TEMPO. BERSAMA, Jakarta – Direktur PT Profit Forexindo Berjangka Ibrahim Asjuangbi memprediksi harga emas akan melemah di kisaran USD 1.942 hingga USD 2.000,10 per troy ounce, pada perdagangan hari ini Selasa 21 Maret 2023. Sebelumnya, pada perdagangan pasar Eropa pada Senin malam, dunia harga emas berada pada level IDR USD 1.973,50 per troy ounce.
“Harga emas mencapai USD2.000 untuk pertama kalinya dalam 11 bulan pada Senin karena penurunan Credit Suisse memicu kekhawatiran ketidakstabilan keuangan yang lebih luas dan mendorong investor untuk membeli emas,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin malam, 20 Maret 2023.
Ibrahim mengatakan, harga emas batangan menguat dalam tiga pekan terakhir. Ini karena tiga bank menengah AS telah runtuh, diikuti oleh Credit Suisse, bank yang dianggap oleh regulator sebagai Sistem Global Bank Penting (G-SIB). “Credit Suisse sejauh ini merupakan keruntuhan bank terbesar dalam dekade terakhir.”
Menurut Ibrahim, meningkatnya stabilitas keuangan membuat investor semakin yakin bahwa bank sentral harus berhenti menaikkan suku bunga karena khawatir memicu krisis sektor keuangan yang lebih luas. Itu telah mengirim imbal hasil obligasi turun tajam dan meningkatkan daya tarik relatif dari emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Sementara itu, The Fed, Bank Sentral Eropa dan beberapa bank sentral utama lainnya mengumumkan langkah-langkah baru untuk meningkatkan likuiditas sektor perbankan untuk membendung potensi penularan dari jatuhnya beberapa pemberi pinjaman selama dua minggu terakhir.
Langkah tersebut dilakukan tak lama setelah pemberi pinjaman yang terkepung, Credit Suisse Group AG, diambil alih oleh saingannya dari Swiss, UBS Group AG, dalam kesepakatan yang difasilitasi oleh regulator.
“Gejolak di sektor perbankan, yang mengancam akan menyebar ke bagian ekonomi lainnya, mendukung permintaan tempat yang aman emas dalam beberapa minggu terakhir. Ini mendorong logam kuning menyentuh di atas USD 2.000,” kata Ibrahim.
Ibrahim juga mengatakan Analis di ANZ mengatakan pada hari Senin bahwa emas harus dapat mempertahankan level saat ini hingga akhir tahun. Ini karena ekonomi global yang melambat dan penurunan suku bunga digabungkan untuk mendukung keinginan untuk berlindung.
Namun dalam jangka pendek, mereka mencatat bahwa kalibrasi ulang ekspektasi pasar di sekitar tingkat dana Fed dapat membuat harga emas tidak stabil.
“Meskipun penurunan ke USD 1.800 per ons mungkin terjadi, saya berpendapat penurunan di bawah ini harus dalam jangka pendek. Karena pembelian oportunistik cenderung muncul,” katanya.
Pilihan Editor: Upah Buruh Dipotong 25 Persen, Anggota DPR: Rakyat Menderita Saat Ramadhan dan Lebaran
Ikuti berita terbaru dari Tempo di Google News, klik Di Sini.