JAKARTA, KOMPAS – Kementerian Agama tengah mempersiapkan berbagai upaya khusus bagi jemaah haji lansia. Dengan mengusung semangat “Haji Ramah Lansia”, pemerintah diharapkan turut melibatkan petugas-petugas pendamping khusus.
Pada musim haji tahun 1444 Hijriah/2023 Masehi, Indonesia kembali mendapatkan kuota penuh, yakni 221.000 anggota jemaah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 persen atau 64.000 jemaah merupakan jemaah lanjut usia (lansia).
Sebelumnya, otoritas Arab Saudi membatasi pemberangkatan jemaah haji yang berusia 65 tahun sehingga Indonesia hanya memberangkatkan 100.051 calon jemaah pada tahun 2022. Pembatasan jemaah tersebut mengakibatkan jumlah jemaah lansia yang harus diberangkatkan tahun ini lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid menyampaikan, pelayanan terhadap jemaah lansia menjadi prioritas tanpa mengabaikan kepentingan jemaah lainnya. Salah satu upaya mitigasi yang dilakukan adalah dengan simulasi pelayanan khusus jemaah haji lansia.
“Kami sedang membahas mengenai apakah lansia harus terpisah dari rombongan untuk mempermudah akses layanan atau menjaga kondisi psikis mereka dengan tetap mempertahankan lansia bersama rombongan. Dalam hal layanan transportasi, misalnya angkutan shuttle prioritas, itu juga kami pertimbangkan,” kata Subhan kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Selama 40 hari menjalani ibadah haji di Arab Saudi, para jemaah akan mendapatkan empat layanan berupa akomodasi, transportasi, konsumsi, dan layanan masya’ir yang meliputi Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Terkait transportasi, akan disediakan bus antarkota perhajian di Kota Mekkah dan Madinah.
Subhan menjelaskan, khusus untuk angkutan antarkota, pihaknya telah memastikan bahwa angkutan tersebut akan mengantarkan jemaah langsung ke tujuan dengan setiap jemaahnya mendapatkan satu kursi. Terdapat pula bus shalawat yang selama 24 jam akan mengantar jemaah dari hotel ke Masjidil Haram dan sebaliknya.
Sementara untuk bus shalawat, Subhan tengah berkoordinasi dengan penyedia layanan agar mempersiapkan kendaraan khusus untuk jemaah lansia berupa dek yang lebih rendah, pintu yang lebih lebar, serta kursi yang juga lebih besar. Saat ini, telah disiapkan sejumlah 490 armada dengan 49 armada cadangan.
“Secara keseluruhan, kesiapan layanan luar negeri sudah mencapai 80 persen. Untuk penyiapan layanan transportasi dan akomodasi bagi jemaah haji Indonesia di Arab Saudi, sudah selesai semua,” ujar Subhan.
Terkait akomodasi penginapan, Subhan menyebut, pihaknya telah menyiapkan 111 hotel untuk jemaah haji Indonesia selama berada di Mekkah dengan sistem sewa full musim. Sementara di Madinah, ada sekitar 100 hotel yang disiapkan dengan tiga skema, yaitu sewa satu musim, sewa semi musim, dan sewa di waktu tertentu atau blocking time.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, melalui keterangan resmi Kementerian Agama, meminta para ahli Geriatri turut dilibatkan dalam mempersiapkan pelayanan konsumsi terhadap jemaah lansia. Selain itu, para petugas yang akan melayani jemaah haji juga perlu dibekali dengan pelatihan agar dapat memberikan pelayanan khusus bagi jemaah lansia.
Apalagi, mereka akan berjumpa dengan jutaan umat lain di Mekkah dan Madinah dengan berbagai kultur, karakter, latar belakang, dan sebagainya. Itu jadi tantangan jemaah haji lansia.
“Skema layanan komprehensif tengah dipersiapkan dengan melibatkan ahli Geriatri dari Universitas Indonesia berkaitan dengan skema pelayanan ramah lansia sejak dari tanah air hingga di Arab Saudi. Kami akan mengidentifikasi berdasarkan kategori lansia sehat dan lansia yang memerlukan bantuan alat ataupun orang lain sebagai pertimbangan dalam simulasi layanan di Arab Saudi,” lanjut Subhan.
Baca juga: Kuota Haji Indonesia 221.000 Orang, Usia Tidak Lagi Dibatasi
Petugas khusus
Selain layanan berupa akomodasi, konsumsi, dan transportasi, kementerian agama turut menyoroti pentingnya aspek keramahan dan kesigapan petugas saat melayani jemaah haji. Untuk itu, seleksi dan peningkatan kompetensi akan dilakukan dalam perekrutan petugas pelayanan.
Ketua Komnas Haji dan Umrah Mustolih Siradj menyebut, kebijakan pemerintah yang mengusung semangat ibadah haji ramah lansia patut diapresiasi sekaligus menjadi tantangan. Tanpa adanya kebijakan tersebut, peluang lansia untuk mendapatkan kuota haji akan semakin kecil.
“Semakin lanjut usia jemaah haji, semakin rentan sehingga kebijakan itu layak diapresiasi. Pemerintah perlu menjamin pelayanan petugas berjalan optimal. Jargon haji ramah lansia ini tentu menjadi pertaruhan kemenag setelah pandemi. Jangan sampai kepuasaan jemaah haji terhadap pelayanan justru menurun,” ujar Mustolih.
Menurut Mustolih, petugas yang memiliki keterampilan khusus tersebut dapat diperoleh dengan turut menggandeng Kementerian Sosial. Ini karena petugas-petugas yang berada di bawah kementerian sosial diasumsikan telah terbiasa mengurus dan meladeni lansia.
Baca juga: Kuota Haji Kembali Penuh, Persiapan Layanan Perlu Dimatangkan
Dalam beberapa kasus juga, jemaah lansia tidak selalu didampingi oleh pihak keluarga. Oleh sebab itu, peran perawat khusus lansia dibutuhkan saat kondisi-kondisi tertentu, misalnya terkait buang air besar, mandi, dan sakit.
“Apalagi, mereka akan berjumpa dengan jutaan umat lain di Mekkah dan Madinah dengan berbagai kultur, karakter, latar belakang, dan sebagainya. Itu jadi tantangan jemaah haji lansia,” tutur Mustolih.