Meratus, Daratjuang.online — Gadis Dayak asal Bohol Permai, Desa Batu Perahu, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan.
Dinda Sari (22) tahun, saat berbincang dengan awak media ini, Kamis (26/1/23).
Diketahui, Dinda Sari yang akrab disapa Ikit ini pernah berkecimpung dalam seni kerajinan anyaman dari bambu hingga ke lapas, seperti mengolah Butah, Salimpang, kerajinan anyaman Balihung, hingga tempat botol minuman.
Hasil kerajinan tersebut dijual ke kota kecamatan dan kota Barabai, Kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), dan sering ditempatkan di toko-toko yang menjual kerajinan tangan.
Selain dikenal aktif di desanya sendiri, Ikit juga aktif sebagai anggota Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) dan mandiri bersama masyarakat pedalaman Meratus, Desa Batu Perahu, ia juga menanam kakao dan kopi.
Berbekal ijasah SMA-nya, Ikit dipercaya dan diangkat menjadi seorang guru anak usia dini (PAUD) di Desa Batu Perahu.
Dinda Sari atau Ikit saat berbincang dengan awak media mengatakan, “Saya ingin anak-anak kita di pedalaman Meratus, Desa Batu Perahu khususnya bisa lebih maju dan bisa membanggakan orang tua nantinya, melalui salah satu pendidikannya. Padahal sampai saat ini desa kami hanya memiliki Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD),” jelasnya.
Ia sendiri merasa prihatin dengan kondisi masyarakat dan anak-anak Batu Perahu, karena banyak warga dan anak-anak desa Batu Perahu yang terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Selain faktor ekonomi, juga faktor ketiadaan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) serta faktor jalan yang sangat jauh,” tambahnya.
Ikit, bercerita tentang perjuangannya melanjutkan sekolah. Pada masanya, Ikit bersama segelintir anak dari pedalaman Meratus, Hulu Sungai Tengah (HST), harus melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) ke kota kecamatan, dan sekolah menengah atas (SMA) ke kota kecamatan. kota kabupaten, yang jaraknya sangat jauh.
Sebagai gadis Dayak yang tinggal di pedesaan dan terpencil, Ikit harus bisa menerima kenyataan dan menjaga api semangat tetap menyala untuk maju dan berkembang.
Desa Batu Perahu, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), merupakan salah satu desa terpencil yang terletak di pedalaman kawasan pegunungan Meratus Kalimantan Selatan.
Disebut terpencil karena secara geografis desa ini sangat jauh dan sulit dijangkau.
Bahkan dari desa terdekat seperti desa Atiran, menuju Desa Batu Perahu jarak yang harus ditempuh kurang lebih 5 sampai 6 jam perjalanan, dengan berjalan kaki jalan yang dilalui berupa jalan setapak.
Perlu diperhatikan bahwa menuju desa Batu Perahu dapat dilalui dengan kendaraan bermotor yang sudah dimodifikasi seperti Trail misalnya, atau Underbon yang memang didesain khusus untuk melewati medan yang sangat sulit dilalui kendaraan biasa.
Sementara itu Kepala Desa Batu Perahu. Saat dikonfirmasi mengenai kondisi desa tersebut, beliau memberikan tanggapannya, “Salah satu kendala di desa terpencil yang terletak di pedalaman Meratus yang berada di wilayah Hulu Sungai Tengah (HST) termasuk desa kami adalah akses jalan dan Belum lagi bicara infrastruktur pembangunan lainnya, seperti kesehatan dan pendidikan,” kata Anah, Kepala Desa Batu Perahu.
Anah menambahkan lagi, “Akses jalan yang buruk tidak hanya di Desa Batu Perahu, namun masih banyak lagi desa-desa terpencil yang mengalami hal yang sama,” jelasnya.
Saya berharap kondisi seperti ini dapat memicu pemerintah untuk lebih agresif mendesak pihak terkait untuk melaksanakan dan memprioritaskan pembangunan infrastruktur di daerah terpencil,” pungkasnya.(15)