Cuaca ekstrem yang semakin rutin terjadi di Kalsel berpotensi memicu bencana alam. Seperti tanah longsor, banjir dan puting beliung
BANJARMASIN – Merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, 23 kecamatan yang tersebar di sembilan kabupaten masuk dalam daftar daerah yang berpotensi tinggi longsor.
Yakni Kecamatan Halong di Kabupaten Balangan, Kecamatan Haruyan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dan Kecamatan Piani di Kabupaten Tapin.
Selain itu, ada juga Kecamatan Aranio, Karang Intan, Paramasan dan Sungai Pinang di Kabupaten Banjar. Kemudian Kecamatan Loksado, Padang Batung dan Telaga Langsat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Selanjutnya Kecamatan Bajuin, Jorong, Kintap dan Batu Ampar di Kabupaten Tanah Laut.
Selanjutnya Kecamatan Haruai, Jaro, Muara Uya dan Upau di Kabupaten Tabalong.
Di Kabupaten Kotabaru, ancaman longsor menghantui Kecamatan Hampang, Pulau Laut Utara, dan Pulau Laut Tengah.
Sedangkan di Kabupaten Tanah Bumbu terdapat dua kecamatan yang rawan, yakni Kecamatan Satui dan Kusan Hulu.
Sementara itu, ada dua wilayah yang berpotensi tinggi tersapu banjir. Yaitu Kecamatan Aranio di Kabupaten Banjar dan Bajuin, Kecamatan Batu Ampar dan Jorong di Kabupaten Tanah Laut.
Bahkan Kapolda Kalsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi mengungkapkan, ada tiga wilayah yang perlu mendapat perhatian serius dalam penanggulangan banjir.
“Ada tiga wilayah yang dilaporkan terendam, yakni Kabupaten Tabalong, Balangan, dan Hulu Sungai Utara (HSU),” jelasnya usai panggilan siaga bencana di Taman Kamboja, Banjarmasin Tengah, kemarin (29/11).
Sedangkan daerah yang harus diwaspadai karena potensi angin kencang ada di Tanah Laut.
Kapolda menginstruksikan Polda dan Polda untuk waspada. Siap terjun ke lapangan untuk membantu masyarakat korban.
Jenderal bintang dua itu menegaskan, bencana hidrometeorologi mengancam Kalsel. Mulai dari banjir, tanah longsor, puting beliung hingga gelombang tinggi yang dapat mengganggu perekonomian bahkan merenggut nyawa.
Irjen Andi menyatakan, sekitar 3.200 personel telah dikerahkan. Didukung 1.577 alat pencarian dan pertolongan (SAR), baik di darat maupun di laut.
“Jumlah bencana meningkat cukup tinggi,” katanya.
Contoh lainnya, ia menyebut rusaknya rumah warga dan tenggelamnya kapal nelayan di Tanah Laut akibat cuaca ekstrim. “Akibatnya satu orang meninggal dunia,” ujarnya.
Sehingga dia berharap hal ini menjadi perhatian semua pihak. “Diperlukan keterlibatan TNI, pemerintah daerah dan masyarakat,” pintanya.
Selain itu, Irjen Andi juga menekankan pentingnya pemetaan bencana di setiap daerah. Agar mudah diperbarui dan dikurangi.
“Intinya tindakan nyata untuk menekan jumlah kerugian dan korban jiwa,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Linjamsos Kalsel, Achmadi mengakui, sementara hanya ada dua bencana yang menjadi perhatian Pemprov. Yakni longsor di Desa Tanuhi, HSS dan banjir yang masih menggenangi HSU.
“Namun banjir di HSU terus surut. Sedangkan di Banjarmasin, hanya pasang setiap malam karena air laut naik (banjir rob),” terangnya.
Beruntung longsor di HSS terjadi di kawasan yang tidak berpenghuni dan rob di Banjarmasin belum memaksa warga mengungsi.
“Makanya dapur umum di HSS baru dibuka tanggal 18 November. Dan sekarang sudah tutup. (mr-158/gr/fud)