Sudah akhir Mei, belum terlihat tanda-tanda perbaikan pagar siring Jalan Pierre Tendean yang rusak. Di sisi lain, damage-nya justru semakin meningkat.
Dari hasil pantauan Radar Banjarmasin (18/5) sore tadi, pagar di dua sisinya rusak. Total jumlah kerusakan adalah 92 batang pagar yang patah. Perinciannya, dari sisi Jembatan Merdeka hingga ke rumah Anno terdapat 23 batang.
Sedangkan dari arah Menara Pandang hingga arah Masjid Al Hinduan sebanyak 69 batang. Jumlah tersebut belum termasuk pagar yang dilepas atau dilepas bersamaan dengan penyangga batang pagar. Jumlah total di kedua sisinya mencapai 13 buah.
Jumlah batang pagar yang patah meningkat dibanding Maret lalu. Awalnya, dari sisi Jembatan Merdeka hingga Rumah Anno hanya ada 8 palang pagar yang jebol. Sedangkan dari Menara Pandang hingga Masjid Al Hinduan berjumlah 51 batang.
Selain membuat pemandangan menjadi jelek, rusaknya pagar juga membuat keamanan kawasan menjadi longgar. Padahal awalnya pemasangan pagar dilakukan agar tidak ada lagi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang beroperasi di kawasan tersebut.
Sekaligus agar penataan atau pembenahan kawasan bisa lebih nyaman untuk dilakukan. Pedagang kaki lima di kawasan itu dinilai kerap menutup akses bagi pejalan kaki atau wisatawan. Menurut informasi dari Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Banjarmasin, tidak ada pedagang kaki lima yang beroperasi di kawasan itu yang memiliki izin. alias ilegal.
Disinggung mengenai keinginan untuk merangkul atau mengkonsentrasikan PKL yang biasa nongkrong di kawasan tersebut pada satu titik, Disbudporapar Banjarmasin berpandangan bahwa fokus mereka saat ini adalah pemeliharaan dan penataan. Sehingga wisatawan bisa lebih leluasa menikmati siring.
Masih berdasarkan catatan Radar Banjarmasin, kerusakan pagar tersebut disebabkan oleh segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab. Kerusakan tersebut diduga untuk memudahkan pedagang kaki lima untuk bisa masuk ke kawasan siring, kemudian berjualan di kawasan tersebut. Batang pagar yang patah terlihat sengaja dipatahkan. Batang pagar yang patah membuat lubang yang cukup lebar untuk dilalui orang.
Batang pagar yang rusak juga tidak hilang. Sebelum diamankan UPT Pariwisata Disbudporapar Banjarmasin, pagar pembatas masih berada di lokasi. Dikonfirmasi mengenai hal ini kepada sejumlah juru parkir dan pedagang di kawasan itu, jawaban yang didapat adalah ketidaktahuan.
Namun, bukan berarti tidak ada informasi lain. Kerusakan pagar diketahui terjadi sejak Februari lalu. UPT Pariwisata telah berjanji pada bulan April akan melakukan perbaikan. Namun hingga Kamis (18/5), perbaikan belum terlihat. Kepala Bidang Pariwisata Fitriah mengatakan, rencana pembenahan itu memang benar adanya.
Kapan perbaikan akan dilakukan, dia mengaku tidak tahu. Pasalnya, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) yang menanganinya berbeda.
“Walaupun kami anggota Disbudporapar Banjarmasin, tapi untuk urusan itu di UPT Pariwisata. Jadi kami belum tahu detailnya,” jelasnya. Kepala UPT Pariwisata Disbudporapar Banjarmasin, Naziza mengklaim proses perbaikan sudah dimulai. “Kalau lihat kemarin sore sudah ada perbaikan. Karena hari ini libur, kemungkinan perbaikan dilanjutkan mungkin minggu depan,” ujarnya kemarin.
Naziza menjelaskan, perbaikan sudah dilakukan sejak Senin (15/5). Lakukan secara bertahap. Ambil satu hingga dua bulan. Ia mengatakan hal itu bukan tanpa alasan, karena pihaknya juga akan memasang pagar di area yang belum tersentuh pagar. Misalnya dari arah kawasan Musala Al Hinduan, menuju ke arah Jembatan 9 November atau Pasar Lama.
Mengapa perbaikan baru dilakukan Mei ini? Naziza menjelaskan, pada April lalu, kawasan itu dijadikan tempat Pasar Ramadan Wadai. “Kami juga tidak memiliki anggaran khusus untuk perbaikan ini. Pekerjaan dilakukan sendirian. Melihat kerusakan yang ada, hanya patah di bagian sambungan lasnya saja,” ujarnya.
Sederhananya, menurut Naziza, pihaknya memiliki teknisi untuk itu. Ini kit perbaikan. Naziza tak memungkiri bahwa kerusakan pagar juga meningkat dibandingkan sebelumnya. Dia curiga ada orang yang melakukannya.
Untuk mengantisipasi terulangnya perusakan, Naziza berencana mendirikan posko pengawasan di beberapa titik. “Tapi, kalau anggaran tidak mencukupi, kemungkinan akan menggunakan tenda saja,” ujarnya.
Untuk menjaga ketertiban dan keamanan kawasan, pihaknya juga sedang mengusulkan pembangunan pagar yang lebih kokoh dan permanen. Bahkan disertai dengan pintu masuk dan keluar bagi wisatawan.
Juga akan ada petugas jaga. “Usulan kami sudah kami sampaikan ke walikota dan DPRD Banjarmasin. Sehingga masyarakat atau wisatawan bisa nyaman saat berkunjung,” harapnya.
“Mudah-mudahan bisa terlaksana dengan baik. Mudah-mudahan 2024 bisa lewat. Karena ini sudah direncanakan sejak 2018 dan 2019. Tapi karena pandemi, tidak bisa terealisasi,” ucapnya.
“Selain anggaran untuk pembangunannya sangat banyak, pagar yang dibuat juga sangat panjang nantinya. Keseluruhan bisa mencapai 2 kilometer,” pungkasnya.
Untuk diketahui para pembaca, pagar yang dibangun UPT Pariwisata saat ini bersifat semi permanen. Tingginya hampir dua meter. Dipasang di sekitar area Siring Pierre Tendean. Itu dilakukan sejak 18 Agustus 2022. Anggaran yang dikeluarkan ratusan juta rupiah.