Sejumlah wadai (kue) yang terbuat dari beras ketan atau tepung beras biasa dan memiliki nilai tersendiri bagi sebagian warga kini hadir saat bulan puasa atau Ramadhan di beberapa lokasi pasar wadai Ramadhan, di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. .
Pantauan Antara Kalsel, Sabtu, terlihat beberapa penjual wadai memajang wadai jenis itu, karena selama bulan Ramadan banyak dicari masyarakat setempat sebagai menu berbuka puasa.
Jenis wadai antara lain wadai, cincin, lamang, cingkaruk, apam habang putih, serabi, bubur habang bubur putih, dan ketan bahinti.
Menurut penjual kue Acil Masnah, di kawasan Sungai Andai dulunya wadai ini memiliki nilai tersendiri bagi sebagian warga, karena berbagai jenis wadai ini harus disajikan pada pesta, pernikahan, selamatan, bahkan saat haul.
Selain itu, ada juga wadai wadai yang digunakan pada saat acara sakral ketika leluhur meninggal, seperti pengobatan, panen, atau saat bercocok tanam (menanam padi di gunung).
Dahulu ketika menyajikan wadai tidak bisa sembarangan karena jika sembarangan bisa dianggap sebagai kualat, namun jika digunakan sesuai fungsinya dinilai akan membawa berkah.
“Dulu itu hanya asumsi, sekarang tidak seperti itu lagi, karena wadai wadai ini masih berupa wadah biasa yang dibuat dan disajikan untuk kopi atau teh,” kata Acil Masnah.
Hanya saja jenis wadai wadai ini jarang muncul di warung-warung umum pada hari biasa, namun saat bulan puasa banyak muncul di kalangan pedagang karena banyak orang yang mencari buka puasa, atau makanan setelah tarawih dan itu sebagai kue saja tidak dianggap suci.
Memang di daerah tanah Banjar atau Kalimantan Selatan terdapat budaya tentang pengolahan kue atau wadai, makanya ada istilah banjar wadai sebanyak 41 macam.
Selain itu kue wadai atau Banjar didominasi oleh yang manis-manis karena dulu masyarakat Banjar adalah pekerja keras sehingga membutuhkan kalori yang tinggi untuk mengimbanginya agar tetap berenergi saat bekerja di sawah atau di ladang.
HAK CIPTA © Berita ANTARA Kalimantan Selatan 2023