Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos membahas langkah-langkah untuk menghadapi ekspansi China secara agresif ke jalur perdagangan dan pulau-pulau strategis di Laut China Selatan dalam pertemuan mereka di Gedung Putih. Marcos melakukan kunjungan empat hari ke Amerika Serikat setelah Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida melakukan pertemuan dengan Biden sebelumnya di Gedung Putih.
Para pejabat AS menegaskan bahwa ini adalah pertemuan AS dan Filipina pertama dalam beberapa dekade dengan tingkat dan intensitas yang sama. China semakin percaya diri dalam menegaskan klaim kedaulatannya atas seluruh wilayah Laut China Selatan, tanpa mengikuti keputusan internasional yang menyatakan klaim mereka tidak berdasarkan hukum. Selain itu, Beijing secara terus-menerus menunjukkan ancaman militer terhadap Taiwan, yang diklaim China namun akan dijamin oleh Washington.
Filipina, yang terletak dekat dengan jalur laut utama dan Taiwan, menjadi pusat perhatian. Marcos menyatakan bahwa ia khawatir Filipina akan terjebak di tengah negara-negara adidaya. Meski begitu, Filipina memberikan akses pangkalan militer kepada pasukan AS, termasuk pangkalan militer di dekat Kepulauan Spratly yang tegang. Kedua negara juga melaksanakan latihan militer terbesar mereka.
Hal ini membuat China khawatir dan menuduh Washington mencoba membuat celah antara Beijing dan Manila. Sebagai pengingat ketegangan diplomatik, kapal China dan kapal Penjaga Pantai Filipina nyaris bertabrakan di Kepulauan Spratly.