Perusahaan-perusahaan yang menjadi target kebijakan terbaru China untuk membatasi ekspor dua jenis logam yang banyak digunakan di kendaraan listrik dan semikonduktor, pada Selasa (4/7), berlomba-lomba untuk mengamankan pasokan mereka karena beberapa pemasok industri khawatir jika kebijakan itu akan diikuti oleh pembatasan ekspor material tanah jarang.
Pada Senin (3/7), China secara tiba-tiba mengumumkan kebijakan tersebut yang akan berlaku mulai tanggal 1 Agustus terhadap ekspor sebagian produk galium dan germanium. Kebijakan ini dilihat sebagai tindakan yang meningkatkan perang dagang dengan Amerika Serikat dan berpotensi menimbulkan gangguan lebih lanjut pada rantai pasokan global.
Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk melindungi keamanan nasional. Namun, sebagian analis melihat kebijakan ini sebagai respons terhadap upaya Amerika Serikat untuk meredam kemajuan teknologi China.
Pengumuman kebijakan ini disampaikan China pada malam Hari Kemerdekaan AS 4 Juli dan tepat sebelum Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen melakukan kunjungan ke Beijing.
“China telah memukul pembatasan perdagangan Amerika di tempat yang menyakitkan,” kata ketua Asosiasi Pertambangan Global China, Peter Arkell.
Komisi Eropa juga menyatakan keprihatinannya atas langkah yang diambil pemerintah China. Sementara itu, Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa setiap perluasan kontrol terhadap bahan-bahan seperti litium akan “menimbulkan masalah”.
Pemerintah Belanda menyatakan bahwa dampak aturan baru ini akan bergantung pada cara penerapannya.
Salah satu produsen wafer semikonduktor di AS mengajukan izin ekspor sebagai respons terhadap kebijakan ini. Sementara itu, produsen germanium di China melaporkan adanya lonjakan permintaan pembeli akibat kenaikan harga.
Delapan produk galium dan enam produk germanium ini juga digunakan di industri-industri teknologi tinggi lainnya.
Beberapa industri logam mengungkapkan kekhawatiran mereka bahwa China dapat memperluas pembatasan ini pada ekspor material tanah jarang. China sebelumnya telah menerapkan pembatasan pada saat terjadi perselisihan antara China dan Jepang pada tahun 2011. China adalah produsen tanah jarang terbesar di dunia. Material tanah jarang ini digunakan secara luas dalam kendaraan listrik dan peralatan militer.
“Galium dan germanium hanya beberapa logam minor yang sangat penting bagi beberapa produk teknologi, dan China adalah produsen dominan yang tidak dapat dengan mudah digantikan oleh negara lain dalam jangka pendek atau menengah,” ungkap Arkell.