuwah insaniyah, Roh persaudaraan inilah yang membuat kita semua bisa hidup rukun. Beda agama tapi rukun, beda adat tapi rukun, beda suku tapi rukun, karena Tuhan menciptakan kita berbeda-beda. Dan, kita bisa hidup berdampingan, hidup rukun, dan bersama-sama berjuang dengan semangat gotong royong untuk memajukan negeri ini.
Kedua, izinkan saya dalam kesempatan yang baik ini untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas dukungan yang diberikan masyarakat Melayu Banjar untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara. Dan, saya berharap masyarakat Melayu-Banjar menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri, berperan aktif dan menjadi bagian penting dalam sejarah berdirinya ibu kota nusantara. Pertanyaannya, di provinsi manakah ibu kota nusantara? Ya. Nama diperkenalkan.
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Helda Anisa):
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Presiden RI (Joko Widodo):
Waalaikumsalam. Nama?
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Helda Anisa):
Nama saya Helda Anisa.
Presiden RI (Joko Widodo):
Panggilan?
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Helda Anisa):
Helda.
Presiden Indonesia Joko Widodo:
Helda dari Tabalong?
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Helda Anisa):
Jadi. Dari perbatasan sana pak, dekat perbatasan.
Presiden Indonesia Joko Widodo:
Dekat perbatasan. Ibu kota nusantara terletak di provinsi mana?
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Helda Anisa):
Kalimantan Timur, Pak.
Presiden Indonesia Joko Widodo:
Kalimantan?
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Helda Anisa):
Timur.
Presiden Indonesia Joko Widodo:
Benar?
Publik:
Benar.
Presiden Indonesia Joko Widodo:
Terima kasih. Silahkan. Apa?
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Helda Anisa):
Apa tuan? [Tertawa]. Minta sepedanya, Pak.
Presiden RI (Joko Widodo):
Apakah sepedanya masih ada? Jika ada, diberikan. Jika tidak, saya akan mengirimkannya nanti. Oh, Tetap. Asal tahu saja, kalau sepeda ini ditukar dengan mobil pasti banyak yang suka Tertawa terbahak-bahak karena katanya sepeda dari Presiden Jokowi. Yang mahal bukan sepedanya, tapi tulisannya. Silakan.
Maka sekali lagi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Banjar-Melayu atas dukungannya dalam pembangunan Ibukota Nusantara yang kita mulai dengan membangun infrastruktur, membangun keraton, membangun gedung kementerian. Tapi yang ingin kami pindahkan sebenarnya bukan fisik, kami ingin membangun cara kerja yang baru. Bagaimana melayani masyarakat, pemerintah? Cara kerja baru, melayani dengan cepat, melayani dengan baik. Dan kami juga ingin yang kedua, mengubah pola pikir (kerangka berpikir) agar kita bisa bersaing dengan negara lain. Tidak mudah sekarang, antar negara saling bersaing, antar negara saling berebut nama, entah yang namanya investasi, entah yang namanya lalu lintas atau lalu lintas. Dan, persaingannya tidak mudah.
Alhamdulillah, pertumbuhan ekonomi kita tahun 2022 kemarin, di saat negara lain terpuruk, kita bisa tumbuh 5,3 persen. Negara-negara lain masih bingung menyelesaikan COVID-19. Desember lalu, kami mengumumkan akan mencabut PPKM, dan saya lihat semua orang di sini sudah tidak memakai masker lagi. Di masa lalu, tiga tahun semua orang memakai topeng. Setiap orang disuntik dengan dua dosis vaksin, sekitar tiga? Sudah tiga? Itu lebih baik. Saya punya empat.
Jadi sekali lagi, persaingan antar negara bukanlah hal yang mudah dan tidak mudah. Jadi, kalau kita tidak memunculkan cara kerja baru, jangan memunculkan pola pikir baru dalam persaingan kita, ya kita akan kalah dan terus hanya menjadi negara berkembang.
Banyak negara di Amerika Latin, di negara-negara Asia selama lebih dari 50 tahun, lebih dari 70 tahun hanya menjadi negara berkembang, karena mereka tidak berani mengubah diri mereka sendiri, mengubah sumber daya manusia mereka dengan cara kerja yang baru, dengan bekerja keras, mengubah pola. berpikir, itulah yang dibutuhkan ke depan. Jadi, para pemuda ini harus mau berubah, mau bekerja keras, karena kalian semua nanti akan bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain. Tapi, kalau tadi aku melihat jawaban Fajri, dengan siapa? Helda, [kasih jempol]. Aku tidak memuji, aku hanya [angkat jempol]. Bagus sekali. Jawab dengan tegas, jelas, dan dapatkan sepeda.
