Amuntai (ANTARA) – Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Kalsel memperkuat kelembagaan kelompok masyarakat (Pokmas) di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan membangun rumah produksi albumin di Kabupaten Paminggir.
Ketua Kelompok Kerja (Kasub Pokja) Kalsel BRGM RI Parihutan Sagala di Amuntai mengatakan, Kamis FGD dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan desa dan memberikan semangat revitalisasi ekonomi desa sekitar pedesaan agar dilakukan restorasi gambut. keluar dengan baik.
“Semacam reward bagi Pokmas yang berhasil mengembangkan usahanya dengan cara mengundang mereka pada acara Focus Group Discussion untuk berbagi cerita sukses dengan kelompok masyarakat lainnya di Klaster Pertanian, Klaster Kerajinan dan Klaster Olahan Pangan,” ujar Parihutan.
Parihutan mengatakan, penguatan kelembagaan kelompok masyarakat Desa Mandiri Gambut (DMPG) menjadi aspek penting dalam upaya percepatan restorasi gambut.
Potensi unggulan yang digali oleh desa sendiri maupun melalui kerjasama antar desa telah menunjukkan tercapainya target menuju kemandirian DMPG itu sendiri.
Di akhir pertemuan FGD nanti, katanya bisa disusun rencana tindak lanjut pengembangan usaha kelompok masyarakat DMPG Kalsel sebagai pijakan penting untuk penguatan kelembagaan, program kerja kelompok masyarakat DMPG Kalsel sehingga lebih mandiri dan berdaya saing di pasar lokal, nasional dan internasional.
FGD dilaksanakan di Hotel Minosa Resort Amuntai, Kamis (17/11/22) dengan mengundang seluruh perwakilan Pokmas DMPD di Kabupaten HSU binaan BRGM Kalsel.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Asisten II Bidang Tata Usaha Setda HSUH Haridi mewakili Plt Bupati, Sekretaris Dinas LH Provinsi Kalsel selaku pelaksana Tugas Pendampingan Restorasi Gambut di Kalsel, Sekretaris TRGD Kalsel Sayuti Enggok dan lainnya
Parihutan mengatakan, tidak semua pokja binaan BRGM Kalsel berhasil mengembangkan usahanya, apalagi melewati masa pandemi COVID-19 kemarin. Namun melalui FGD akan dievaluasi beserta keberhasilan dan kekurangannya.
“Kami selalu membina Pokwas agar mandiri dan memiliki daya saing,” tandasnya.
Berbagai upaya telah berhasil dikembangkan oleh Pokmas di Kabupaten HSU, sejak BRG mulai melaksanakan programnya pada tahun 2017 lalu, kawasan gambut di HSU menjadi fokus perhatian.
“Lahan gambut di HSU termasuk dalam Kawasan Hidrologis Gambut di Kalimantan Selatan,” jelasnya.
Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) adalah suatu kesatuan hidrologis gambut dimana kawasan ekosistem gambut terletak di antara dua sungai, sungai dan laut atau rawa.
KHG yang terdapat kawasan gambut HSU adalah KHG Utar-Serapat yang berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah, KHG Balangan – Batangalai dan KHG Barito – Tapin. Sedangkan KHG Barito-Alalak tidak termasuk kawasan gambut HSU.
Ia kemudian menjelaskan beberapa kegiatan dampingan BRGM di Kabupaten HSU antara lain membantu Pokwas di Desa Banua Hanyar, Kecamatan Danau Panggang untuk mengembangkan Kerajinan Kain Sasirangan berbahan pewarna alami.
Obyek wisata sepanjang Sungai Amazon di Desa Pulantani, Kecamatan Haur Gading, yang diresmikan pada tahun 2020 oleh Pj Gubernur Kalsel Safrizal.
“Kami juga melatih kerajinan purun di Desa Pulantani dan mengembangkannya sekarang untuk terus berproduksi,” kata Parihutan.
Pokmas Desa Pulau Damar juga telah memproduksi Jamur Tiram kemasan modern, begitu juga dengan Pokmas Desa Sungai Namang dengan memproduksi Kue Talipuk dari biji Teratai.
“Jika masyarakat sadar bahwa lahan gambut memberikan kesejahteraan bagi mereka, maka masyarakat sendiri akan melindungi dan menjaga lahan gambut di sekitarnya agar tetap lestari,” ujarnya lagi.
Selain itu, lanjutnya, BRGM juga akan meresmikan Rumah Produksi Albumin di Desa Pal Batu yang merupakan salah satu unit usaha Bumdesma yang bergerak di Bidang Perikanan. Bumdesma ditujukan untuk empat desa yaitu Palbatu, Sungai Namang, Bararawa dan Tampakang yang merupakan Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG)
Peresmian Rumah Produksi Albumin ini rencananya akan dihadiri oleh Deputi Bidang Pembangunan, Operasi dan Pemeliharaan BRGM RI dan Kepala Kominfosandi HSU Adi Lesmana mewakili Pj Bupati, Camat dan Kepala Desa.
Data BPS Kabupaten HSU tahun 2017 menunjukkan jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Keramba Kecamatan Paminggir sebanyak 635 KK, dengan luas 4392 m2 yang merupakan potensi unggulan yang dapat dikembangkan melalui kerjasama antar desa.
Dijelaskannya, Albumin yang dihasilkan dari Ikan Gabus khususnya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi karena memiliki manfaat kesehatan antara lain mempercepat penyembuhan luka, pemulihan setelah sakit dan pemulihan fungsi hati.
BRGM sangat berharap peran serta pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat membantu memantau perkembangan usaha masyarakat agar nantinya bisa menjadi percontohan.
Lebih lanjut Parihutan menjelaskan bahwa BRGM dalam upaya pemulihan dan pemulihan fungsi lahan gambut menerapkan pendekatan 3R yaitu pembasahan melalui sekat kanal, penimbunan kanal, pembuatan sumur bor dan pembasahan lahan gambut kering.
Pendekatan selanjutnya berupa penanaman kembali kawasan hutan yang terbakar (Revegetasi) dan pemberdayaan ekonomi masyarakat (Revitalisasi).
BRGM Kalimantan Selatan telah membentuk Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) sebagai bagian dari fungsinya untuk menghimpun dan menampung partisipasi dan dukungan masyarakat dalam Restorasi Gambut.
DMPG Kalsel telah membentuk Kawasan Perdesaan di Kabupaten HSU melalui Peraturan Bupati nomor 10 Tahun 2019 tentang Penetapan Kawasan Perdesaan.
Kawasan perdesaan berupa kawasan perikanan, kerajinan dan pertanian. Peraturan Bupati ini diperkuat dengan kebijakan Rencana Pembangunan Daerah Perdesaan (RPKP) yang telah dituangkan dalam Peraturan Bupati nomor 34 Tahun 2019.
Namun, lanjutnya, BRGM juga membangun infrastruktur berupa sekat kanal, sumur bor untuk melindungi lahan gambut dari kekeringan dan kebakaran hutan.
“Kalau seminggu tidak hujan, lahan akan basah kembali,” katanya.
Ia menjelaskan betapa bahayanya jika lahan gambut mengering karena tidak bisa lagi dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.
Selain itu, membakar lahan atau hutan rawa juga sangat berbahaya karena sangat sulit. untuk memadamkannya.
“Lahan berspons yang subur jika sudah kering dan rusak tidak dapat menyimpan air lagi, sehingga peran masyarakat diharapkan dapat menjaga keberadaan lahan gambut,” pungkasnya.