BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI – Banjir di Kalimantan Selatan. Selama beberapa hari, luapan Sungai Barabai menggenangi sejumlah ruas jalan dan rumah warga di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan.
Pada Kamis (27/10/2022), banjir kembali datang. Bahkan, kedalaman airnya lebih tinggi dari sebelumnya.
Tak hanya terendam jalan utama, tapi juga rumah warga di dataran rendah.
Intensitas hujan cukup tinggi, turun sejak Senin (24/10). Hal ini membuat warga Barabai dan daerah rawan banjir lainnya selalu khawatir. Apalagi jika hujan deras di malam hari.
Baca juga: Banjir susulan datang lagi, Padi Baru yang Ditaburkan Warga HST Paya Besar Tersapu Banjir
Baca juga: Kebakaran Sungacuka Tanahlaut menyebabkan tiga siswa kehilangan perlengkapan sekolah
Baca juga: Pemukulan di Banjarmasin, tersinggung karena kata-kata, dua pemuda melecehkan seorang laki-laki
Beruntung informasi dari para relawan di lapangan yang disiarkan melalui media sosial sejauh ini cukup membantu warga memantau kondisi di kawasan hulu Pegunungan Meratus di Kecamatan Hanntak, Kabupaten HST.
“Kondisi saat ini benar-benar membuat kami lelah fisik dan mental. Sepanjang tahun 2021 dan sekarang 2022 banjir masih menghantui kami. Masalahnya, setiap kali air Sungai Barabai meluap, rumah kami kemasukan air,” kata Mery, warga. Jalan SMP, perumahan Barabai Kodim, hingga Banjarmasinpost co.id.
Ia pun mengaku tidak bisa tidur nyenyak jika malam hari hujan deras karena masih trauma dengan banjir bandang yang terjadi pada Januari 2021 lalu.
Meski sudah melakukan pencegahan dengan mengamankan barang-barang elektronik dan pakaian, menurut Merry, hal itu membuatnya stres.
Baca juga: Tenggelam Ombak Besar di Tanjung Selatan Tanahlaut, Satu Korban Selamat, Empat Orang Masih Dicari
Baca juga: Pemkot Banjarmasin Masih Belum Dapat Uang Sewa dari Pedagang Pasar Antasari
Baca juga: Ditemukannya Jenazah di Gang Ambon Banjarmasin, Ini Kronologis Menurut Polisi
“Apalagi saat sulit beraktivitas dengan air dan di lingkungan tempat tinggal, serta sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari karena tidak bisa bekerja,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Linda, warga Desa Aluan Besar, Kecamatan Batu Benawa.
Aluan merupakan salah satu desa yang rawan banjir, jika di kawasan hulu Pegunungan Meratus, di Kecamatan Hanntak, turun hujan lebat.
“Untuk bulan Oktober ini saja rumah kami di desa ini terendam banjir dua kali dalam satu minggu. Mudah-mudahan ada perbaikan lingkungan jika terjadi kerusakan di daerah hulu,” ujarnya.
Hingga Kamis sore, langit di atas Kota Barabai masih diselimuti awan hitam. Sejumlah jalan utama terendam, antara lain Jalan Brigjen H Hasan Basri, Kelurahan Barabai Barat.
Lalu, Jalan Pangeran Muhammad Noor, Jalan Kampung Melayu, Jalan Hevea, Jalan Tri Kusuma, Jalan Sari Gading, Jalan Pasar 3 Denpasar 2, Jalan Kamasan, Jalan Damanhuri, Jalan Ganesha dan beberapa lainnya.
Menurut Hamisah, warga Kampung Kopi RT 06, Jalan Brigjen Hasan Basri, Kota Barabai, rumahnya dan sejumlah rumah warga lainnya yang tinggal di bantaran sungai sudah sepekan kemasukan air.
“Kami berharap ada bantuan dari pemerintah daerah. Kami kesulitan untuk beraktivitas. Kami harus jalan kaki ke pasar karena khawatir kalau naik motor rusak, kami kena biaya perbaikan, ” dia berkata.
(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)