Memontum Kota Malang – Para calon jamaah haji tahun 2023, kini dituntut untuk bisa mendaftarkan diri pada aplikasi Saudi Visa Bio. Sebab, aplikasi tersebut digunakan dalam proses penerbitan visa melalui pendaftaran fitur biometrik wajah, sidik jari serta fotokopi paspor.
Hanya saja, perubahan ini ternyata belum maksimal untuk dilakukan di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang. Bahkan, alat pendeteksi tersebut tidak dimiliki. Sebaliknya, hanya memanfaatkan teknologi handphone (HP) dengan spek yang bagus.
“Saudi Visa Bio itu wajib untuk pemvisaan. Untuk mendaftarkan itu, tentu melalui aplikasi yang ada di HP. Meskipun HP itu sebenarnya bukan alat perekam sidik jari, namun ada fitur yang memungkinkan khususnya ada infra merahnya. Itu yang menjadi kendala kami di sini,” ujar Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Kota Malang, Mukhlis, Kamis (30/03/2023) siang.
Selain itu, menurutnya karena usia para calon jamaah haji yang sudah rentan. Sehingga, jari susah untuk terdeteksi. Kemudian, pakaian yang dikenakan ketika membuat paspor dan foto visa juga menjadi masalah.
“Kalau alatnya canggih kan yang penting retina mata sama alis terdeteksi, bukan kerudungnya. Tapi ternyata di lapangan, berdasarkan informasi dari teman-teman, yang di paspor dan foto visa kalau kerudungnya tidak sama, menjadi sedikit kendala. Kalau bapak-bapak wajahnya yang dilihat, tetapi kalau ibu-ibu pakai aksesoris seperti kerudung,” jelasnya.
Ditambahkan Mukhlis, sudah sekian hari Kemenag Kota Malang melakukan pendaftaran melalui aplikasi tersebut. Namun, dari ratusan calon jamaah tahun 2020 (yang sudah lunas tetapi tertunda) itu, kini masih 30 orang saja yang telah terdaftar.
“Di hari ini saja sampai siang masih tujuh orang yang berhasil. Padahal tiap harinya kita selalu menjadwalkan sehari 20 orang. Nanti, akan kita maksimalkan saat malam hari juga, karena internet tidak ada yang pakai jadi otomatis kepentingan untuk bio visa,” lanjutnya.
Baca juga:
Kemudian, saat ditanyai mengenai bantuan dari pusat, pihaknya mengatakan jika sampai dengan saat ini fasilitas tersebut belum ada. Namun, pihaknya telah dijanjikan akan ada dropping hp untuk kepentingan Visa Bio dalam rekam sidik jari.
“Bantuan fasilitas belum ada. Rapat kemarin katanya dicoret sama DPR RI. Tapi apa benar dicoret, saya juga tidak tahu. Tapi kita dijanjikan akan ada alat. Tetapi, kalau tidak nanti kita akan pinjam ke kelompok bimbingan yang punya alat, namun untuk sementara ini kita belum komunikasi, nanti akan secepatnya saya lakukan komunikasi dengan mereka,” katanya.
Namun, dengan beberapa kendala yang terjadi, pihaknya selalu memberikan dorongan dan dukungan kepada calon jamaah haji yang akan berangkat pada tahun ini. Pihaknya juga telah menyiapkan opsi terakhir ketika hal tersebut masih akan tetap sama.
“Saya terus optimis itu akan selesai pada waktunya. Maka sekarang terus kita cari alat tercepat. Para jamaah juga kita beri motivasi dan solusi, yang pasti mereka akan berangkat. Karena yang sepuh-sepuh sudah lama antri. Solusi terakhir, termasuk meminta surat keterangan dari RSUD bahwa sidik jari tidak bisa kerekam,” imbuh Mukhlis.
Sementara itu, salah satu warga Sumpil, Kota Malang, Suwarti dan juga suaminya, sudah dua hari mencoba mendaftarkan dirinya pada aplikasi tersebut di Kantor Kemenag Kota Malang. Namun, hasilnya nihil, sidik jari susah terdeteksi.
“Kesulitannya di sidik jari, karena di aplikasi itu cuma loading saja, tidak tahu kenapa atau mungkin internetnya. Tadi saya sudah coba lagi tetapi sama saja tidak bisa, sampaik saya sudah capek. Nanti akan dicoba lagi ketika di rumah,” keluh Suwarti. (rsy/sit)