Kembali ke Ibukota Nusantara. Jadi negara kita punya 17 ribu pulau, penduduknya 280 juta, tapi 56 persen penduduknya tinggal di satu pulau, yaitu Pulau Jawa 56 persen. [Sebanyak] Lebih dari 150 juta penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal kita memiliki 17 ribu pulau. Lalu apa yang disebut GDP ekonomi, artinya 58 persen ekonomi peredaran uang ada di pulau Jawa, lalu 17 pulau lainnya dapat apa? Ya Tidak?
Oleh karena itu, pemerataan harus tidak Jawa-sentris tetapi Indonesia-sentris. Mengapa banyak infrastruktur yang dibangun di luar Jawa? Ya, karena untuk pemerataan, untuk mendorong PDB ekonomi keluar Jawa. Hal ini untuk mewujudkan apa yang disebut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk ibu kota.
Dan, ide ini sebenarnya sudah menjadi ide sejak lama, sejak tahun 1960-an. Saat itu, Presiden Soekarno berencana memindahkan ibu kota ke Kalimantan, namun hal itu tidak terwujud. Presiden berikutnya juga berencana membangun ibu kota baru, tetapi tidak terwujud. Sekarang, kami mengeksekusi dan sudah mulai Insya’Allah mungkin 10 tahun lagi, 15 tahun lagi selesai, dan ibu kota kita ada di nusantara.
Pertanyaan saya… Ini adalah pertanyaan yang sulit, jangan menunjuk dulu. Pertanyaannya sulit. Sehingga nantinya tumbuh, karena ibu kota dipindahkan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di luar Jawa akan tumbuh. Setuju bukan?
Publik:
Setuju…
Presiden RI (Joko Widodo):
Pertanyaannya kenapa ibu kota dipindahkan? Sesaat… Sekarang, itulah ibu-ibu yang melompat-lompat. Tolong, Bu.
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Yulia):
Misi…
Presiden RI (Joko Widodo):
Silakan kirimkan nama.
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Yulia):
Terima kasih atas pilihan Bapak Presiden Jokowi. Yah, jauh Kamu tahu Terima kasih Tuhan.
Presiden RI (Joko Widodo):
Nama?
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Yulia):
Nama saya Yulia.
Presiden RI (Joko Widodo):
Ibu Yulia.
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Yulia):
Ya. Mengapa ibu kota negara dipindahkan ke pihak kita, Kalimantan Timur yang merupakan segitiga emas yang dikelilingi oleh Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah? Karena sekarang jumlah penduduk di Jakarta luar biasa, sehingga harus dipindahkan. Karena masih banyak hutan di kalimantan ya pak? Bukankah itu benar? Benar? Dan luar biasa banyaknya sektor di sana, yang juga harus dikembangkan di wilayah Kalimantan, bukan hanya Jakarta. Terus mogok Tolong. Benar, ya?
Presiden RI (Joko Widodo):
Benar bukan jawabannya?
Publik:
Benar.
Presiden RI (Joko Widodo):
Benar. Intinya benar, jadi memang penduduk kita menginginkan persebaran penduduk merata karena kita memiliki jumlah penduduk yang besar.
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Yulia):
Sangat.
Presiden RI (Joko Widodo):
Jadi, jawaban Bu Yulia sudah benar.
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Yulia):
Terima kasih Bapak Presiden.
Presiden RI (Joko Widodo):
Ya, kalau ada mungkin jawabannya mudah, begitu naik, semuanya akan dilupakan.
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Yulia):
Tidak, saya tidak lupa, ini benar. Pertahanan diri,
Presiden RI (Joko Widodo):
Silakan datang kembali Bu Yulia, terima kasih.
Perwakilan masyarakat Melayu-Banjar (Yulia):
Terima kasih Pak. Lupakan, lupakan satu. Seperti orang sebelumnya, punya sepeda.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo):
Ohmasih ada sepedanya silahkan ambil.
Saudara-saudara yang saya hormati, saya mengajak kita semua untuk berdoa bersama, berikhtiar, baik lahir maupun batin, bekerja keras dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai pintu gerbang percepatan pembangunan di Pulau Kalimantan. Dan juga, tolong Ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk selalu membimbing dan memudahkan langkah kita. Dan kepada para ulama soleh, bapak-bapak ustadz, dan para ustadz, ustadz, serta seluruh masyarakat Melayu-Banjar, mohon doanya untuk bangsa ini.
Dalam kesempatan yang baik ini, saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.