Negara-negara Kelompok Tujuh, Uni Eropa, dan tiga negara lainnya telah mendesak China untuk mengusir kapal tanker minyak dari perairannya karena dicurigai membawa bahan bakar minyak ke Korea Utara. Tindakan ini bertentangan dengan sanksi yang diberlakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korea Utara, menurut surat yang dilihat oleh AFP pada hari Jumat (21/7).
Surat tersebut ditujukan kepada utusan China untuk PBB, Zhang Jun, dan ditandatangani oleh duta besar dari negara-negara G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat), serta utusan dari Uni Eropa, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Dalam surat tersebut, para duta besar memberikan bukti tambahan dan citra satelit kepada pemerintah China yang menunjukkan adanya praktik penyelundupan minyak ilegal yang terus terjadi dalam yurisdiksi China pada tahun 2022 dan berlanjut pada tahun 2023.
Mereka kembali meminta China untuk memeriksa kapal-kapal tersebut, menolak layanan mereka, dan mengusir mereka dari perairannya secepat mungkin. Meski surat tersebut telah dikirim ke utusan China, belum ada konfirmasi apakah surat tersebut telah diterima.
Teluk Sansha, tempat kapal tanker tersebut berlabuh, terletak di Provinsi Fujian China dan terhubung ke Laut China Timur melalui kanal yang dalam. Surat tersebut juga mencatat bahwa keberadaan dan pergerakan kapal tanker tersebut telah diamati oleh kelompok ahli PBB yang bertugas memantau kepatuhan sanksi terhadap Korea Utara.
Sejak 2006, Korea Utara telah dikenai sanksi PBB atas peluncuran misil dan program nuklirnya. Sanksi tambahan yang diberlakukan pada tahun 2017 membatasi impor minyak mentahnya. Namun, Dewan Keamanan belum mencapai kesepakatan bersama sejak itu, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pada bulan Mei 2022, China dan Rusia memveto resolusi yang memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara, dan sejak saat itu tidak ada resolusi atau pernyataan Dewan yang diadopsi, meskipun Korea Utara melakukan beberapa peluncuran rudal.
Pada hari Jumat (21/7), Korea Utara meluncurkan beberapa rudal jelajah ke Laut Kuning, di lepas Semenanjung Korea, seperti yang dilaporkan oleh Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Amerika Serikat sering menuduh China dan Rusia “melindungi” rezim Korea Utara dan mendorong peluncuran lebih lanjut dengan mencegah tanggapan bersama dari Dewan Keamanan. Oleh karena itu, surat tersebut dengan tegas mengingatkan komunitas internasional, termasuk China, untuk mengirimkan pesan yang kuat dan terpadu bahwa Korea Utara harus menahan diri dari provokasi dan mematuhi kewajibannya untuk mencapai denuklirisasi semenanjung Korea yang lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah.