BANJARMASINPOST.CO.ID, AMUNTAI – Masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) biasanya mengeringkan ikan menggunakan tampirai.
Diketahui, temprai berbentuk lembaran yang terbuat dari bambu.
Kayu jenis ini dipotong kecil-kecil dan memanjang, kemudian diikat menggunakan rotan hingga akhirnya dibentuk menjadi lembaran.
Dan di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan, warga umumnya menggunakan tampirai untuk menjemur ikan basah hingga kering.
Ini mempercepat proses pengeringan ikan dan juga mudah disimpan.
Baca juga: MUI Kalsel Himbau Umat Islam Tidak Merayakan Malam Tahun Baru dengan hura-hura
Baca juga: Kantor Gubernur Kalsel Sudah Dilengkapi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik
Salah satu pengrajin tampirai yang ada di Desa Cempaka Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten HSU yaitu Yudi.
Dia telah tampil sejak 20 tahun hingga saat ini.
Meskipun tidak ada bambu di Kabupaten HSU dan harus dibeli dari Kabupaten Balangan, namun cukup banyak pengrajin tampirai yang kemudian dipasarkan secara luas di Provinsi Kalimantan Selatan.
Ada lembaran tampirai dengan tinggi 90 cm hingga maksimal 170 cm dengan panjang 3 meter.
Harganya cukup terjangkau, ukuran terkecil Rp 12.500 dan terbesar Rp 140.000.
Baca juga: Berita Penerimaan CPNS dan PPPK 2023 dari Menteri PANRB, Cek Gaji dan Tunjangan
Baca juga: Rekrutmen PPPK di Kotabaru, Kalsel, Masih Ada Puluhan Pendaftar Tenaga Teknis
Baca juga: 2023, Pemerintah Buka Lowongan CPNS dan PPPK, BKD Kalsel Tunggu Surat Resmi dari Kemenpan RB
“Saat ini penjualan tampirai semakin menurun. Tidak seperti dulu yang dalam satu minggu bisa terjual hingga ratusan view dan dikirim ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Termasuk Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Kotabaru yang merupakan penghasil ikan asin, ” dia berkata.
Selain menjemur ikan, tampirai ini juga bisa digunakan untuk keramba bagi yang ingin beternak ikan di daerah rawa.
Biasanya menggunakan tampirai ukuran paling besar untuk ditempatkan di rawa-rawa. Harganya tentu sedikit lebih mahal karena menggunakan tali rotan berkualitas baik agar lebih awet.
“Meski keuntungannya tidak sebesar itu, saya tetap bersyukur bisa bertahan sampai sekarang. Cukup banyak warga yang terbantu dengan usaha pembuatan tampirai. Mereka bekerja sebagai pengikat tampirai,” ujar Yudi.
Ia pun berharap, kedepannya masih banyak warga yang memanfaatkan tampirai untuk berbagai keperluan sehingga sebagian warga Desa Cempaka HSU dan warga sekitar yang masih bekerja bersamanya bisa terus mendapatkan penghasilan.
(Banjarmasinpost.co.id/Reni Kurniawati)