Jakarta – Kemarahan adalah salah satu bentuk emosi yang dimiliki orang. Namun, sebagai umat Islam yang mengikuti ajaran Nabi, kita mungkin perlu memahami apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika sedang marah.
Kemarahan yang diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW memang dikenal sangat jarang. Meski jarang dikutip dari buku Ya Allah, cintai aku menurut Nurul Lathiffah, Rasulullah SAW adalah orang yang mulia dan ketika marah, amarahnya mengandung kebaikan.
Nabi Muhammad SAW memberi contoh dengan nasihatnya tentang amarah yang bisa kita jadikan sebagai pedoman dan teladan yang mulia bagi diri kita sendiri. Berikut hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huraira Radhiyallahu’anhu,
“عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قِجُلًا قَِلَّلَِل لى الله عليه و سلم ا َوسِن ِي. Dia berkata “jangan marah, jangan. بْ
Artinya : Atas kuasa Abu Hurairah, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah SAW, berilah aku nasehat”, Nabi kemudian berkata, “Jangan marah”, Ia mengulangi pertanyaannya yang selalu dijawabnya, “Jangan marah .” (HR Bukhari)
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad saat marah?
Nabi Muhammad SAW tidak mengucapkan kata-kata kasar yang meninggalkan kesan negatif. Kata-kata kasar bertentangan dengan pesan Allah SWT yang halus dan tegas untuk kesejahteraan manusia. Alhasil, kemarahan Nabi Muhammad membuahkan hasil yang produktif untuk perbaikan lingkungannya.
Ini berasal dari kisah-kisah yang dikutip dalam buku-buku Edisi Bahasa Indonesia: Sejarah Nabi Lengkap, Jilid 1 ditulis oleh Ash-Shallabi dan prof. Ph.D. Muhammad Ali. Melalui tulisan Kitab Mama’ Az-Zawa’idkemarahan yang dilakukan Nabi adalah kemarahan yang tidak berlebihan dan memiliki tujuan yang jelas.
Dikisahkan, ketika Umar bin Khattab datang membawa selembar Taurat dan meminta Rasulullah SAW untuk membacanya. Menurut keterangan Jabir bin Abdillah, Umar mendatangi Rasulullah dengan membawa selembar Kitab Taurat sambil berkata:
“Wahai Rasulullah, ini adalah halaman-halaman dari Taurat,”
Nabi kemudian terdiam lalu membacanya, hingga raut wajah Nabi berubah. Kemudian Abu Bakar Ash-Shidiq bertanya, “Apakah kamu tidak melihat ekspresi wajah Nabi?”
Maka Umar memandang Rasulullah sambil berkata, “Aku berlindung kepada Allah dan Rasul-Nya. Kami ridha kepada Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami, Muhammad SAW sebagai Utusan kami.”
Kemudian Nabi juga bersabda: “Demi Dzat yang memegang ruh Muhammad, jika Musa telah hadir sebelum kamu, dan kamu mengikutinya dan meninggalkan aku, maka kamu akan tersesat dari jalan yang benar. Sekalipun Musa masih hidup dan menyaksikan Utusan saya, dia pasti akan mengikuti saya, “
Dalam riwayat lain, dikisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW marah ketika ketetapan Allah SWT dilanggar, sebagaimana diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari. Saat itu, ada yang bertanya apa yang harus dilakukan jika menemukan barang tanpa diketahui pemiliknya.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa penemu barang harus memberikan pemberitahuan dan menunggu selama satu tahun. Jika tidak datang, barang tersebut dapat digunakan sendiri atau dijual. Akan tetapi, si penemu barang itu tetap harus bertanggung jawab, artinya jika pemiliknya datang, barang itu harus dikembalikan atau uang hasil penjualannya harus diberikan.
Jika hewan peliharaan ditemukan, itu tergantung pada kemampuan bertahan hidup. Jika hewan tersebut terancam menjadi mangsa, penemunya dapat menjualnya, memeliharanya, atau memotongnya. Penemu kemudian berkewajiban untuk mengganti kerugian jika pemilik datang. Namun, jika hewan tersebut tidak dalam bahaya predator, maka penemunya harus membiarkannya.
Konon wajahnya merah karena marah saat menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan tersebut mengisyaratkan bahwa setiap hewan yang ditemukan dapat segera dijual, disembelih, atau dipelihara sebagai hewan peliharaan, meskipun tidak dalam bahaya penderitaan. Sama halnya dengan mencari barang di jalan yang ingin segera digunakan atau dijual.
Dikutip dari Berita Arab, kemurkaan Rasulullah SAW terlihat dalam keadaan itu. Namun Rasulullah SAW memutuskan untuk menyalurkan amarahnya dengan cara dan bahasa yang benar. Akibatnya, penyebab dan solusi untuk mengatasi kemarahan dapat diidentifikasi dan diterapkan setiap hari.
Rasulullah SAW tidak mengucapkan kata-kata kasar yang meninggalkan kesan negatif. Kata-kata kasar bertentangan dengan pesan Allah SWT yang halus dan tegas untuk kesejahteraan manusia.
Begitulah mulianya Nabi Muhammad sall jika harus menghadapi amarah dalam dirinya. Dia tetap tenang dan menjadi angin sejuk yang menyalurkan amarah untuk menyelesaikan masalah terkait pekerjaan.
Tonton videonya”sholawat“
(rah/rah)