JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan dan meresmikan pembangunan Bendungan Tapin di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Bendungan yang dapat ditempuh sekitar 3 jam dari kota Banjarmasin ini menawarkan 3 potensi wisata yaitu alam, buatan dan budaya.
Hal itu disampaikan Ketua Adat Suku Dayak Meratus Karliansyah dalam Press Tour Infrastruktur Kalsel, Kamis (6/10/2022).
“Yang pertama wisata alam karena berdampingan dengan Loksado, terkenal di dalam dan luar negeri,” jelasnya menjawab Kompas.com.
Loksado merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang terkenal dengan wisata alamnya. Bahkan ada Festival Loksado yang dinantikan wisatawan.
Baca juga: Pembangunan Bendungan Tapin melibatkan pemangku adat Dayak Meratus
Yang kedua adalah wisata buatan yang berada di kawasan Bendungan Tapin itu sendiri. Karliansyah mengatakan, ke depan Bendungan Tapin bisa menjadi lokasi wisata keluarga, meski saat ini masih belum dibuka untuk umum.
Ketiga adalah wisata budaya dimana masyarakat Dayak Meratus masih menjalankan tradisi Aruh Ganal yang menjadi daya tarik wisata.
Aruh Ganal merupakan rangkaian upacara adat yang dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen.
“Biasanya kami jadwalkan sekitar Juli-Agustus setiap tahun. Bisa jadi pengembangan wisata budaya di sekitar Bendungan Tapin ke depannya,” kata Karliansyah.
Di sisi lain, kawasan sekitar Bendungan Tapin seluas 500 hektare akan dihijaukan. Informasi tersebut disampaikan Satuan Kerja (Satker) Bendungan Daerah Aliran Sungai (Satker) III Selo Bhuwono Kahar Kalimantan III.
Baca juga: Menteri Basuki Minta 3 Hal dari Kontraktor Bendungan di NTB, Apa Saja?
“Ada rencana berkala, minimal bisa tanam 500 hektare,” kata Selo saat diwawancarai Kompas.com.
Sedangkan sejak tahun 2021 atau setelah peresmian dilakukan penghijauan tahap pertama yaitu di sudut jalan Bendungan Tapin.
Pada tahun 2022 penghijauan bergerak ke arah pintu gerbang dan area dekat genangan genangan.
“Penghijauan pertama seribu hektare, tahun 2022 jadi dua ribu hektare. Tahun depan (2023) seribu hektare,” tambah Selo.
Tanaman yang digunakan adalah tanaman lokal. Juga menggunakan bibit cabe, pohon durian, mangga, belimbing yang bisa tumbuh disini.
Lanjut Selo, dulu kawasan Bendungan Tapin merupakan kawasan hutan dengan jumlah penduduk relatif sedikit.
“Kami juga tidak memulihkan kondisi lingkungan dalam waktu satu sampai dua tahun, terutama tanaman yang bisa hidup di sini. Rencananya sampai bendungan selesai beroperasi, kami akan terus melakukan penghijauan,” pungkas Selo.
Dapatkan pembaruan berita terpilih Dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Yuk gabung di grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link nya lalu gabung. Anda harus menginstal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel Anda.