Kalimantan Selatan dikenal dengan kain sasirangannya yang khas dan penuh makna, namun wilayah di ujung utara provinsi ini, Tabalong atau yang kerap disebut sebagai Bumi Saraba Kawa, juga memiliki pakaian khasnya sendiri. Batik Tabalong menjadi simbol kebanggaan daerah yang mulai diperkenalkan pada tahun 2015 dan terus berkembang hingga saat ini.
Asal Usul dan Motif Batik Tabalong
Batik Tabalong memiliki keunikan tersendiri dalam motif dan filosofi yang diusungnya. Kepala Bidang Industri Diskopukmperindag Tabalong, Rikaria Ayuningtias, SE, mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga motif utama yang lazim digunakan pada batik Tabalong. “Ada motif talabang, langsat, dan gigi haruan,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
- Motif Talabang: Motif ini terinspirasi dari lambang kebesaran masyarakat Tabalong, yang juga merujuk pada talabang (perisai). Perisai dalam motif ini menjadi simbol perlindungan dan ketahanan, sesuai dengan karakteristik masyarakat Tabalong yang gigih dan kuat dalam menghadapi tantangan kehidupan.
- Motif Langsat: Tabalong dikenal sebagai penghasil buah langsat yang melimpah. Motif langsat yang diaplikasikan pada batik ini menjadi lambang kemakmuran, kesuburan, dan kekayaan alam daerah. Buah langsat memiliki makna mendalam, mencerminkan semangat masyarakat yang senantiasa berbuah hasil dan berkontribusi untuk kesejahteraan bersama.
- Motif Gigi Haruan: Haruan atau ikan gabus adalah salah satu ikan air tawar yang banyak ditemui di Tabalong. Gigi haruan diadaptasi sebagai simbol ketajaman, ketangkasan, dan keberanian dalam menjalani kehidupan. Ikan gabus sendiri memiliki nilai penting dalam ekosistem dan ekonomi daerah, menjadikannya inspirasi yang kuat untuk motif batik.
Proses Pembuatan Batik Tabalong
Meskipun sudah dikenal selama hampir satu dekade, pembuatan batik Tabalong masih mempertahankan metode tradisional dan handmade. Rikaria menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 11 pengrajin yang aktif memproduksi batik Tabalong. Namun, karena proses pembuatannya dilakukan secara manual, waktu yang diperlukan untuk membuat selembar kain batik bisa cukup lama. “Cuaca juga sangat mempengaruhi proses pembuatan,” jelas Rika. Misalnya, ketika cuaca hujan atau lembab, proses pengeringan kain akan memakan waktu lebih lama, yang tentunya berdampak pada kecepatan produksi.
Keterbatasan bahan baku lokal juga menjadi tantangan tersendiri bagi pengrajin batik Tabalong. Lilin batik dan kain yang digunakan masih harus didatangkan dari luar daerah, yang tentu saja mempengaruhi biaya produksi. Meskipun begitu, variasi harga batik Tabalong cukup beragam, tergantung dari bahan dan teknik pembuatannya. “Harga batik tulis dan yang full motif lebih mahal, apalagi kalau menggunakan bahan kain sutra, bisa mencapai Rp 400.000 hingga Rp 450.000,” terang Rika. Sedangkan batik dengan kombinasi cap dan tulis harganya bisa lebih terjangkau, berkisar antara Rp 250.000.
Pengembangan dan Pelestarian Batik Tabalong
Pemerintah Kabupaten Tabalong melalui Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopukmperindag) terus berupaya mengembangkan potensi batik Tabalong melalui berbagai program pembinaan, pelatihan, dan pendampingan. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah dengan menggandeng SMA 3 Kelahang dalam program gemar membatik. Melalui program ini, para siswa diajarkan teknik membatik sebagai bagian dari pendidikan keterampilan hidup (life skill). “Program ini sudah mencetak banyak siswa-siswi yang memiliki kemampuan dasar membatik, harapannya ini bisa menambah jumlah pengrajin di masa depan,” jelas Rika.
Selain itu, Diskopukmperindag juga merespons usulan masyarakat melalui forum Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) dengan memberikan fasilitas pelatihan membatik di beberapa desa seperti Desa Masukau dan Desa Paliat. “Kami selalu berupaya mengusulkan kegiatan membatik setiap tahunnya dalam Musrenbang, harapannya masyarakat bisa lebih mandiri dan batik Tabalong semakin berkembang,” lanjut Rika.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun sudah cukup dikenal di kalangan lokal, batik Tabalong masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah daya saing dengan batik dari daerah lain yang sudah lebih dulu eksis di pasar nasional. Namun, dengan terus mengembangkan motif dan inovasi, serta meningkatkan kualitas produksi, ada harapan besar bahwa batik Tabalong bisa semakin dikenal, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Keberhasilan batik Tabalong tidak hanya akan berdampak pada pengrajin, tetapi juga pada perekonomian daerah secara keseluruhan. Program-program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah diharapkan mampu mendorong generasi muda untuk terlibat dalam pelestarian budaya ini. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang terlibat, baik melalui pendidikan di sekolah maupun pelatihan di komunitas, batik Tabalong memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu produk unggulan Tabalong yang dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
Pada akhirnya, batik Tabalong bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga cerminan dari identitas, semangat, dan kekayaan budaya masyarakat Bumi Saraba Kawa. Melalui dukungan semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat, batik ini dapat terus berkembang dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan budaya daerah.