Usai Penentuan Kuota Haji
KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Usai diumumkan masuk dalam kuota haji tahun 2023, 1.387 Calon Jamaah Haji (CJH) mulai menjalani pemeriksaan kesehatan. Sejak Rabu (26/3), merteka memadati sejumlah fasilitas kesehatan mulai dari puskesmas hingga RSUD. Pemeriksaan ini sekaligus sebagai penentu keberangkatan mereka menuju Baitullah tahun ini.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Mojokerto dr Agus Dwi Cahyono mengatakan, skrining berjalan serentak di 27 puskesmas sesuai dengan domisili CJH di 18 kecamatan. Tidak hanya cek fisik luar, medical check up juga dijalani sejumlah CJH yang disinyalir memiliki riwayat penyakit tertentu. Mulai dari tes darah lengkap di UPT Labkesda Jabon hingga tes rontgen dada atau torax di RSUD Prof dr. Soekandar Mojosari.
’’Sehari dijadwalkan di tiga puskemas. Kalau untuk medical check up, kami arahkan ke UPT Labkesda dan RSUD,’’ ujarnya. Proses skrining sendiri ditujukan untuk mendeteksi kesehatan masing-masing jamaah. Apakah memiliki riwayat penyakit tertentu atau tidak. Bahkan, dinkes sudah mengklasifikasikan sejumlah penyakit menjadi tiga tingkatan, mulai dari berat, sedang, dan ringan.
Untuk penyakit berat, ada beberapa jenis penyakit yang paling diwaspadai, yakni gangguan jiwa atau ODGJ, demensia atau pikun berat, jantung stadium IV, hingga tuberculosis (TBC) dengan bakteri tahan asam (BTA) positif. Keempat jenis penyakit ini tidak direkomendasikan untuk bisa diberangkatkan ke tanah suci. Mengingat dampak yang ditimbulkan saat di tanah suci nanti dinilai bisa mengganggu konsentrasi ibadah jamaah yang bersangkutan maupun jamaah lainnya.
Sementara, untuk jenis penyakit lain seperti diabetes, kolesterol, darah tinggi masih bisa dipertimbangkan sesuai kadar perawatannya. ’’Di Permenkes nomor 15 tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji sudah diterangkan beberapa penyakit yang tidak disarankan berangkat karena mengganggu proses ibadah haji,’’ tandasnya. Selain skrining awal, jamaah nantinya juga diminta untuk uji kebugaran fisik yang dijadwalkan setelah Lebaran Idul Fitri.
Tujuannya tak lain untuk menguji ketahanan fisiknya apakah siap menyesuaikan diri selama berada di tanah suci atau tidak. Dengan cara berjalan beberapa kilometer yang akan dipandu tim kesehatan di setiap puskesmas. ’’Setelah skrining dan uji kebugaran, nanti akan diketahui, jamaah yang bisa direkom berangkat atau tidak berdasarkan hasil medis yang sudah dijalani,’’ pungkasnya. (far/ron)