Pangandara –
Wanita asal Pangandaran, Ana Amalia yang menikah dengan Emen viral di media sosial. Pasangan ini memiliki perbedaan usia yang panjang yang tidak mudah.
Bagaimana tidak, Ana yang saat ini berusia 27 tahun menikah dengan Emen yang saat ini berusia 63 tahun.
Kisah cinta mereka bermula saat ibu Ana menjodohkan Ana dengan Emen pada Desember 2018. Saat menikah dengan Ana, Emen adalah Kepala Desa Jayasari, Kecamatan Langkaplancar.
Tidak mudah bagi Ana Amalia, seorang wanita muda lulusan bahasa Inggris dari Universitas Galuh Ciamis, untuk menerima kenyataan ketika mengetahui bahwa ibu tercintanya telah dijodohkan untuknya.
Meski sempat menyembunyikan hubungan selama beberapa bulan, keduanya akhirnya viral setelah Ana membuat channel YouTube tentang keseharian dirinya dan sang suami di Langkalancar, Pangandaran.
Emen mengatakan, pernikahannya dengan Ana menjadi perbincangan hangat di mata keluarga Emen. Dia mengaku terasing dari kedua anaknya.
“Sebenarnya di awal ada isu mau dibenerin sama Bu Ana, saya juga menolak. Buat apa perempuan cantik menikah dengan kakek tua,” kata Emen dalam sambutannya. detikJabarJumat (17/3/2023).
Ia mengaku mengenal Ana saat masih kecil. Karena dia tahu ibu dari anak yang di bawah umur Emen.
“Saya sudah lama mengenal ibunya, tapi sudah hampir 20 tahun tidak bertemu karena dia merantau ke Kalimantan,” kata Emen.
Pada 2016, ibu Ana kembali ke Langkaplancar, Pangandaran. Emen juga berbicara dengan ibu Ana.
“Saya tanya anak mereka berapa dan tinggal di mana? Mereka bingung. Saya kasih mereka tempat tinggal di kolam ikan,” kata Emen.
Menurutnya, saat ibu Ana datang, Emen berencana menikah dengan orang Garut. Inilah yang ingin dia lakukan setelah beberapa tahun menjadi duda setelah istrinya meninggal.
“Saya ingin menikah dengan orang Garut, tapi saya tidak melakukannya karena dia sudah bersama orang lain,” kata Emen.
Setelah mengetahui bahwa dia tidak akan menikah, ibu Ana menawarkan putrinya untuk menikah dengan Emen. Ana sendiri saat itu baru saja selesai belajar
“Ibunya menawarkan untuk menikahi Ana. Awalnya saya tidak mau, saya ditawari dua kali, tapi saya tidak mau karena saya tidak yakin,” katanya.
Singkat cerita, Emen dan Ana akhirnya dijodohkan. Saat itu, di tahun 2018, Emen masih menjabat sebagai kepala barangay yang tinggal beberapa hari lagi akan menuntaskan pengabdiannya. Ana menerima Emen karena menuruti ibunya.
“Ketika Ciamis kembali ke Langkaplancar, Pangandaran tahun 2018 dia langsung memutuskan untuk melamar Ana. Awalnya ibunya tidak mengatakan Ana mau menikah dengan saya,” ujarnya.
Ana menolak Partai
Emen sendiri menawarkan pesta perayaan dan gaun pengantin. Menurut Emen, Ana menolak pesta tersebut dan memilih mengenakan gaun putih sederhana, tanpa tenda biru dan resepsi.
“Alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan kami resmi menjadi suami istri, meski saat itu Ana merasa sangat terharu,” kata Emen.
(enak/orb)