Reporter: Tunai Harian
| Editor: Haris Hadinata
KONTAN.CO.ID – Seiring dengan jatuhnya Silicon Valley Bank dan kekhawatiran menyebar ke bank lain, harga aset emas melambung tinggi. Bagaimana harganya akan bergerak dalam jangka panjang, terutama dibandingkan dengan aset pasar modal?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu diingat, dari segi investasi, emas hanya diuntungkan dari pergerakan harga. Emas tidak menawarkan penghasilan tambahan seperti bunga atau dividen.
Harga emas di dunia umumnya dijual per troi ounce (oz). 1 ons adalah sekitar 31,1 gram. Pada tahun 2000 harga emas masih berkisar US$ 260 per oz. Harga kemudian naik ke rekor US$1.900 per ons pada tahun 2011.
Namun kemudian harganya turun di bawah US$ 1.100 per oz pada 2016. Pada 2020, harga emas akhirnya memecahkan rekor US$ 2.000 per oz pada Agustus 2020. Tahun ini harganya bergerak di kisaran US$ 1.800-US$ 1.900 per ons.
Untuk melihat bagaimana imbal hasil investasi emas dibandingkan dengan aset pasar modal, penulis melakukan pengamatan terhadap kinerja investasi emas, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Surat Utang Negara Infovesta yang merupakan indikator kinerja obligasi pemerintah.
Baca juga: Direktur BDKR, Tan Franciscus: Belajar Instrumen Baru di Masa Pandemi
Pengamatan dilakukan dengan membuat perbandingan pengembalian yang disesuaikan dengan risiko masing-masing instrumen investasi. Semakin tinggi nilainya pengembalian yang disesuaikan dengan risikomaka kinerja instrumen investasi tersebut lebih optimal.
Penulis mengamati dua periode kinerja yaitu 1 tahun dan 5 tahun, dalam rentang 15 Maret 2018 sampai dengan 15 Maret 2023. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel.
Kinerja 1 Tahun Terakhir |
JCI |
Obligasi pemerintah |
Emas |
kembali |
-4,19% |
3,83% |
0,21% |
std. Deviasi |
12,72% |
2,02% |
15,32% |
RAR |
-0,33 |
1.89 |
0,01 |
Korelasi |
– |
7,61% |
11,68% |
Kinerja dalam 5 Tahun Terakhir |
JCI |
Obligasi pemerintah |
Emas |
Pengembalian Tahunan Rata-Rata |
0,95% |
5,33% |
7,89% |
std. Penyimpangan tahunan |
17,27% |
2,51% |
15,84% |
RAR |
0,2804 |
11.8064 |
2.9158 |
Korelasi |
– |
22,85% |
3,83% |
Sumber: www.infovesta.com
Terlihat pada saat pandemi melanda pasar saham, kinerja obligasi pemerintah tidak turun signifikan, sedangkan emas di tahun pandemi tampil di atas pasar saham, meski setelah pandemi mereda, kinerja emas relatif stagnan.
Sebagai perbandingan, dalam 5 tahun terakhir rata-rata suku bunga simpanan menurut LPS adalah 3,6% setelah pajak dan inflasi. Sehingga dalam lima tahun terakhir saham-saham mencetak kinerja rata-rata di bawah deposito. Jadi, secara umum lima tahun terakhir belum optimal berinvestasi di instrumen saham jika tidak benar-benar melakukannya pemilihan saham berkualitas.
Baca juga: Strategi Manajer Investasi Pengelolaan Reksa Dana Saham Tetap Saat Koreksi Saham
Jika investor mencari investasi yang paling optimal di antara ketiga instrumen yang dibahas dalam tabel, pemenangnya adalah obligasi pemerintah dengan nilai return yang disesuaikan dengan risiko tinggi. Emas juga patut dipertimbangkan. Namun, kinerja emas yang cemerlang sangat didorong oleh ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, ambruknya bank-bank di Amerika Serikat, dan meningkatnya risiko bank-bank Eropa.
Secara historis, ketika ekonomi dunia membaik, harga emas cenderung turun. Investor yang saat ini membeli emas harus siap jika emas jatuh tahun depan.
Terlihat juga bahwa deviasi standar emas tahunan lebih tinggi dari obligasi pemerintah dan setara dengan saham. Artinya, pemegang emas harus siap jika harganya anjlok lebih dari 15% dalam setahun. Ini sering terjadi.
Hal yang menarik dari emas adalah korelasinya yang rendah dengan IHSG, di bawah 25% dalam lima tahun. Jadi emas menarik sebagai diversifikasi dari saham. Penyebab pasar saham turun memiliki pengaruh yang kecil terhadap emas.
Kesimpulannya, sebagai instrumen investasi, emas dapat dipertimbangkan untuk mendiversifikasi portofolio aset investasi. Namun harap diingat, kinerja di atas tidak memerlukan biaya tambahan saat menyimpan emas.
Setiap instrumen memiliki karakteristik, potensi keuntungan dan risikonya masing-masing, investor diharapkan dapat memilih instrumen investasi sesuai dengan tujuan keuangannya masing-masing.