China telah berkomitmen untuk meningkatkan investasi, keamanan, dan bantuan pembangunan di negara-negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Negara-negara ini menghargai upaya Beijing dalam membangun infrastruktur, meningkatkan perdagangan, dan memahami tantangan yang dihadapi. Presiden Xi Jinping mengungkapkan janji ini dalam pertemuan puncak selama dua hari di kota Jalur Sutra, Xian.
Xi menyatakan bahwa “dunia membutuhkan Asia Tengah yang stabil, makmur, harmonis, dan saling terhubung.” Ia juga menjanjikan hampir $4 miliar dalam bentuk pembiayaan dan hibah untuk Asia Tengah. Tidak hanya itu, Xi juga berjanji untuk mempercepat pembangunan Jalur D pipa gas alam China-Asia Tengah dan proyek kereta api China-Kyrgyzstan-Uzbekistan yang masih berada di atas kertas.
Dalam pertemuan tersebut, Xi juga menekankan pentingnya penegakan hukum, pertahanan, bersama-sama mempromosikan perdamaian dan rekonstruksi di Afghanistan, serta menolak upaya eksternal untuk mencampuri urusan dalam negeri dan memicu revolusi warna. Selain itu, Beijing mengungkapkan posisinya yang memberi dukungan penuh untuk kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah negara-negara tersebut.
Namun, posisi China ini dilihat oleh AS sebagai sebuah ancaman. AS tidak ingin melihat kawasan tersebut “bergerak ke dalam pelukan” China dan Rusia. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa Washington tidak begitu kritis terhadap para penguasa otoriter di Asia Tengah, meskipun pemerintahan Biden menjamin untuk memajukan pemerintahan demokratis dan melawan rezim semacam itu.
Meski begitu, Xi mempromosikan China sebagai mitra yang lebih andal dan murah hati untuk Asia Tengah daripada negara lain. China menjadi tonggak penting bagi pembangunan wilayah Asia Tengah, dan investasi serta bantuan pembangunan yang diberikan oleh Beijing akan membantu meningkatkan stabilitas dan kemakmuran wilayah tersebut.