Tugu Pahlawan Amuntai terletak di Jalan Basuki Rahmat, Desa Murung Sari, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).
Oleh masyarakat Amuntai, tugu ini juga sering disebut Taman Sejarah atau Taman Pertolongan.
Tiang utamanya menyerupai kepala roket, dibalut bambu runcing, tumbuh di atas bunga teratai.
Di atas dasar tugu yang berbentuk lingkaran tersebut tertulis, “Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Tahu Menghargai Jasa Para Pahlawan”.
Pada dinding pagar berbentuk huruf U yang melingkari tugu terdapat relief yang menggambarkan perjalanan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
Tidak hanya sejarah nasional. Relief tersebut juga menggambarkan perjuangan masyarakat Amuntai melawan Belanda dan komunis.
Tugu ini juga sering dikunjungi oleh rombongan anak sekolah, agar para guru dapat mengajarkan sejarah daerah kepada siswanya.
Masih dari relief, terukir kutipan dari presiden kedua Republik Indonesia, HM Soeharto.
Bunyinya, “Mari kita bangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”.
Di bawahnya terukir pesan dari Gubernur Kalsel M Said, “Lanjutkan cita-cita, semangat juang dan nilai-nilai 45 untuk membangun negara dan kesejahteraan rakyat.”
Pengamat sejarah lokal Kota Amuntai, Dharma Setiawan mengatakan, tugu ini sudah ada sejak awal kemerdekaan.
Namun kemudian dipulihkan pada masa Bupati Ardansyah Fama yang menjabat pada periode 1982-1987 dan 1987-1992. Selanjutnya tugu ini diresmikan oleh Gubernur M Said.
“Dulu hanya ada tugu, belum ada relief wall,” kata Dharma kepada Radar Banjarmasin, Senin (27/2).
Pada salah satu episodenya, relief tersebut menceritakan tentang Garpindom atau Gerakan Pembebasan Rakyat Indonesia.
Ada pula relief yang mengisahkan tentang Kongres Oemat Islam di Amoentai pada 15 Juni 1947.
Kemudian bergerilya melawan kompeni pada tahun 1858 hingga 1914, jauh sebelum proklamasi tahun 1945.
“Ruang terbuka hijau ini banyak dikunjungi mahasiswa untuk belajar sejarah,” ujar Dharma yang merupakan anak dari Abdul Hamidhan, salah satu tokoh pendiri Kabupaten HSU ini.
Dharma berharap generasi muda HSU tidak melupakan sejarah daerah tersebut. Karena dari situ rasa nasionalisme bisa dipupuk.
Sedangkan Mia mengaku senang bermain di taman Tugu Pahlawan. “Senang bisa bersantai di sini. Duduk dan berdiskusi dengan teman-teman. Apalagi di sekitar tugu terasa sejuk karena rimbunnya pepohonan,” ujar mahasiswa HSU tersebut. (mar/gr/fud)